JAKARTA - Bomber Cirebon Muhammad Syarif, rupanya, bercita-cita pergi jihad ke AfghanistanKeinginan itu disampaikan oleh Syarif kepada adiknya, Basuki, dalam beberapa kali kesempatan
BACA JUGA: Daerah Berkinerja Rendah Tak Langsung Dilebur
Basuki sekarang dibawa Densus 88 Mabes Polri sebagai saksi sekaligus menjadi petunjuk penting untuk membongkar jaringan atau teman-teman Syarif"Dari keterangan adiknya, Syarif ingin pergi ke sana (Afghanistan, Red)
BACA JUGA: Pledoi Belum Rampung, Jefferson Minta Sidang Ditunda
Bahkan, dia sudah berupaya mencari pinjaman dana dari teman-temannya," ujar sumber Jawa Pos kemarinBasuki sekarang berada di suatu tempat yang dirahasiakan
BACA JUGA: Kaitkan JI, TPM Tantang Pengamat Terorisme
"Keamanannya menjadi tanggung jawab kami," tambahnyaPenyidik juga berhasil menemukan sebuah buku berjudul Jihad di Asia Tengah karangan Syekh Abu Mus?ab As-SuriDi halaman terakhir buku itu, tertulis cita-cita Syarif untuk mati syahid.Kepala Bagian Penerangan Umum Mabes Polri Kombespol Boy Rafli Amar menyampaikan, tulisan itu berbunyi, "Bahwa saya, Muhammad Syarif, insya Allah atas izin Allah sangat sangat ingin meninggal syahidBukan karena ingin disebut mujahidTetapi, kemuliaan syahid telah melekat berat di hati dengan janji dari Yang Menciptakan saya dan Yang Akan Menyucikan sayaYaitu, janji Allah, Allah, AllahPesan saya, sungguh kehidupan dunia hanya menipu.
Buku itu terbitan Ar Rahmah MediaSang penulis yang juga dikenal dengan nama Umar Abdul Hakim tersebut adalah tokoh dan petinggi Al QaidahBuku-bukunya selalu menjadi acuan mereka yang sehaluan
Sebelumnya, Syekh Abu Mus?ab As-Suri menulis buku berjudul The Call for Global Islamic Resistance yang setebal 1.600 halamanDisebutkan, buku itu menjadi buku wajib bagi Al Qaidah dan mendapatkan sambutan sangat luar biasa, bahkan memunculkan inspirasi tak terbatas bagi mujahidin.
Kemarin tim Puslabfor Polri dan Polda Jawa Barat juga kembali menggeledah rumah mertua Basuki di Blok Bangbangan, RT 13/RW 4, Desa Trusmi Wetan, Plered, Kabupaten CirebonPenggeledahan berlangsung sejak pukul 15.25 dan selesai pada pukul 17.35
Polisi menemukan kabel berwarna abu-abu sepanjang 12 cm, pecahan lampu, serangkaian lampu lab, satu sakelar, dan selembar ampelas bekas pakaiBasuki merupakan anak keenam pasangan Abdul Gofur dan Sri Mulat
Di tempat terpisah, lembaga riset International Crisis Group (ICG) kemarin merilis laporan terbaru tentang tren terorisme di IndonesiaLaporan tersebut dibuat berdasar studi kasus mengenai kelompok-kelompok kecil yang menggunakan kekerasan di Indonesia pada 2009 dan 2010Antara lain, kekerasan di wilayah Sumatera (Medan dan Lampung) serta Jawa (Bandung dan Klaten)
Menurut ICG, semua kelompok tersebut melibatkan sedikitnya seorang mantan napiSelain itu, tiga di antara empat kelompok kekerasan tersebut terkait dengan kelompok-kelompok pengajian yang lambat laun berubah menjadi pasukan tempur dan semuanya berkomitmen pada ightiyalat atau operasi pembunuhan mendadakTidak ada seorang pun di antara anggota kelompok itu yang menjadi radikal karena faktor kemiskinan
"Pemerintah harus mencari cara deradikalisasi yang lebih efektifSebab, sekarang tren kelompok itu berubah menjadi serangan kelompok kecil atau serangan individu," ujar Sidney Jones dari ICG
Di bagian lain, kemarin Presiden SBY mengumpulkan para Pangdam dan Kapolda se-Indonesia setelah mengadakan rapat kerja pemerintah dengan dunia usaha di Istana BogorIkut juga dalam rapat tersebut Wapres Boediono, menteri-menteri Kabinet Indonesia Bersatu II, dan para gubernur.
SBY menuturkan, akhir-akhir ini telah ada peringatan yang berkaitan dengan situasi keamanan dan ketertiban publikMisalnya, kekerasan horizontal yang mengakibatkan jatuhnya korban dan kerusakan, aksi terorisme, serta gejala radikalisasi.
"Tiga-tiganya, kekerasan horizontal, terorisme, dan radikalisme, kalau kita biarkan akan mengganggu keamanan dalam negeri kita, keamanan masyarakat kita," ucap SBY dalam pengantar rapatnyaSelain itu, terjadi peristiwa yang disebut SBY sebagai pembangkangan terhadap hukum (law disobedience).
"Bahkan, terjadi satu-dua kasus penyerangan terhadap petugas negara, apakah itu penegak hukum atau anggota Polri dan anggota TNI yang sedang mengemban tugas," ujar diaMenurut SBY, hal itu bisa mengancam keamanan dalam negeri"Kalau kita tidak serius menanganinya, rasa aman rakyat bisa terganggu," imbuhnya.
Kapolri Jenderal Timur Pradopo mengatakan, direktif dari presiden adalah mengamankan semua wilayah, terutama preemptive dan preventif"Preemptive-nya dan preventif memberikan daya tangkal kepada masyarakat untuk bisa mengamankan lingkunganPreventifnya kita libatkan dalam arti, kan tidak semua di-cover PolriJadi, masyarakat menjadi bagian dari pencegahan," ucap dia setelah mengikuti rapat.
Panglima TNI Agus Suhartono mengatakan, yang ditekankan dalam rapat tersebut adalah sinergi antara TNI dan Polri agar persoalan bisa diatasi dengan lebih efektif"Kalau Polri belum menangani masalah, kemudian minta bantuan, bukan berarti ia tidak mampuMelainkan, bagaimana mengefektifkan kemampuan yang dimiliki negara," jelasnya.
Agus menolak penafsiran bahwa pertemuan dengan presiden tersebut bertujuan meluruskan komunikasi antara TNI dan Polri, misalnya dalam pemberantasan terorisme"Tidak begituBeliau sangat menyadari bahwa semua punya kemampuanSayang kalau negara ini punya kemampuan, tapi tidak disinergikan," terang Agus(rdl/fal/c11/nw)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Belum Ada Sanksi Pemda Beraport Merah
Redaktur : Tim Redaksi