Di Balik DetEksi Basketball League dan Kehebohan Basket di Papua (2)

Main dengan Satu Mata, Elias akan Bertemu Pemain NBA

Sabtu, 24 Januari 2009 – 07:12 WIB

Bikin kompetisi basket di Papua memberi banyak inspirasiBaik dari para pemain mudanya maupun dari kampung-kampung basket yang tersebar di sekitar Danau Sentani

BACA JUGA: Di Balik DetEksi Basketball League dan Kehebohan Basket di Papua (1)

Berikut catatan AZRUL ANANDA, wakil direktur Jawa Pos yang juga commissioner DBL.


INFRASTRUKTUR adalah kendala besar penyelenggaraan kompetisi basket di berbagai penjuru Indonesia
Perbedaan gedung dari satu kota ke kota yang lain bisa sangat ekstrem

BACA JUGA: Menelusuri Terowongan Rahasia Penghubung Gaza dengan Mesir (3-Habis)

Ada kota yang gila basket, gedungnya kecil dan kumuh
Ada kota yang biasa-biasa saja terhadap basket, tapi gedungnya berlebih

BACA JUGA: Menelusuri Terowongan Rahasia Penghubung Gaza dengan Mesir (2

Baik itu ukuran tribun maupun jauhnya jarak dari keramaian.

November tahun lalu, saya bersama Masany Audri dan Puji Agus Santoso dari DBL Indonesia lebih dulu mengunjungi Jayapura untuk bertemu panitia dari Cenderawasih Pos serta perwakilan Honda sebagai partner utamaKetika kali pertama mengunjungi GOR Cenderawasih, tempat diselenggarakannya Honda DBL 2009 seri Papua, perasaan kami antara kaget dan tidakKami memang tidak punya ekspektasi tinggi, dan sudah punya pengalaman memermak gedung-gedung basket yang sebenarnya mungkin sudah tidak layak.

Saya tidak akan menjelaskan secara detail seperti apaYang pasti, kami harus menambahkan satu aturan lagi dalam fan code of conduct (aturan penonton yang selama ini kami terapkan)Bila biasanya dilarang membawa rokok, botol minuman, dan makanan, sekarang ditambah larangan membawa masuk buah pinang.

Juga, sempat tercetus ide untuk kerja bakti beberapa hari sebelum kompetisi dimulai 16 Januari laluDasar nasib baik, kerja bakti tak perlu dilakukanKetika Puji kembali ke Jayapura untuk persiapan penyelenggaraan awal Januari lalu, dia bilang, ’’Kita dapat berkah Natal.’’ Karena GOR Cenderawasih dipakai Natalan, gedung itu pun dicat totalDan karena Honda DBL 2009 adalah even besar pertama di awal tahun, kami kelimpahan kebersihannya…

***

Gara-gara dipakai acara partai di luar kesepakatan pemakaian gedung (dengan karaoke-karaokean segala), panitia hanya punya waktu 18 jam untuk menyiapkan GOR Cenderawasih untuk pembukaan Honda DBL 2009Pada akhirnya, semua siap pukul 12.00 WIT hari Jumat, 16 Januari laluHanya dua jam sebelum pembukaan kompetisiTidak seideal yang diharapkan, karena penataan branding dan peralatan semua serba cepat-cepat, tapi sudah terlihat bakal ada even berstandar tinggi.

Salah satu bagian yang paling dikhawatirkan adalah lapanganPertama, butuh waktu beberapa jam untuk menata sports tile (lapangan panel-panel plastik)Kedua, merapikan lapangan itu sendiri dan kemudian menempelinya dengan stiker sponsorApalagi, di Jayapura ternyata tidak ada orang yang punya pengalaman memasang stiker lapangan basketDulu katanya pernah ada kompetisi yang disponsori sebuah merek rokok dan memakai stiker lapanganTapi, penempel stikernya didatangkan dari Jakarta.

Hal itu membuat kami banggaAda pemasang kaca film mobil yang bersedia menempeli stiker lapangan Honda, Relaxa, dan BNIKarena pemasang kaca film, dia pun menempeli stiker besar-besar itu pelan-pelan, mengencangkannya pakai windshield wiper (penyapu kaca mobil).

Lebih lambat memang, tapi minimal Honda DBL 2009 telah meninggalkan satu pakar pasang stiker di JayapuraKalau mau menerbangkan ahli dari Jakarta atau Surabaya, mungkin bisaTapi, selain buang-buang biaya, juga tidak ’’meninggalkan’’ sesuatu untuk Papua.

***

Jhon Ibo, ketua Perbasi Papua, bilang kepada saya bahwa even kami telah menggairahkan basket di provinsi paling timur tersebutTerus terang, justru kami yang merasa terinspirasi oleh gairah basket di PapuaDan itu memberi beban kepada penyelenggaraan Honda DBL 2009 di 15 kota lain di Indonesia.

Bayangkan, mulai penyisihan hingga final kemarin, jumlah penonton per hari minimal di angka 2.000Itu pun terjadi Minggu lalu (18/1), karena pada hari tersebut biasanya orang di Jayapura enggan melakukan kegiatan, fokus beribadah
Puncaknya terjadi saat Fantastic Four (semifinal) Rabu lalu (21/1)Sekitar 5.000 orang datang ke GOR Cenderawasih, sehingga panitia sempat harus mengosongkan gedung dua kali di sela-sela pertandingan supaya penonton bisa duduk bergantian.

Kata teman-teman Cenderawasih Pos dan Perbasi Papua, ini kali pertama di Jayapura penonton diminta untuk rollingKata mereka, ini adalah even olahraga terbesar yang pernah ada di PapuaDari segi penonton, hanya pertandingan sepak bola Persipura yang lebih banyakPadahal, harga tiket termasuk tertinggiBahkan, harga tiket final kemarin (Jumat, 23/1) lebih mahal dari pertandingan profesional di Jawa.

