Sempat santer diberitakan bahwa wilayah Indonesia di Dusun Camar Bulan, Desa Temajuk, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat, dicaplok MalaysiaDesa Temajuk memang desa "nun jauh di sana" yang terkesan diabaikan Pemerintah RI
BACA JUGA: Seperti Manusia, Bakteri Juga Pemakai Body Lotion
Bagi warga di perbatasan itu, harga sembako dari Malaysia lebih murahDHIMAS GINANJAR, Sambas
PAGI itu matahari belum menampakkan dirinya di ufuk timur
BACA JUGA: Dua Wajah Asri Yuniar, Guru TK yang Jadi Vokalis Band
Tapi, Derjan Bujang segera memulai pekerjaannyaBACA JUGA: 7 Tahun Tsunami, Pengunjung Dapat Sertifikat
Pisau itu diselipkan di pinggangSejurus kemudian, dia berjalan menuju ke perkebunan karet, tak jauh dari rumahnyaBujang adalah warga Dusun Marudin, Desa Temajuk, Kecamatan Paloh, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat (Kalbar)Dusun Marudin bertetangga dengan Dusun Camar Bulan, wilayah yang sempat ramai diberitakan karena disebut-sebut telah dicaplok Malaysia
Bujang yang pernah menjadi kepala Dusun Marudin itu sehari-hari bekerja sebagai pencari getah karetSetiap pagi dia melukai pohon karet dan menampung getahnya di sebuah wadah khusus"Besok pagi baru diambil hasilnya," ujarnya.
Di Desa Temajuk memang banyak lahan karetMenurut data desa, dua puluh persen lahan dari 26.800 hektare saat ini mulai ditumbuhi pohon karetSepertiganya lagi adalah lahan aktif yang digunakan warga sebagai hunianSisanya merupakan lahan tidur yang bercampur antara hutan dan perkebunan.
Menurut Bujang, saat ini banyak warga yang beralih pekerjaan menjadi penyadap getah karetItu biasa dilakukan selama September hingga Maret"Pada bulan-bulan itu lautnya penuh ombakJadi, tidak mungkin mencari ikanSementara ambil getah dululah," imbuhnya.
Setelah mengambil getah, Bujang menuju tempat pangkalan perahu warga TemajukLetaknya di perkampungan yang rumah-rumah penduduknya kebanyakan bangunan panggung di atas air lautPagi itu dia ingin menunjukkan kepada Jawa Pos letak patok 01 yang ada di tepi lautItulah patok pertama perbatasan
Sembari mengoperasikan sampan bermesin, Bujang yang merupakan generasi kedua penghuni Temajuk banyak berceritaSalah satu yang dia ceritakan adalah sejarah mulai dihuninya wilayah yang tanahnya didominasi pasir pantai itu.
Dulu, menurut Bujang, wilayah Temajuk adalah lokasi persembunyian Pasukan Gerakan Rakyat Serawak atau Persatuan Rakyat Kalimantan UtaraPasukan ini selanjutnya ditumpas militer IndonesiaSetelah itu pemerintah mulai menempatkan transmigran lokal ke Temajuk
Warga atau transmigran yang bersedia pindah ke desa yang kini penghuninya mencapai 1.751 jiwa itu oleh pemerintah diberi paket istimewaSetiap kepala keluarga menerima satu unit rumah dan lahan sekitar lima hektare
Warga yang sudah dididik untuk berkebun diberi bibit karet dan ladaItulah mengapa Temajuk sempat terkenal sebagai penghasil lada"Sekitar awal 2000 ada hama dan sampai sekarang lada tidak bisa tumbuh dengan baik," tuturnya
Akhirnya, saat ini warga lebih bergantung pada getah karet sebagai mata pencaharian saat ombak tinggiPadahal, lada menjadi 70 persen penghasilan warga dan menyumbang pendapatan hingga Rp 6 juta per bulan.
Tidak hanya berfungsi untuk menjaga lahan, warga juga berperan dalam menjaga perbatasanSampailah Jawa Pos di lokasi patok 01Saat sampai di patok 01 yang berada di Tanjung Datu, dia menyebut patok itu buatan Malaysia
Adapun patok milik Indonesia, lanjut dia, sudah tenggelam karena abrasiSama dengan patok-patok yang melintas di Dusun Marudin dan Camar Bulan, patok itu hanya berbentuk kotak kecilBedanya, patok tersebut terletak di atas batu besar.
Dari lokasi patok 01, Jawa Pos lantas diajak ke Teluk MelanoWilayah yang sudah masuk MalaysiaDari Temajuk, hanya butuh 15 menit perjalanan dengan motor menuju ke Teluk Melano
Di tengah perjalanan, Jawa Pos bertemu warga Temajuk yang motornya dipenuhi sembakoDia mengatakan, membeli sembako dari Teluk Melano jauh lebih murah daripada membeli ke Kecamatan PalohDia lantas mencontohkan harga telur
Jika membeli ke Teluk Melano, harga telur per karton (isi 30 butir) sekitar RM 9 (sekitar Rp 25.400)Jika membeli telur di Kalimantan, harganya mencapai Rp 30 ribu per kartonDari Temajuk, lokasi terdekat untuk membeli telur adalah di Kecamatan Paloh"Pulang pergi (Temajuk?Paloh) butuh enam jamSampai sini telur hancur semua," jelasnya.
Memasuki wilayah Malaysia, ternyata jauh dari bayangan sebelumnya yang dijaga banyak tentaraDi Temajuk, perbatasan hanya dijaga portal selebar dua meterDi gerbang terdapat tulisan: Selamat Jalan, Doa Kami Menyertai AndaSedangkan dari Malaysia tulisannya: Selamat Datang di Indonesia, Desa Temajuk, Kecamatan Paloh, Kabupaten Sambas.
Sekitar 20 meter dari lokasi itu terdapat rumah Muhid, 50, dan istrinya, Hajim, 49, transmigran asal Mojokerto, Jawa TimurDia menggarap perkebunan karet di tanah Malaysia karena merasa kurang beruntung di JatimMuhid mengatakan cukup senang berada di sana karena sembako gampang terpenuhi.
Tidak jauh dari rumah Muhid terdapat pos pengamanan tentara MalaysiaNamun, saat sepeda motor yang saya naiki melintas di depan pos itu, tidak ada seorang pun tentara yang menghadangMereka hanya melempar senyum sebagai tanda boleh menginjakkan kaki di Malaysia.
Menurut Achmad, kepala Kampung Teluk Melano, Malaysia, formalitas melintas antara warga di Temajuk dan Teluk Melano di perbatasan memang tidak perluAlasannya, mereka terlalu sering bolak-balik dan bisa repot kalau menggunakan dokumenApalagi, bagi warga yang pedagang"Mereka bebas mengambil barang dari sini," kata Achmad.
Achmad yang baru beberapa bulan menjadi kepala kampung lantas menjelaskan pola hubungan warga Temajuk-Teluk MelanoDia menjelaskan, kedua desa itu saling membutuhkanPerekonomian warganya tidak bisa berkembang kalau tidak ada warga Temajuk yang membeli barangnya.
Sebaliknya, warga Temajuk bisa kekurangan pangan dan sebagainya kalau tidak mengambil dari MelanoDi samping itu, sekitar 50 persen warga Temajuk dan Melano adalah saudara dekatHubungan itu terbina dari pernikahan di antara kedua desa beda negara itu"Kapan hari ada pesta anak sayaWarga Temajuk pun kami undang," ungkapnya.
Hubungan baik kedua kampung tersebut diuji saat masalah patok batas negara mencuatBahkan, muncul isu warga Temajuk tidak lagi boleh ke Melano karena dijaga ketat tentara MalaysiaSemua itu dibantahnya"Kami baik-baik sajaYang ribut kan orang atas (pemerintah, Red)," katanya
Dia lantas menceritakan pesta anaknya yang mengundang ratusan warga Temajuk untuk menggambarkan kedekatan merekaSelama perang tidak meletus, mereka jamin perbedaan warga negara tidak akan membuat mereka saling membenci.
Ada banyak alasan mengapa warga lebih suka mengambil barang dari MalaysiaLagum, 46, warga Camar Bulan, mengatakan, upaya pemerintah RI untuk membantu sembako warga juga tidak sepenuhnyaSebab, mereka tetap harus merogoh kocek untuk menebus bantuan itu.
Misalnya, beras untuk setiap keluarga miskin yang mendapat jatah 15 kilogram dan menebus Rp 1.500 per kilogramNamun, dia mengaku bahwa uang untuk menebus beras itu kerap membubung hingga Rp 8 ribu per tiga kilogram"Jatuhnya mahal, lebih baik beli sendiri ke Malaysia," tuturnya.
Bukan hanya ituJatah raskin juga tidak rutin tiap bulan menghampiri desa yang dihuni 486 KK (kepala keluarga) tersebutSekretaris Desa Temajuk Asman membenarkan bahwa banyak jatah raskin yang menumpukMenurut dia, wajar jika harganya melonjakSebab, untuk bisa ke Temajuk, dibutuhkan ongkos tambahan untuk pengiriman.
"Jatah di sini per keluarga tiga kilogram," ucapnyaNamun, dia tidak bisa memaksa warga mengambil jatah tersebutToh selama ini warga juga tidak ada masalah dengan mendatangkan beras dari negeri seberang"Meski kami bergantung ke Malaysia, kami masih cinta Indonesia," tegasnya.(c2/kum)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Zoya Amirin, Psikolog Seksual yang Mendunia lewat Website
Redaktur : Tim Redaksi