Data Terbaru BPS: Yang Miskin Semakin Miskin

Selasa, 18 Juli 2017 – 09:15 WIB
Salah seorang warga menunjukkan beras miskin yang kualitasnya jelek. Karung raskin yang diproduksi HTS dan Bulog. Foto Yudhi/Radar Gresik/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Efektivitasnya program bantuan sosial yang telah digencarkan patut dipertanyakan. Berdasar data terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) yang dirilis kemarin, jumlah penduduk miskin pada Maret 2017 meningkat dibandingkan September tahun lalu.

Indeks kedalaman dan keparahan kemiskinan juga menunjukkan bahwa yang miskin semakin miskin.

BACA JUGA: Penduduk Miskin Bertambah, Ini Penyebabnya

Per Maret tahun ini penduduk miskin mencapai 27,7 juta orang. Jumlah tersebut bertambah 6,90 ribu jika dibandingkan September 2016 yang tercatat 27,76 juta orang.

Secara persentase, penduduk miskin pada Maret 2017 mencapai 10,64 persen atau turun tipis 0,06 percentage point jika dibandingkan September 2016 yang tercatat 10,70 persen.

BACA JUGA: Jumlah Penduduk Miskin Bertambah

’’Penurunan ini relatif lebih lambat dibandingkan periode sebelumnya,’’ ujar Kepala BPS Suhariyanto di gedung BPS kemarin (17/7).

Suhariyanto melanjutkan, faktor penyebab penambahan jumlah penduduk miskin adalah keterlambatan distribusi beras sejahtera atau rastra (di periode pemerintahan sebelumnya namanya raskin atau beras untuk rakyat miskin) pada Januari-Maret 2017.

BACA JUGA: Hasil Survei BPS: Jumlah Penduduk Miskin Berkurang

Hal tersebut membuktikan bahwa tingkat ketergantungan penduduk miskin terhadap beras itu sangat tinggi.

Pada Maret 2017 penduduk miskin di kota mencapai 7,72 persen dan di desa 13,93 persen.

’’Ini menunjukkan bahwa persoalan kemiskinan ada di desa. Jadi, kuncinya ada di desa. Dengan catatan kita harus tetap perhatikan persoalan di kota,’’ ungkapnya.

BPS juga mencatat indeks kedalaman kemiskinan yang turut meningkat. Indeks kedalaman kemiskinan pada September 2016 adalah 1,74 dan pada Maret 2017 naik menjadi 1,83. Indeks keparahan kemiskinan juga naik dari 0,44 menjadi 0,48.

Tingginya indeks kedalaman dan keparahan kemiskinan menujukkan bahwa yang miskin semakin sulit terangkat dari jurang kemiskinan.

’’Dengan peningkatan ini, tingkat kemiskinan semakin dalam. Jarak antara pengeluaran penduduk miskin dan garis kemiskinan akan semakin jauh dan semakin sulit entaskan kemiskinan,’’ paparnya.

Sementara itu, terkait gini ratio atau tingkat ketimpangan kemakmuran, Suhariyanto menyebut pada Maret 2017 mencapai 0,393.

Angka itu menurun tipis 0,001 poin jika dibandingkan dengam gini ratio September 2016 yang mencapai 0,394.

’’Rasio gini stagnan, hampir nyaris sama atau tidak mengalami perubahan. Karena menurunkan ketimpangan bukan upaya yang mudah, perlu roadmap jangka panjang. Idealnya pergerakan tiga tahun sekali,’’ katanya.

Suhariyanto melanjutkan, gini ratio di daerah perkotaan pada Maret 2017 tercatat 0,407, turun dibandingkan gini ratio September 2016 yang sebesar 0,409 dan gini ratio Maret 2017 yang mencapai 0,410.

’’Sementara gini ratio di daerah pedesaan pada Maret 2017 sebesar 0,320, naik dibanding gini ratio September 2016 yang tercatat 0,316 dan turun dibanding gini ratio Maret 2016 yang sebesar 0,327,’’ jelasnya.

Deputi Bidang Statistik Sosial BPS M. Sairi Hasbullah menambahkan, pembangunan-pembangunan infrastruktur telah memberikan dampak positif bagi kenaikan pendapatan masyarakat terbawah. Namun, garis kemiskinan yang disebabkan inflasi ternyata meningkat lebih cepat.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto menuturkan, kenaikan indeks kedalaman kemiskinan menggambarkan rentang ketimpangan yang melebar di kalangan orang miskin.

Padahal, program sosial yang diberikan pemerintah sama. ’’Penanganan kemiskinan sejauh ini hanya ngasih seperti ngasih ikan. Belanja sosial naik, tapi tidak berdampak banyak,’’ kata Eko.

Dia menuturkan, seharusnya pemerintah mengevaluasi kebutuhan-kebutuhan penduduk miskin. ’’Upayanya belum terintegrasi dalam mengentaskan kemiskinan,’’ tutur Eko.

Menko Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, cuaca yang tidak menentu membuat pendapatan penduduk di pedesaan terganggu.

’’Hujannya enggak banyak sehingga mereka terganggu penghasilan petaninya,’’ katanya. Darmin menyebutkan, penambahan penduduk miskin bukan masalah struktural. (ken/c15/sof)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Inflasi Mei 2017 di Atas Nasional


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler