Demi Persebaya..Makan Sekali Sehari‎, Tidur Beralas Rumput

Rabu, 03 Agustus 2016 – 09:30 WIB
Bonek di Stadion Tugu, Jakarta Utara. Tidur di lapangan sampai tribun, yang penting bisa istirahat. Foto: M. Amjad/JPNN.com

jpnn.com - PERJUANGAN Bonek, sebutan buat suporter fanatik Persebaya Surabaya, benar-benar membuat bulu kuduk merinding. Perasaan salut sekaligus prihatin juga datang mendengar penuturan para Bonek yang sudah berada di Jakarta sejak 30 Juli lalu. 

Muhammad Amjad, jpnn.com

BACA JUGA: Hanif Thamrin, Anak Payakumbuh yang Bekerja di Manchester City

Bonek, sama seperti kepanjangannya, Bondho Nekat (modal nekat), ternyata benar adanya. Para suporter klub Persebaya itu, kerja keras berangkat ke Jakarta dengan modal pas-pasan. 

Bukan hanya bermodal uang seadanya dan harus estafet nggandol (naik truck, pickup, bak terbuka) untuk sampai ke Jakarta, mereka pun makan seadanya dan tidur di mana saja.

BACA JUGA: Alhamdulillah, e-Warung Bikin Transaksi Gampang dan Bebas Antre

Bayu Cahyo, Bonek Nganjuk yang membantu di dapur umum untuk memasak mengakui, dia harus naik sampai beberapa kali kendaraan untuk sampai ke Jakarta. Dia pun siap membantu memasak, untuk bisa mengirit sekaligus menjamin makannya selama di ibu kota.

"Namanya berjuang harus makan secukupnya, harus tidur di mana saja. Kami rindu Persebaya, jadi ingat masih sering tur luar kota dulu. Kami ada di sini, karena ingin Persebaya berkompetisi lagi," katanya, Rabu (3/8).

BACA JUGA: KISAH HEROIK! Portugis, Spanyol dan Belanda Mati-matian Merebut Barnavel

Lain lagi dengan Hasan, dia baru merasakan bagaimana keras dan luar biasanya perjuangan Bonek di Jakarta. Selama di Jakarta, dia sempat berada di kawasan Stadion Utama Gelora Bung Karno, sebelum digiring ke kawasan Stadion Tugu, Jakarta Utara. 

"Di Senayan saya tidur di emperan stadion. Terus di rumput-rumput yang pinggir stadion itu. Sekarang saya tidur di rumput lapangan stadion. Suporter memang top, tidak cuma main bola di lapangan, tidurnya juga di lapangan," kelakarnya lantas tertawa.

Cerita lainnya dituturkan oleh Moker. Bonek asal Jetis tersebut datang ke Jakarta memang menggunakan kereta api. Namun, sesampainya di Jakarta dia jadi bingung. Bukan hanya untuk makan, tapi juga untuk mandi.

Sebelum ada dapur umum, dirinya memang sempat membeli makan, uang saku Rp 150 ribu pun langsung berkurang drastis setelah makan sekali di Jakarta. Membeli lauk telor, tempe plus sayur, di sekitar senayan di harus membayar Rp 25 ribu. Tak mau uangnya habis dan tetap bisa makan tiga kali sehari, dia pun makan dengan menu prihatin.

"Akhirnya saya beli nasi sama sayur saja. Lumayan cuma delapan ribu, baru setelah dapat jatah dari dapur umum agak tenang. Ini uangnya disimpan buat siap-siap pulang," ungkap Moker.

Untuk mandi pun, pemuda 19 tahun itu harus mencari tempat yang pas. Sempat ke masjid, tapi dia merasa tak nyaman harus setiap waktu ke masjid. Dia pun akhirnya ke toilet umum yang ada di ‎kawasan Senayan. 

Sementara saat di Stadion Tugu, mau tidak mau dia harus menumpang ke kamar mandi warga.

Saat disinggung, apakah siap bertahan di Jakarta? Mereka semua kompak tak ada masalah. Dia akan terus berjuang demi Persebaya. 

"Ya, ada yang menyumbangkan tenaga dan suaranya ke Jakarta, ikut aksi 'Geruduk Jakarta'. yang tidak bisa boleh membantu kami dengan doa atau donasi dananya," tegas Mbah, salah satu dedengkot Bonek Surabaya. (dkk/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Chano, Bocah asal Ende Harumkan Indonesia di Kancah Dunia


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler