Kompetisi basket pelajar terbesar di Indonesia, Honda DetEksi Basketball League (DBL) 2009, baru saja dimulaiPilihan Jayapura sebagai kota pembuka sempat bikin banyak orang mengernyitkan dahi
BACA JUGA: Menelusuri Terowongan Rahasia Penghubung Gaza dengan Mesir (3-Habis)
Berikut catatan AZRUL ANANDA, wakil direktur Jawa Pos dan commissioner DBL.SEJAK 2004, DetEksi Basketball League (DBL) sudah diselenggarakan
BACA JUGA: Menelusuri Terowongan Rahasia Penghubung Gaza dengan Mesir (2
Pemain tak hanya dituntut jago di lapangan basket, dia juga harus menunjukkan kemampuan di sekolahBACA JUGA: Menelusuri Terowongan Rahasia Penghubung Gaza dengan Mesir (1)
Hingga 2007, meski hanya diselenggarakan di Jawa Timur, DBL berkembang menjadi liga terbesarPada 2007 saja, pesertanya sudah mencapai 220 tim, melibatkan lebih dari 4.000 pemain, ofisial, dan yel-yelPada 2008 lalu, setelah mematangkan konsep dan sistem, sudah waktunya menyebar ke provinsi lain di IndonesiaSebelas kota dan sepuluh provinsi pun merasakan Honda DBL 2008.Tahun 2008, bagi kami, merupakan tahun belajarHarus mengulangi lagi masalah-masalah yang dulu dihadapi waktu kali pertama menyelenggarakan DBL pada 2004Kali ini di kota-kota yang berbedaTahun 2008, bagi kami juga tahun keberuntunganSiapa sangka, DBL menjadi liga pertama di Indonesia yang bekerja sama resmi dengan liga paling bergengsi di dunia, NBA
Bukan hanya itu, untuk kali pertama DBL mengirimkan pemain-pemain pilihannya ke luar negeriTerima kasih kepada pemerintah Australia, pemain kami bukan hanya bertanding di PerthMereka juga belajar dan bertemu banyak teman.
Bila 2008 adalah tahun belajar, 2009 ini adalah tahun pengembanganTotal, Honda DBL 2009 akan diselenggarakan di 16 kota, di 15 provinsi di IndonesiaTotal, diperkirakan bakal diikuti oleh lebih dari 750 tim dan 15 ribu pesertaBelum pernah ada kompetisi basket yang memiliki jumlah partisipan sebesar iniDan pembukaannya diselenggarakan di Jayapura…
***
Mengapa Jayapura? Setiap kali ditanya begitu –dan saya bersama teman-teman di DBL Indonesia sering ditanya begitu–, saya akan langsung menjawabnya lagi dengan pertanyaan: Mengapa tidak? Tahun lalu, kami sudah mendapatkan pertanyaan yang sama saat membuka Honda DBL 2008 di Mataram, Nusa Tenggara BaratHanya, waktu itu kami memilih Pulau Lombok dengan alasan khususPeserta tidak akan terlalu banyak, namun infrastruktur (stadion) memadaiSebab, Mataram bagi kami adalah tempat training camp untuk panitiaSemua kumpul dulu di sana, belajar segala masalah, baru kemudian terbagi dan menyebar ke kota-kota lain.
Keinginan ke Jayapura ini sebenarnya sudah tercetus sebelum movement ini dimulai tahun laluLalu makin getol dibicarakan saat menyelenggarakan kompetisi di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Februari tahun lalu. Kami makin sadar betapa besarnya tantangan menyelenggarakan kompetisi berstandar tinggi di kota-kota ”non-tradisional” basketDan, kami sudah berkali-kali bilang bahwa DBL tidak mengenal batasan wilayahKalau tidak ada batasan, kenapa tidak ambil yang ujung? Dalam hal ini, ujung sebelah timur: JayapuraApalagi, belakangan nama Papua begitu heboh dalam hal basketBanyak atlet hebat datang dari sana.
Di Banjarmasin itu pula kami bertemu seorang anak muda asal Papua, Andi SuebuDia juga gila basket, dan setiap hari datang menonton Honda DBL 2008 di Banjarmasin (dia bekerja di sebuah bank di sana)”Kamu harus menyelenggarakan ini di Papua,” katanya kepada saya dan rekan-rekan DBL.
Beberapa bulan kemudian, di kediaman Duta Besar Australia Bill Farmer di Jakarta, saya bertemu tim PON putri Papua yang akan berangkat untuk latihan di MelbourneSaya dan beberapa teman DBL sendiri datang di sana juga untuk basket, karena akan mengirimkan tim All-Star DBL untuk belajar dan bertanding di Perth, Australia (terwujud Oktober 2008 lalu).
Di sana saya bertemu Ketua Perbasi Papua, Jhon Ibo, dan sekretaris umumnya, Jan RAragaySaya sampaikan saja keinginan menyelenggarakan di PapuaPak Jhon tidak bicara banyakTapi, dari tatapan matanya saya menangkap ada kebahagiaanPerasaan ini pun makin mantapMeski mungkin waktu itu Pak Jhon punya rasa tak percaya (jangan-jangan saya dianggap asal bicara dan obral janji saja, he he he).
***
Tentu saja, bicara dan pelaksanaan tidaklah samaSebelum berlanjut ke kendala, sebelumnya saya ingin mengucapkan terima kasih kepada semua partnerKhususnya Astra Honda Motor, yang percaya sepenuhnya terhadap misi basket kami yang unikJuga kepada Relaxa, BNI, League, PT Sinar Sosro, dan Proteam.
