----------------------------------
KASMAN, Enrekang
----------------------------------
MATAHARI bersinar terik siang itu
BACA JUGA: Barra Mahesa, Balita yang Sukses Jalani Implan Koklea di RSUD dr Soetomo
Namun, bukannya gerah, udara di Desa Bonebone, Kecamatan Baraka, malah terasa dinginLokasi Bonebone sekitar 80 kilometer dari ibu kota Kabupaten Enrekang
BACA JUGA: Ke Tokyo, Kali Pertama Hadiri Resepsi Pernikahan Gaya Jepang
Jalur transportasi ke sana belum lancarNamun, kondisi alam sepanjang perjalanan menunju Bonebone sangat indah
BACA JUGA: Awalnya Tak Kerasan, Kini Kuli Panggul Ingin Kuliah
Hamparan sawah dan gugus pegunungan ibarat permadani hijau yang menyejukkan pandanganSebagian besar penduduk di sana memang petaniBonebone awalnya hanya merupakan salah satu dusun di Desa PepandinganNamun, seiring perkembangan penduduk, warga bertekad membentuk wilayah administrasi tersendiriKarena itu, dusun tersebut dimekarkan menjadi desa
Sepintas, warga desa itu tak berbeda dari warga desa-desa lain di SulselYang tak biasa, mereka punya tradisi unikSebab, desa berpenduduk 791 jiwa tersebut sangat peduli lingkunganWarga yang akan melangsungkan pernikahan diwajibkan menanam minimal lima batang pohon.
Selain itu, penduduk Bonebone tidak menerima produk dari luar yang dikhawatirkan membawa penyakitMisalnya, ayam potong dan telur ayam ras yang dikhawatirkan membawa flu burungNamun, yang paling membuat desa itu menjadi perhatian adalah semua warga desa di sana sepakat untuk tidak mengisap rokok.
Fenomena itulah yang membuat Kabupaten Enrekang meraih penghargaan kategori unik pada penganugerahan Otonomi Award yang diadakan harian Fajar (Jawa Pos Group), The Fajar Institute of Pro-Otonomi.
Larangan merokok tersebut tidak diatur secara tertulisTidak ada pula peraturan desa atau perdesSemua hanya kesepakatan lisan antar sesama warga desa.
Meski begitu, kesepakatan lisan itu sangat ampuh dan sangat dihargai tokoh adat, pemuka masyarakat, serta warga umum"Aturan bebas rokok itu kami jalankan sejak 2000," ujar Kepala Desa Bonebone Drs Idris.
Ide menjadikan Bonebone sebagai desa bebas asap rokok berawal dari pemikiran IdrisSaat itu, dia masih menjabat kepala Dusun BoneboneIdris mengaku melontarkan ide itu lantaran prihatin melihat kondisi penduduk desa yang "diperbudak" rokok.
"Saat itu, rata-rata penduduk desa merokok sejak kecilBahkan, murid kelas 2 SD pun sudah merokokOrang tua mereka tidak melarang dengan alasan kondisi kampung memang dingin dan cocok untuk merokok," ungkapnya.
Ironisnya, kata dia, anak-anak Bonebone sulit melanjutkan pendidikan ke tingkat SMA, apalagi perguruan tinggi, dengan alasan keterbatasan biaya"Kan anehMereka mampu beli rokok tiap hari, tapi tidak punya uang untuk menyekolahkan anak," tegasnya.
Pada 1998, Hanaki, perempuan warga Bonebone, divonis dokter menderita kanker paru-paru karena rokokMomen itu dimanfaatkan Idris untuk mengumpulkan tokoh masyarakat dan pemuka adat desa untuk menggagas desa bebas rokok.
"Alasan utama yang saya sampaikan kepada tokoh masyarakat, selain menimbulkan penyakit, rokok membuat masyarakat makin miskin dan desa mereka tidak maju-majuSaya bersyukur gagasan itu direspons positif oleh tokoh masyarakat," ujarnya.
Esoknya, semua pemuka adat yang hadir dalam pertemuan malam itu langsung menyosialisasikan kesepakatan tersebut kepada seluruh warga desaMereka juga mengumumkan melalui masjid.
Awalnya, kesepakatan tersebut ditentang warga, khususnya pemuda dan pemilik kios rokokNamun, pelan-pelan kesepakatan itu mulai diterima"Pada 2001, kesepakatan itu mulai membuahkan hasilEkonomi masyarakat mulai majuAnak-anak sekolah mulai bisa beli buku, bahkan mulai banyak yang kuliahKesehatan warga juga membaik," terangnya.
Sejak 2001 itu, seluruh warga Bonebone menerapkan kesepakatan bebas asap rokok tersebutBahkan, tamu pun dikenai aturan ituTamu yang ingin merokok diharuskan keluar desa dulu dan baru bisa kembali setelah menghabiskan rokoknya"Pokoknya, tidak ada tempat bagi perokok di sini," tegas Haris, salah seorang guru di SDN 159 Bonebone
Ditanya adakah sanksi bagi warga yang kedapatan mengisap rokok, Haris menyatakan tidak adaBahkan, sebuah papan iklan di pintu gerbang desa berukuran cukup besar berkomunikasi dengan bahasa yang santun: "Nikmati Indahnya Pemandangan dan Segarnya Udara Dusun KamiTerima Kasih Anda Tidak Merokok dalam Wilayah Bonebone."
"Meski begitu, masyarakat sudah menganggap merokok tabu," kata Idris
Menariknya, bupati Enrekang sekarang, La Tinro La Tunrung, sebelumnya justru dikenal sebagai perokokKarena itu, saat tampil di Hotel Sahid Makassar, 1 Juni lalu, untuk menerima Otonomi Award karena ada desa di kabupatennya yang menerapkan kawasan tanpa rokok, beberapa koleganya berbisik-bisik"Tidak, saya sudah berhenti merokok," ujarnya saat turun dari panggung kemudian tersenyum(jpnn/c5/soe)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Hari-Hari Terakhir Hasan Tiro, Mantan Petinggi GAM, sebelum Meninggal
Redaktur : Tim Redaksi