Desa Air Hitam Laut Diserang Wabah Diare, Korban Capai Puluhan Orang

Kamis, 03 Agustus 2017 – 17:56 WIB
Santri yang terkena wabah diare saat dicek tim medis di Desa Air Hitam Laut kemarin (1/8). Foto: jambiekspres/jpg

jpnn.com, MUARASABAK - Puluhan warga Desa Air Hitam Laut, Kecamatan Sadu, Muarasabak, Jambi, terserang wabah diare dalam dua hari terakhir.

Bahkan, Senin (31/7), jumlah penderita diare mencapai 55 orang.

BACA JUGA: Bandar Narkoba Dibekuk, Belasan Paket Ganja Disita

Camat Sadu Helmi Agustinus saat dihubungi via ponselnya kemarin (1/9) membenarkan dua hari terakhir warga Air Hitam Laut mendadak terkena diare. Korbannya, rata-rata santri di Ponpes Wali Pitu.

‘‘Mulai dari hari minggu (30/7) sudah mulai warga kita terkena diare, dan memuncaknya di hari senen (31/7) sampai 50 orang yang terkena diare,’‘ ungkap Hilmi seperti dilansir Jambi Ekspres (Jawa Pos Group) hari ini.

BACA JUGA: Ingin Berjuang Sambil Berdakwah, Usman Ermulan Merapat ke PKS

Saat ini, katanya, tim medis tengah melakukan pengecekan terhadap korban yang terkena diare. Dugaan sementara 55 korban terkena diare karena keracunan dari makan.

‘‘Dugaan sementara karena keracunan makanan,’‘ katanya.

BACA JUGA: Politikus Demokrat Ini Mengundurkan Diri Lalu Gabung ke Gerindra

Sementara itu, pengurus Ponpes Wali Pitu KH Arsuadman Arsad saat dihubungi via ponselnya mengatakan, memang santri di Ponpes Wali Pitu terkena wabah diare, dan dalam dua hari korban diare terus bertambah.

‘‘Pertama 17 santri kita yang kena diare, hari kedua bertambah menjadi 23 santri,’‘ ujar Arsuadman

Saat ini, katanya, tim medis tengah melakukan pengecekan terhadap santri-santri yang terkena diare, hal tersebut untuk mengetahui penyebab terkenanya wabah diare.

‘‘Tim medis tengah melakukan pengecekan, hal tersebut untuk mengetahui penyebab terjadinya diare, kalau dugaan sementara santri kita keracunan karena makanan,’‘ tuturnya.

Apalagi, dalam beberapa minggu ini di Desa Air Hitam Laut tidak pernah hujan, dan baru-baru ini hujan. Karena di Desa Air Hitam Laut sumur bor yang layak komsumsi hanya ada beberap sumur, air hujan merupakan sumber air bersih yang ditampung warga setempat untuk dikonsumsi dan mengolah makanan.

‘‘Kan sudah lama tidak hujan, sementara di Air Hitam Laut banyak sarang burung walet, bisa jadi burung walet yang terbang bawa kotoran, saat hujan warga langsung menampung air hujan untuk dikomsumsi dan untuk mengolah makanan,’‘ tutur Arsuadman.

Namun, lanjutnya, hasil uji labor yang dilakukan tenaga medis tetap ditunggu, hal tesebut untuk mengetahui lebih pasti penyebab diare.

‘‘Kita tunggu hasil labornya, yang jelas dugaan sementara dari makana, apalagi santri kita bawa makana dari rumah masing-masing, kita tunggu hasil lab nya,’‘ tukasnya.

Sementara itu, di Merangin, justru penyakit muntaber yang kini menyerang warga. Dalam seminggu saja, sedikitnya 10 anak dilarikan ke rumah sakit.

Direktur Rumah Sakit Umum Kol Abunjani Bangko Birman Saragih melalui staf bagian pelayanan Tetriadi, saat ditemui mengatakan, penderita yang dirawat di RSUD Kol Abunjani sebanyak 10 orang, rata-rata penderita anak-anak. ‘‘Itu rata - rata muntaber dan mencret,’‘ ujarnya.

Menurutnya, penyakit tersebut disebabkan karena makanan dan minuman yang tidak higienis, di sisi lai di sebabkan lingkungan yang kotor.

‘‘Makanan dan minuman yang tidak higienis merupakan salah satu penyebabnya,’‘ ujarnya.

Lebih lanjut, kata dia, penderita penyakit muntaber ini mulai meningkat sejak sepekan terakhir. Perawatan untuk kasus muntaber memerlukan waktu berkisar 3 sampai 5 hari itu tergantung dari kondisi pasien. ‘‘Dalam minggu ini penderita muntaber mengalami sedikit peningkatan,’‘ sebutnya.

Sementara itu, Salahudin kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Merangin mengatakan, jika kasus diare secara grafik belum mengalami peningkatan, sebab penderita yang mengalami Muntaber ini tidak berada di satu lokasi, dan berbeda tempat.

‘‘Masih batas maksimum/ minimun dindo. Belum batas maksimum,’‘katanya. (oni/amn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Tergoda Uang Puluhan Juta, Istri Oknum Aparat Bawa Sabu ke Jambi


Redaktur & Reporter : Budi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
diare   Jambi  

Terpopuler