Terus terang, saya sering sakit hati kalau bicara dengan calon partner di JakartaTidak banyak yang bisa melihat sebuah rancangan kompetisi secara menyeluruhBukan hanya sisi komersialnya, tapi juga misi dan idealismenyaBeberapa selalu bilang, percuma kalau menyelenggarakan di banyak kota, tapi Jakarta tidak dikunjungiMisalnya kalau menggunakan dasar survei rating televisiSebanyak 50 persen lebih dihitung di JakartaSurabaya hanya dihitung sekitar 20 persenLalu beberapa kota lain
Kebanyakan kota di luar Jawa sama sekali tidak dihitungKarena dasar surveinya tidak meluas, beberapa potensial partner di Jakarta pun seolah menggunakan kaca mata kudaDi mata mereka, kota seperti Jayapura tidak ada nilai angkanya.
Anggapan itu membuat kami (khususnya saya) makin bersemangat menyelenggarakan DBL di luar JakartaHarus ada yang bisa membuktikan bahwa liga terbesar tak harus diselenggarakan di JakartaSekali lagi, terima kasih kepada para partner DBL tahun iniProses pembuktian itu sekarang bisa berjalan…
***
Kalau tidak ada kendala, tidak ada ceritaKalau tidak menjalani proses, tidak ada hasilMenyelenggarakan Honda DBL 2009 di Jayapura merupakan tantangan tersendiriSaking serunya, tim DBL Indonesia yang dapat jatah ke Papua menyebut diri sendiri sebagai ”Tim Tempur” (juga karena dari sini langsung ke Makassar).
Dari segi logistik, ada banyak kendalaEntah mengapa, kargo pesawat ke Jayapura sering terkendalaAda kru kami yang mendarat dengan selamat di Jayapura, tapi bagasi (dan baju-bajunya) baru datang tiga hari kemudianBola pertandingan dari Proteam yang dijatah untuk Jayapura pun tak kunjung datang pada hari pembukaan, Jumat, 16 Januari laluBahkan, bola-bola itu baru Selasa lalu (20/1), lebih dari dua minggu setelah pengiriman!
Beruntung, kami punya beberapa bola untuk display yang saya bawa di bagasi pesawatJadi, pertandingan pertama masih bisa dilangsungkan meski jumlahnya kurang (khususnya untuk pemanasan)Pada hari pembukaan itu pula, markas DBL Indonesia di Surabaya langsung mengirimkan bola-bola baru untuk dikirim overnightPada hari kedua (17/1), kami sudah punya bola cukup.
Asal tahu saja, jersey untuk para finalis juga datang sangat mepetPadahal, sudah dikirim lamaFinal diselenggarakan Jumat hari ini (23/1), tapi jersey final itu baru datang Kamis kemarin (22/1)Terima kasih kepada League, yang cepat-cepat membuatkan jersey ekstra dan menerbangkan jersey itu di bagasi seorang personel Rabu malam lalu (21/1) dari Jakarta (tiba Kamis kemarin).
Totalitas juga ditunjukkan sehari sebelum pembukaan, Kamis, 15 Januari laluHari itu, semestinya semua pihak, baik DBL Indonesia, panitia dari Cenderawasih Pos (Jawa Pos Group), Perbasi Papua, Astra Honda Papua, dan sponsor lain mulai loading barang ke GOR Cenderawasih di Jayapura.
Dasar edan, di luar segala kesepakatan, ada sebuah partai menyelenggarakan pertemuan di GOR tersebut hari ituNamanya juga partai politik, tidak mau tahu kami butuh waktu untuk menyiapkan gedungBahkan, mereka tak kunjung selesai sampai sekitar pukul 19.00 WITPakai karaoke-karaokean segala lagi!
Berarti, kami hanya punya waktu kurang dari 18 jam untuk menunggu partai itu membongkar panggung, lalu menyiapkan gedung sesuai standar DBL yang cukup tinggiSaya tak mau sebut itu partai apa, tapi kami semua sudah sepakat tidak akan mencoblosnya saat pemilu nantiBahkan, ada kru kami yang bilang bahwa sampai anak cucunya nanti tidak akan pernah boleh mencoblos partai itu.
Saat itulah totalitas semua pihak terbuktiPihak sponsor (Astra Honda di bawah Jefri Rimeldo) mengerahkan banyak pasukan untuk menghiasi gedungTim DBL Indonesia dan Cenderawasih Pos (dengan ketua Lucky Ireeuw) menyiapkan perangkat penyelenggaraanDan yang patut diacungi semua jempol: Perbasi Papua.
Mereka turun penuh semalaman menyiapkan lapangan pertandinganTidak seperti kebanyakan gedung basket, GOR Cenderawasih tidak punya lapangan yang layakPerbasi Papua memasangkan sports tile, lapangan plastik yang ditata seperti mainan LegoKotak-kotak kecil dirangkai menjadi lapangan luas.
Di Jawa dan beberapa daerah lain, berdasarkan pengalaman kami, sangat mudah mendapati pekerja-pekerja ”lamban.” Tidak di siniSemua total supaya pertandingan besoknya bisa berlangsung… (bersambung)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Catatan Dahlan Iskan tentang Strategi Merebut Hati dan Mengisi Perut di Golden Triangle (Tamat)
Redaktur : Tim Redaksi