Din Raih Suara Terbanyak

Selasa, 06 Juli 2010 – 04:53 WIB

JOGJAKARTA -
Pemilihan 13 anggota Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah berlangsung seru tadi malamDin Syamsuddin, memimpin perolehan suara

BACA JUGA: Hasyim Muzadi Rayu Megawati

Padahal saat sidang tanwir penetapan calon sementara, Din berada di rangking dua bersama Yunahar Ilyas
Posisi Din di atas itu, memberi peluang lebih besar untuk kembali menjadi ketua umum

BACA JUGA: Kesaksian Mantan Anak Buah Untungkan Ismeth Abdullah


    
Hasil tersebut hingga pukul 23.40 saat koran ini naik cetak
Namun, sulit nama Din bisa  dikejar karena suara yang masuk sudah 90 persen lebih

BACA JUGA: Komnas HAM Tolak Satpol PP Bersenpi

Dalam pemilihan di Gedung A.R Fachruddin, Komplek Kampus Universitas Muhammadiyah Yogyakarta itu, posisi kedua di tempati oleh Muhammad MuqqodasIni juga mengejutkan, karena saat pemilihan calon sementara, Muqqodas berada di nomor 5,  berarti naik tiga stripMalik Fadjar juga terkerekDi daftar pemilihan sementara dia bertengger di urutan ke 8, namun tadi malam loncat ke nomor tiga
    
Sementara Haidar Nashir yang menempati urutan teratas saat penyusunan calon sementara, melorot menjadi nomor limaNama lain yang merosot adalah Yunahar Ilyas, yang sebelumnya di nomor urut 2 menjadi urutan 6Saudara Amin Rais, Dahlan Rais tetap bertahan di nomor empat
    
Yang cukup mengejutkan, adalah ketua PWM Jatim Syafiq Mughni yang berada di nomor 9Sebelumnya dia berada di nomor 20Syafiq hampir pasti terpilih, karena yang masuk menjadi anggota PP Muhammadiyah sampai rangking 13Sementara mantan Mendiknas Bambang Soedibyo berada di posisi kritis, menempati posisi 12, satu strip di atas batas calon terpilih
   
Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Syafi'i Ma'arif menilai hasil tersebut cukup mengejutkanDia melihat warga Muhammadiyah di akar rumput mulai bersikap independenKeinginan pengurus wilayah untuk memilih calon tertentu tidak sudah tak manjur

 Pimpinan Perempuan

Gerakan mengakomodasikan perempuan dalam Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah mendatang menggelinding semakin kuatMuncul desakan agar enam anggota tambahan PP berasal dari kaum hawa.  Mantan Rektor UIN Jakarta Azyumardi Azra yang berbicara dalam diskusi di Media Center Aisyiyah menilai Muhammadiyah memiliki SDM (sumber daya manusia) perempuan yang mumpuniKarena itu, dia heran, di antara 39 calon tetap pimpinan Muhammadiyah, tak ada satu kursi pun untuk perempuan"Sudah sepatutnya, di antara ketua-ketua dan sekretaris pimpinan pusat Muhammadiyah ada perempuanMuhammadiyah sudah saatnya melakukan pengarusutamaan perempuan," kata Azyumardi di Jogja kemarin (5/7).
 
Tidak adanya calon perempuan memunculkan protes dari Nasyiatul AisyiyahOrganisasi itu melayangkan nota keberatanSetelah itu, muncul gagasan dari Ketum PP Muhammadiyah demisioner Din Syamsuddin agar anggota PP Muhammadiyah ditambah enam orangBila usul Din lolos, anggota PP Muhammadiyah menjadi 19 orang karena 13 orang terpilih lewat pemilihan muktamirinMenurut Azyumardi, enam anggota tambahan seharusnya perempuan"Dipilih saja, enam orang tersebut perempuan semuaBerarti yang 13 lelakiAdil kan," katanya
 
Selama ini, lanjut Azyumardi, perempuan di jajaran elite Muhammadiyah hanya bisa masuk melalui pintu AisyiyahMereka harus menjadi ketua umum PP Aisyiyah agar menjadi ex officio di jajaran pimpinan PP Muhammadiyah"Salah satu kekuatan Islam di Indonesia terletak pada pemberdayaan perempuanSesuatu yang tak bisa dilakukan negara-negara lain," jelasnya.
 
Bahkan, imbuh guru besar sejarah Universitas Islam Negeri (UIN) Syarief Hidayatullah itu, Indonesia kerap menjadi contoh pemberdayaan perempuan di ruang publikSalah seorang tokoh muslim di Inggris datang langsung ke Indonesia untuk mengadopsi dan belajar tentang hal tersebut"Di Inggris, selalu ada pemisahan terhadap perempuan muslimMereka tidak bisa terlibat aktivitas sosial," katanya.
 
Sementara itu, anggota Aisyiyah yang juga mantan Ketua Sekolah Pascasarjana Universitas Indonesia Chusnul Mar?iyah menegaskan, minderheit nota atau nota keberatan yang dikeluarkan Aisyiyah kepada PP Muhammadiyah pada Minggu (4/7) wajib dilakukanApalagi, alasan yang mendasari penandatanganan minderheit nota cukup kuat"Tuntutan Aisyiyah itu harus ditanggapi serius," ujarnya saat hadir sebagai peninjau Muktamar Aisyiyah di Grha Wana Bhakti Yasa kemarin
 
Chusnul menyebut Aisyiyah lebih dari sekelompok produk fashion yang genitPerannya dalam pengembangan amal usaha Muhammadiyah selama satu abad tidak kecilApalagi, di antara keseluruhan anggota Muhammadiyah, anggota perempuan tidak sedikit"Harus diakui, database keanggotaan Muhammadiyah dan Aisyiyah belum sempurnaJumlah anggota perempuan belum terdata dengan baikTapi, saya yakin jumlahnya cukup besarBahkan, mungkin hampir separonya," jelasnya
 
Mantan anggota KPU pusat itu menilai, daftar 39 anggota calon anggota tetap yang dikeluarkan PP Muhammadiyah jelas memarginalkan perempuanPadahal, menghasilkan kepengurusan yang lebih egaliter secara gender sudah dicanangkan saat muktamar di Malang pada 2005"Kalau sekarang masih tidak mau mengubah susunan calon yang ada, itu berarti pimpinan Muhammadiyah masih resistan terhadap peran aktif perempuan Muhammadiyah di kepengurusan inti," tuturnya
 
Apabila alasan yang dipakai Muhammadiyah meniadakan perempuan di jajaran kepengurusan adalah alasan teknis seperti AD/ART yang belum memungkinkan, Chusnul menegaskan bahwa aturan bisa diubah"Aturan yang tidak boleh diubah adalah Alquran," tandasnya.
 
Sebaliknya, langkah Muhammadiyah mereformasi aturan adalah bentuk ijtihad politik yang penting untuk menandai abad kedua"Tantangan yang dihadapi Muhammadiyah saat ini berbeda dengan tantangan saat didirikan satu abad laluHarus ada langkah maju yang vital dalam internal organisasi," ungkapnya
 
Apalagi, tantangan yang dihadapi abad baru Muhammadiyah terkait erat dengan persoalan perempuanPerdagangan manusia, kekerasan dalam rumah tangga, pendidikan keluarga, dan kemiskinan adalah masalah yang bersinggungan langsung dengan perempuan
 
Gagasan yang diberikan Chusnul adalah memberikan reserved seat quota atau sejumlah kursi kepada tokoh AisyiyahBila hal itu dikhawatirkan mengurangi jumlah calon pengurus pusat pria, jumlahnya bisa ditambah menjadi lebih dari 13 pengurus pusat
 
Ketua Pengurus Wilayah Aisyiyah (PWA) Jatim Esty Martiana Rachmi menilai organisasi yang lebih responsif gender sebagai kebutuhan yang tidak bisa dikesampingkan"Susunan pengurus pusat Muhammadiyah adalah potret gerakanApakah akan kita biarkan potret gerakan yang tidak mewakili kepentingan sebagian anggotanya" ungkapnya
 
Reformasi pemikiran dengan menyertakan perempuan dalam kepengurusan, lanjut dia, merupakan ciri gerakan pembaruan"Kita tidak melupakan kodrat perempuan atau ingin mendominasi laki-lakiKita tetap paham kodratYang kita minta adalah dilibatkan dalam peran kebangsaanMuhammadiyah memainkan peran bagi seluruh bangsaKalau perempuan dilibatkan, tentu akan lebih sempurna," paparnya(aga/sep/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... DL Sitorus Akui Beri Uang Rp 300 juta


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler