Desak Tambah Pengurus Perempuan

Selasa, 06 Juli 2010 – 05:06 WIB

JOGJAKARTA - Gerakan mengakomodasikan perempuan dalam Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah mendatang menggelinding semakin kuatMuncul desakan agar enam anggota tambahan PP berasal dari kaum hawa

BACA JUGA: Diminta Kembali Ke Khitah

Mantan Rektor UIN Jakarta Azyumardi Azra yang berbicara dalam diskusi di Media Center Aisyiyah menilai Muhammadiyah memiliki SDM (sumber daya manusia) perempuan yang mumpuni
Karena itu, dia heran, di antara 39 calon tetap pimpinan Muhammadiyah, tak ada satu kursi pun untuk perempuan

BACA JUGA: Din Raih Suara Terbanyak

"Sudah sepatutnya, di antara ketua-ketua dan sekretaris pimpinan pusat Muhammadiyah ada perempuan
Muhammadiyah sudah saatnya melakukan pengarusutamaan perempuan," kata Azyumardi di Jogja.

Tidak adanya calon perempuan memunculkan protes dari Nasyiatul Aisyiyah

BACA JUGA: Hasyim Muzadi Rayu Megawati

Organisasi itu melayangkan nota keberatanSetelah itu, muncul gagasan dari Ketum PP Muhammadiyah demisioner Din Syamsuddin agar anggota PP Muhammadiyah ditambah enam orangBila usul Din lolos, anggota PP Muhammadiyah menjadi 19 orang karena 13 orang terpilih lewat pemilihan muktamirinMenurut Azyumardi, enam anggota tambahan seharusnya perempuan"Dipilih saja, enam orang tersebut perempuan semuaBerarti yang 13 lelakiAdil kan," katanya.

Selama ini, lanjut Azyumardi, perempuan di jajaran elite Muhammadiyah hanya bisa masuk melalui pintu AisyiyahMereka harus menjadi ketua umum PP Aisyiyah agar menjadi ex officio di jajaran pimpinan PP Muhammadiyah"Salah satu kekuatan Islam di Indonesia terletak pada pemberdayaan perempuanSesuatu yang tak bisa dilakukan negara-negara lain," jelasnya.

Bahkan, imbuh guru besar sejarah Universitas Islam Negeri (UIN) Syarief Hidayatullah itu, Indonesia kerap menjadi contoh pemberdayaan perempuan di ruang publikSalah seorang tokoh muslim di Inggris datang langsung ke Indonesia untuk mengadopsi dan belajar tentang hal tersebut"Di Inggris, selalu ada pemisahan terhadap perempuan muslimMereka tidak bisa terlibat aktivitas sosial," katanya.

Sementara itu, anggota Aisyiyah yang juga mantan Ketua Sekolah Pascasarjana Universitas Indonesia Chusnul Mar?iyah menegaskan, minderheit nota atau nota keberatan yang dikeluarkan Aisyiyah kepada PP Muhammadiyah pada Minggu (4/7) wajib dilakukanApalagi, alasan yang mendasari penandatanganan minderheit nota cukup kuat"Tuntutan Aisyiyah itu harus ditanggapi serius," ujarnya saat hadir sebagai peninjau Muktamar Aisyiyah di Grha Wana Bhakti Yasa.

Chusnul menyebut Aisyiyah lebih dari sekelompok produk fashion yang genitPerannya dalam pengembangan amal usaha Muhammadiyah selama satu abad tidak kecilApalagi, di antara keseluruhan anggota Muhammadiyah, anggota perempuan tidak sedikit"Harus diakui, database keanggotaan Muhammadiyah dan Aisyiyah belum sempurnaJumlah anggota perempuan belum terdata dengan baikTapi, saya yakin jumlahnya cukup besarBahkan, mungkin hampir separonya," jelasnya
 
Mantan anggota KPU pusat itu menilai, daftar 39 anggota calon anggota tetap yang dikeluarkan PP Muhammadiyah jelas memarginalkan perempuanPadahal, menghasilkan kepengurusan yang lebih egaliter secara gender sudah dicanangkan saat muktamar di Malang pada 2005"Kalau sekarang masih tidak mau mengubah susunan calon yang ada, itu berarti pimpinan Muhammadiyah masih resistan terhadap peran aktif perempuan Muhammadiyah di kepengurusan inti," tuturnya
 
Apabila alasan yang dipakai Muhammadiyah meniadakan perempuan di jajaran kepengurusan adalah alasan teknis seperti AD/ART yang belum memungkinkan, Chusnul menegaskan bahwa aturan bisa diubah"Aturan yang tidak boleh diubah adalah Alquran," tandasnya.
 
Sebaliknya, langkah Muhammadiyah mereformasi aturan adalah bentuk ijtihad politik yang penting untuk menandai abad kedua"Tantangan yang dihadapi Muhammadiyah saat ini berbeda dengan tantangan saat didirikan satu abad laluHarus ada langkah maju yang vital dalam internal organisasi," ungkapnya
 
Apalagi, tantangan yang dihadapi abad baru Muhammadiyah terkait erat dengan persoalan perempuanPerdagangan manusia, kekerasan dalam rumah tangga, pendidikan keluarga, dan kemiskinan adalah masalah yang bersinggungan langsung dengan perempuan
 
Gagasan yang diberikan Chusnul adalah memberikan reserved seat quota atau sejumlah kursi kepada tokoh AisyiyahBila hal itu dikhawatirkan mengurangi jumlah calon pengurus pusat pria, jumlahnya bisa ditambah menjadi lebih dari 13 pengurus pusat
 
Ketua Pengurus Wilayah Aisyiyah (PWA) Jatim Esty Martiana Rachmi menilai organisasi yang lebih responsif gender sebagai kebutuhan yang tidak bisa dikesampingkan"Susunan pengurus pusat Muhammadiyah adalah potret gerakanApakah akan kita biarkan potret gerakan yang tidak mewakili kepentingan sebagian anggotanya" ungkapnya
 
Reformasi pemikiran dengan menyertakan perempuan dalam kepengurusan, lanjut dia, merupakan ciri gerakan pembaruan"Kita tidak melupakan kodrat perempuan atau ingin mendominasi laki-lakiKita tetap paham kodratYang kita minta adalah dilibatkan dalam peran kebangsaanMuhammadiyah memainkan peran bagi seluruh bangsaKalau perempuan dilibatkan, tentu akan lebih sempurna," paparnya(aga/sep/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kesaksian Mantan Anak Buah Untungkan Ismeth Abdullah


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler