jpnn.com, JAKARTA - Rizal Ramli sama sekali bukan penggemar Menteri Keuangan Sri Mulyani. Tak heran, dia memanfaatkan undangan rapat dengar pendapat umum dengan Komisi XI DPR sebagai panggung untuk (lagi-lagi) menyerang anak buah Presiden Joko Widodo itu.
Kali ini dia mengkritik perubahan sistem belanja kementerian/lembaga dari menggunakan uang tunai ke kartu kredit. Rizal heran dengan kebijakan Sri Mulyani itu. Apalagi, tidak seluruh dunia menggunakan transaksi kartu kredit.
BACA JUGA: Bamsoet Sampaikan Pujian untuk Sri Mulyani Lewat Pantun
"Saya bingung menkeu keluarkan agar anjuran pakai credit card. Tidak ada itu, biaya transaksi besar, tapi bunga kredit kan tinggi. Tidak ada di seluruh dunia transaksi pakai credit card. Artinya jangan sampai ada likuiditas miss match," jelasnya saat memenuhi undangan Komisi XI DPR RI pada Rapat Dengar Pendapat Umum, Senin (26/3).
Kehadiran Rizal di ruang rapat Komisi IX sebenarnya untuk dimintai saran dan pendapat terkait seleksi calon gubernur dan deputi gubernur Bank Indonesia (BI). Entah kenapa, Rizal malah bicara panjang lebar soal kebijakan-kebijakan Sri Mulyani.
BACA JUGA: Pentolan PDIP Anggap Rizal Ramli Kawan Ideologis
Komisi XI, kata Rizal, harus bersikap keras kepada Sri Mulyani agar tidak terus-terusan mengambil kebijakan yang salah.
"Kami minta DPR, galakan dikit gitu loh. Jangan menkeu (Sri Mulyani) bilang prudent saja," jelasnya.
BACA JUGA: Prabowo Gandeng RR, Jokowi Kelar
Rizal Ramli juga mengkritik Sri Mulyani tentang utang negara yang mencapai Rp 4 ribu triliun. Menurut dia, Sri Mulyani kurang memiliki inovasi dalam membayar utang-utang tersebut.
Dia lalu membanggakan kinerjanya sebagai menko perekonomian di bawah Presiden Abdurrahman Wahid 16 tahun lalu.
"Ketika saya jadi Menko, kami tukar utang dengan utang sama Jerman. Kalau dilakukan hari ini karena isu lingkungan besar, di Eropa, Jepang dan lainnya. Mungkin bisa dapat USD 5-10 miliar. Tapi pemerintah hari ini tidak kreatif kurangi beban utang," jelas Rizal Ramli.
Tak hanya itu, Rizal Ramli juga bilang, pemerintah bisa tukar utang berbunga mahal dengan murah. Seperti kerja sama yang pernah dilakukan dengan Kuwait beberapa tahun lalu.
"Kalau kreatif kita tidak sekedar jadi antek. Saya berikan contoh, Pakistan perangi Terorisme, enggak punya uang tapi akhirnya dikasih uang. Jadi pemerintah bisa lebih canggih, sehingga tekanan terhadap CAD tidak sebesar hari ini," tandasnya. (sam/rmol)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Aktivis Temui Fahri agar DPR Batalkan Penghargaan untuk SMI
Redaktur & Reporter : Adil