Data Kemenaker Ini Sungguh Mengejutkan!

Kamis, 11 Agustus 2016 – 06:11 WIB
Hanif Dhakiri. Foto: Ricardo/dok.JPNN.com

jpnn.com - JAKARTA – Data Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) menyebutkan, 62 persen dari 128 juta atau sekitar 79 juta pekerja Indonesia, merupakan tamatan sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP). 

Kondisi itu berpengaruh terhadap daya saing tenaga kerja Indonesia di pasar kerja dalam maupun luar negeri. Saat ini, persaingan di pasar kerja secara umum cenderung memburu pekerja dengan background kompetensi mumpuni. 

BACA JUGA: Misteri Puzzle, Posisi Jessica Kumala Tersudut

Minimal, setingkat sekolah menengah atas (SMA) sederajat dan lulusan pendidikan vokasi, seperti D3. Di bawah lulusan itu akan sulit bersaing di pasar bebas seperti sekarang ini. 

Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Hanif Dhakiri mengakui kesesuaian pekerja dengan kebutuhan pasar kerja bakal mempercepat penyerapan lulusan pendidikan dan pelatihan. Dengan begitu, pengangguran di Indonesia bisa berkurang. 

BACA JUGA: Polri Ajak KontraS Gabung Tim, Menguak Permainan Kasus Fredi Budiman

Merujuk pada data lulusan pekerja Indonesia yang berlatarbelakang pendidikan SD dan SMP, Hanif menyatakan bahwa pemerintah saat ini terus mendorong perkembangan pendidikan vokasi dan pelatihan vokasi bagi pekerja lulusan pendidikan dasar tersebut. 

”Ini untuk meningkatkan keterampilan dan kompetensi agar bisa bekerja di industri atau masuk di industri dalam persaingan bebas ini,” ujarnya di Jakarta, kemarin. 

BACA JUGA: Satlinlamil Bekali Prajurit Cara Menyelamatkan Korban di Laut

Terkait kesiapan pekerja Indonesia di persaingan bursa kerja saat ini, kader PKB ini menyatakan siap atau tidak siap mereka harus mempersiapkan diri. 

Menurutnya, semua pihak harus bekerjasama untuk memastikan SDM pekerja dalam negeri bisa sesuai dengan kebutuhan tenaga kerja di berbagai sektor saat ini. 

”Lembaga pendidikan dan lembaga pelatihan kerja harus bisa menghasilkan lulusan yang mampu menyesuaikan tuntutan kebutuhan pasar kerja,” pintanya. 

Setidaknya, kata dia, ada tiga poin yang harus diperhatikan lembaga pendidikan dan lembaga pelatihan kerja dalam meningkatkan daya saing anak bangsa. Diantaranya, berkarakter, berkompeten dan inovatif.

”Karakter-karakter positif SDM Indonesia yang memiliki etos kerja dan produktif harus masuk dalam kurikulum pendidikan dan pelatihan,” paparnya. 

Selain itu, lembaga pendidikan dan pelatihan harus berani memastikan hasil lulusan mereka mencapai standar kompetensi untuk suatu jabatan tertentu yang berlaku secara internasional. 

”Yang terakhir harus terus berinovasi sehingga SDM pekerja semakin kompetitif dan berdaya saing tinggi,” harapnya. 

Hanif menuturkan, bila semua lembaga pendidikan dan pelatihan sepakat mencapai kualifikasi tersebut, pihaknya yakin lompatan besar daya saing tenaga kerja di kancah nasional dan internasional akan terjadi. (tyo)

BACA ARTIKEL LAINNYA... SIMAK! Pandangan Ibas Tentang Guru dan Wacana Full Day School


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler