jpnn.com - ISTANA atau Puri Karangasem dikelilingi kampung Islam. Padahal, kerajaan di ujung Timur Pulau Dewata itu bercorak Hindu--Siwa Budha.
Merawi sejarah, leluhur masyarakat Islam di lingkar Puri, didatangkan dari Lombok sebagai pengawal Raja Bali.
BACA JUGA: Kalah Sakti, Utusan Mekah Gagal Islamkan Raja Bali
Wenri Wanhar - Jawa Pos National Network
Karangasem mengalami puncak kejayaan pada abad 18. Wilayah kekuasaannya hingga seberang laut--meliputi Lombok Barat.
BACA JUGA: Tenganan Pegrigsingan, Masyarakat Tanpa Kelas di Pulau Bali
Di Lombok Barat, dinasti Karangasem mendirikan sejumlah koloni sejak 1744. Mulai dari kerajaan Singasari, Mataram, Pegasangan, Pagutan, Kediri dan Sengkongo.
Kemudian disusul Kerajaan Cakranagara yang penduduknya didatangkan langsung dari Bali--umumnya terdiri dari orang-orang penting hijrahan dari Majapahit.
BACA JUGA: Hikayat Hotel Pertama di Borobudur dan Misteri Puisi Chairil Anwar
Buktinya, di perpustakaan Raja Cakranagara-lah, J.L.A. Brandes menemukan kitab Negarakretagama--kitab yang menjadi rujukan utama para ilmuwan ketika meneliti sejarah Majapahit.
Sekadar catatan, Brandes ilmuwan Belanda yang ikut bersama tentara KNIL ketika menyerbu Lombok pada 1894.
Antara Bali dan Lombok
Meski menguasai Lombok yang notabene Islam, Karangasem tidak memaksakan masyarakat setempat memeluk Hindu.
Hingga kini, memang masih ada komunitas Hindu di Lombok. Sebagaimana dijelaskan di atas, mereka ini anak keturunan Kerajaan Cakranagara.
Dengan berdirinya Kerajaan Cakranagara, "hubungan kerajaan Karangasem Bali dengan kerajaan-kerajaan Karangasem yang ada di Lombok semakin ramai," tulis A.A.G. Putra Agung, guru besar Ilmu Sastra Universitas Udayana Bali dalam Sejarah Masuknya Islam di Karangasem Bali.
Pada musim yang inilah, orang-orang Sasak, Lombok yang menganut Islam Waktu Telu, secara bertahap mulai berdatangan dan menetap di Bali.
Mulanya mereka datang sebagai pengiring raja. Kemudian hari jadi barisan pertahanan kerajaan.
"Orang-orang Sasak ditempatkan di sekeliling puri (istana--red) ini," kata Putra Agung, 82 tahun, anak Raja Karangasem terakhir, dalam sebuah perbincangan dengan JPNN.com, di Puri Agung Karangasem, awal Juni 2016.
Anak keturunan para pengawal raja itulah yang hingga kini masih menetap di sekeliling puri.
Sebelah Timur puri; Bukit Tabuan, Kampung Anyar, Karang Sasak, Timbulaka Sasak, Tihing Jangkrik, Nyuling.
Sebelah Selatan puri; Ujung Pesisi, Ujung Sumbawa, Ujung Desa, Segara Katon, Dangin Sema.
Sebelah Utara puri; Karang Cermen, Karang Tebu, Jeruk Manis dan Gelumpang Suci.
Sebelah Barat puri; Bangras, Karang Langko, Karang Tohpati, Kampung Ampel, Karang Sokong, Telaga Mas, Kecicang, Kedokan, Sindu, Buitan dan Saren Jawa.
Kampung Islam yang disebut terakhir, punya sejarah tersendiri. Latar nenek moyangnya bukan pasukan yang didatangkan dari Lombok, melainkan kisah sakti seorang pendekar.
Siapa pendekar yang dimaksud? --bersambung (wow/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Inilah Siaran Terakhir Radio Pemberontakan Bung Tomo dari Jalan Mawar
Redaktur : Tim Redaksi