jpnn.com - PERKAMPUNGAN muslim di Bali mulanya menganut Islam Waktu Telu. Sejak 1910 mulai bergeser ke Islam Waktu Lima.
Tokoh yang paling berpengaruh dalam pergeseran ini seorang mubaligh dari Sumatera. Namanya Teuku Aceh.
BACA JUGA: Keturunan Pendekar Islam Demak Berkampung Di Pulau Bali
Wenri Wanhar - Jawa Pos National Network
Teuku Aceh datang ke Karangasem, Bali Timur pada 1910. Mulanya dia bermukim di kampung Kecicang.
BACA JUGA: Istana Raja Bali Dikelilingi Kampung Islam, Ini Sejarahnya...
"Hampir semua kampung Islam di Karangasem telah pernah ia kunjungi," tulis A.A.G Putra Agung, dalam buku Sejarah Masuknya Islam di Karangasem Bali.
Menurut guru besar Ilmu Sastra Universitas Udayana (Unud) Bali tersebut, Teuku Aceh kerap mengumpulkan masyarakat Islam yang ada di Bali Timur di daerah Nyuling. Di sana ia mengajak umat muslim membangun masjid.
BACA JUGA: Kalah Sakti, Utusan Mekah Gagal Islamkan Raja Bali
"Sejak kedatangan Teuku Aceh, orang mulai sembahyang di masjid," ungkap Prof. Putra Agung, 82 tahun, dalam sebuah perbincangan dengan JPNN.com di Puri Karangasem, awal Juni 2016 .
Sebelum itu, masyarakat muslim Karangasem yang menganut Islam Waktu Telu sembahyang di sebuah rumah yang disebut sanggah.
Teuku Aceh mulanya bertempat tinggal di kampung Kecicang, Karangasem. Kemudian hari pindah ke Bangli.
"Teuku Aceh meninggal di Bangli pada tahun 1918," papar akademisi yang membuka jurusan Ilmu Sejarah di Universitas Udayana Bali.
Adat Sasak
Meski sudah menganut Islam sebagaimana Islamnya kebanyakan orang Indonesia, adat istiadat leluhur--sisa agama Islam Waktu Telu-- masih berlaku.
Dalam perkawinan, lazimnya orang Sasak di Lombok, mereka menjalankan adat sorong-serah atau nyorong-nyerah.
Telah diuraikan sedikit banyak pada bagian kedua dari rangkaian tulisan ini, bermula Islam masuk ke Bali bukan melalui jalur perdagangan di pesisir pantai.
Melainkan, Raja Bali membawa pengawal yang berasal dari orang Sasak Lombok yang notabene pemeluk Islam Waktu Telu. Mereka ditempatkan di kampung-kampung yang mengeliling puri/istana kerajaan.
Baca: Istana Raja Bali Dikeliling Kampung Islam, Ini Sejarahnya…
Kendati sehari-harinya menggunakan bahasa Bali, keturunan para pengawal raja ini masih mempertahankan adat istiadatnya.
"Kebudayaan Sasak, terutama di bidang kesenian, masih hidup secara baik di kalangan masyarakat," ungkap Putra Agung.
Satu di antaranya mabebasan, yaitu membaca lontar Rengganis dengan tembang Sasak. Kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Bali.
Ini biasanya dilakukan pada waktu ada upacara besar.
Nah, bagaimana mula cerita adanya pertalian antara Bali dan Lombok? --bersambung (wow/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tenganan Pegrigsingan, Masyarakat Tanpa Kelas di Pulau Bali
Redaktur : Tim Redaksi