TENGGARONG – Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) memang kaya raya, tapi tidak lantas semua kebutuhan warga terpenuhiContohnya di Desa Ritan Baru, Kecamatan Tabang, Kukar
BACA JUGA: Kantin Kejujuran Hanya Tahan 2 Hari
Di sana, fasilitas pendidikan minimBACA JUGA: Perceraian PNS di Kuansing Meningkat
Belum ada jaringan telepon rumahKepala SDN 006 Desa Ritan Baru Yunus Merang bercerita, di desa ityu sinyal HP nyaris tak ada
BACA JUGA: Gempa Bumi Goncang Bima dan Gorontalo
"Malam saja baru ada sinyal itupun kecil cuma bisa buat SMS (short message service, Red.),” kata Yunus Merang.Yang makin mempersulit, sejak dua minggu lalu tower milik salahsatu perusahaan seluler di kawasan Cakra (masih di Kecamatan Tabang) rusak karena tersambar petirAkibatnya, sinyal handphone di Desa Ritan Baru putus, sementara jaringan telepon rumah juga belum adaAkibatnya, tak ada komunikasi dari luar atau ke desa ini.
Karena itu, untuk berkomunikasi dengan wilayah lain, warga menyiasati dengan naik bukit setinggi 50 meter yang jaraknya 2 kilometer dari SDN 006 Desa Ritan BaruTiap hari ada saja warga desa yang ke gunung sekadar untuk SMS, sehingga oleh warga sekitar, bukit ini dijuluki Gunung SMS.
“Jadi kadang-kadang hanya bisa SMS sajaItupun harus naik gunung (bukit) dulu, yakni Gunung SMSTower di Cakra itu sebenarnya baru ada sekitar 2 tahun laluSehingga sebelumnya warga sudah terbiasa ke Gunung SMS,” kata Yunus.
Dari sisi bangunan sekolah, desa di Kecamatan Tabang yang berjarak kurang lebih 6 jam dari Kecamatan Tenggarong, Kukar, ini memang sangat minimNamun, untuk tekad belajar siswanya, cukup tinggiIni terbukti dari hasil Ujian Nasional tingkat SMP, Tabang 100 persen lulusIni lebih tinggi dibanding Tenggarong yang merupakan pusat Kukar yang memiliki 2 persen siswa tak lulus UN.
Sementara untuk tingkat SD, semangat murid mengikuti ujian akhir sekolah berstandar nasional (UASBN) juga tinggiContohnya di Desa Ritan Baru, ada 28 murid yang ikut UASBN yang digelar Selasa (4/5) hingga Kamis (6/5)Sebenarnya, persiapan ujian di SD ini sempat terkendala masalah komunikasi tadiNamun, para guru telah berkomitmen untuk membantu siswaSehingga ketika ada file yang harus diterima SD tersebut dari Kantor Disdik yang terletak di Tenggarong, para guru rela patungan dana untuk pergi milir (istilah Kutai yang artinya berangkat ke Tenggarong).
“Sebelum UASBN, kami diwajibkan menerima berkasKarena komunikasi putus, terpaksa saya sendiri yang berangkatDana yang habis Rp 1,5 jutaan sekali berangkat,” kata Kepala SDN 006 Desa Ritan Baru Yunus Merang.
Dana itu habis untuk perjalanan, yakni dari Desa Ritan Baru sewa mobil ke Desa Kahala Rp 450 ribu (melintasi jalan perusahaan sawit)Lalu menggunakan perahu ces dari Kahala ke Kota Bangun Rp 250 ribu, kemudian dari Kota Bangun ke Tenggarong menyewa mobil Rp 250 ribuanMakan dan akomodasi selama perjalanan, akhirnya dana yang habis Rp 1,5 jutaDana itu benar-benar berasal dari guru, dan tak jelas apakah akan diganti oleh pemerintah atau tidak
“Ini termasuk pengabdianKalau diganti, tentu kami sangat terbantuSebenarnya, ada cara lebih murah, yakni menggunakan jalan darat dengan motor melintasi jalan perusahaan sawit hingga ke Kota BangunTapi kalau hujan, terpaksa bermalam di hutan dan juga bisa sesat,” kata Yunus.
Untuk fasilitas di SD ini, sangat minimBangunannya terdiri dari dua bagianBangunan pertama, berbentuk lamin dengan ketinggian 1,5 meter dari tanahAda tiga kelas di bangunan ini yakni kelas 1, 2 dan tigaBangunan ini baru dibangun pada 1999Sementara bangunan kedua, tinggi lamin dari tanah hanya 1 meterJuga ada tiga kelas di bangunan ini yakni untuk kelas 4, 5 dan 6
Saat banjir besar yang biasanya setahun terjadi 3 kali, ketinggian air mencapai 1 meter lebihSehingga bangunan kedua pasti terendam hingga setinggi pintuKalau sudah begitu, sekolah pasti libur termasuk kelas 1, 2 dan 3Karena walau bangunan pertama tak terendam banjir, tapi ketinggian air yang mencapai 1 meter membuat warga tak bisa mendekati sekolah.
Yunus berharap, pemerintah mau meninggikan bangunan sekolah agar tak kebanjiran"Kasihan anak-anak semangatnya sekolah tinggi, tapi kalau air pasang terpaksa diliburkan karena khawatir banjir lagi,” katanyaSebagai informasi, SDN 006 Desa Ritan Baru ini dibentuk pada 1979, dengan 13 guru honorSementara secara keseluruhan, jumlah SD di Tabang mencapai 14 SD(che/sam/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... KUPANG: 3 Tahun Nol Persen, Sekolah Ditutup
Redaktur : Soetomo Samsu