Dari semua kota yang pernah dikunjungi DBL, penonton per pertandingan di Jayapura ini mampu menyaingi jumlah penonton di kota tempat DBL Indonesia berpusat, SurabayaJauh lebih tinggi dari kota-kota yang lain.

***

Semangat peserta di Papua luar biasaJumlah peserta memang kami tahan di bawah angka 30, karena ini kali pertama penyelenggaraan di siniTapi, dari angka 25 tim yang ikut (16 putra dan sembilan putri), semua punya cerita yang mampu memacu semangat tim-tim sekolah di kota-kota lain di Indonesia.

Bukan hanya dari Kota dan Kabupaten Jayapura, peserta Honda DBL 2009 juga datang dari kota-kota lain seperti Wamena dan MeraukeBagi yang kurang familier dengan Papua, silakan lihat petaKedua kota itu jauh dari JayapuraDan tidak ada jalan darat yang menghubungkan kedua kota tersebut dengan JayapuraSeluruh tim Wamena dan Merauke (termasuk ofisial dan tim yel-yel) harus terbang naik pesawat ke Jayapura!

Tim SMAN 1 Wamena sempat bermain hanya dengan tujuh anggota yel-yelMenurut aturan DBL di Papua, kalau yel-yel kurang dari delapan, setiap kekurangan harus digantikan oleh pemain (yang ditunjuk oleh lawan)Pemain itu harus ikut menyoraki tim dan ikut tampil menari di tengah lapangan saat half-time.

Pada pertandingan kedua, tim Wamena tak mau masalah itu terulangSatu yel-yel yang berhalangan hadir di laga pertama itu pun diterbangkan ke Jayapura untuk melengkapi tim.

Tim SMAN 1 Merauke, meski datang paling jauh, merupakan tim yang layak disebut sebagai tim paling rapi dan disiplinBukan hanya di Papua, tapi di seluruh IndonesiaBukan hanya tim pelajar, tapi mungkin juga tim profesionalSaat pendaftaran, tim itu sangat tertibSemua kelengkapan dikumpulkan rapiKetika menonton pembukaan, semua pemainnya datang menggunakan kemeja rapi dan berdasiKetika bertanding, mereka juga terlihat paling rapi dan benar-benar terlihat seperti ’’tim’’.

Padahal, tim tersebut sempat hampir tak bisa ikut Honda DBL 2009 di Papua’’Ketika mendengar dan mengetahui DBL di Cenderawasih Pos, gaungnya luar biasaTapi, waktu hendak mendaftar, informasi pertama yang kami dapat adalah pesertanya hanya untuk wilayah Jayapura dan sekitarnya,’’ tutur Frans Lucky Liptiay, guru dan pelatih SMAN 1 MeraukeLucky, panggilan akrabnya, tidak menyerah’’Kami sempat menyampaikan, kalau tidak ada wakil dari Merauke, lagu Dari Sabang sampai Merauke dihapuskan saja,’’ ungkapnya.

Begitu ikut, Lucky mengaku senang dan bangga’’Pertandingannya memang (tingkat) SMA, tapi kemasannya VIPKami biasanya kalau bertanding di tribun penonton banyak makan buah pinangJadi hijau merah di mana-manaIni benar-benar istimewa,’’ tuturnya.

Dari semua tim itu, Honda DBL 2009 akan memilih lima pemain putra, lima pemain putri, dan dua pelatih untuk terbang ke Surabaya, Agustus mendatangMereka akan mengikuti Indonesia Development Camp 2009, yang diselenggarakan DBL bersama liga paling bergengsi di dunia, NBAPara pemain tersebut akan bertemu dan berlatih bersama pemain serta dua asisten pelatih NBA.

Dari para pemain terpilih itu, yang bakal memberi banyak inspirasi adalah Elias Henche Thesia, bintang SMAN 1 JayapuraKetika masih berusia empat tahun, dia dan kakaknya bercanda pakai pisauTragis, pisau itu melukai mata kanan EliasSejak saat itu, dia hanya bisa melihat pakai mata kanan.

Kendala penglihatan tidak menghalangi niat Elias untuk berprestasi di lapanganDialah salah satu mesin poin utama SMAN 1 JayapuraLarinya sangat cepat, gerakannya cukup akrobatikBola masuknya sering tipe-tipe tembakan ’’ajaib’’ (terhalang lawan atau saat posisi sulit)Untuk mengompensasi penglihatan, saat free throw (tembakan bebas), Elias harus menoleh ke kanan supaya mata kirinya bisa melihat ring dengan jelas.

Anak 17 tahun yang sudah kehilangan ayah itu juga motor pertahanan dahsyatSaat semifinal melawan SMA Teruna Bakti Jayapura, dia tak pernah menyerah mengejar bola, mencoba mencuri dari tangan lawanSayang, upaya itu terhenti di semifinal, SMAN 1 kalah tiga angka, 41-44Andai SMAN 1 lolos ke final, saya dan teman-teman sudah berbicara, Elias-lah peraih Most Valuable Player (MVP) di Honda DBL 2009 seri Papua.

Meski demikian, Elias tetap terpilih masuk League First Team, bakal terbang ke Surabaya untuk bertemu pemain NBAKetika saya tanya apa yang akan dia lakukan bila bertemu bintang NBA, Elias menjawab dengan polos, ’’Saya akan jabat tangannya.’’ (bersambung)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Menelusuri Terowongan Rahasia Penghubung Gaza dengan Mesir (1)


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler