Di Muka Wartawan Cantik ini, Bung Karno Tak Bisa Menahan...

Minggu, 14 Februari 2016 – 13:35 WIB
Bung Karno dan Cindy Adams. Foto: Repro sampul belakang Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia.

jpnn.com - PERSIS 71 tahun yang lalu, 14 Februari 1945, pasukan Pembela Tanah Air (PETA) Blitar berontak terhadap penguasa Jepang. 

Saat merundingkan rencana pemberontakan bersama Supriyadi cs, Bung Karno berjanji, "dalam keadaan apa pun saya tidak akan membukakan rahasia ini."

BACA JUGA: Belum Banyak yang Tahu, Bung Karno Terlibat Pemberontakan PETA di Blitar

Eh, sekian tahun kemudian, di muka Cindy Adams, wartawan cantik asal Amerika, Si Bung tak kuasa menahan rahasia.

Dia bongkar semuanya. (baca: Belum Banyak yang Tahu, Bung Karno Terlibat Pemberontakan PETA di Blitar)

BACA JUGA: Ali Sadikin pun Tak Sudi Pulau Bersejarah itu Karam

Saat membongkar rahasia pada Cindy, "umurku sudah 64 tahun," kenang Soekarno, dalam Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia.

"Waktunya aku harus menyadari, bahwa aku sudah tua," imbuhnya. Artinya, wawancara dengan Cindy terjadi pada 1965. 

BACA JUGA: Sebelum Tanjung Priok Jadi Pelabuhan

Cindy Adams mula datang ke Jakarta pada 1961 bersama suaminya Joey Adams, seorang pelawak yang memimpin misi kesenian Presiden AS, John F. Kennedy ke Asia Tenggara. 

"Wanita Amerika yang riang dan rapi ini, dengan pembawaannya yang suka berkelakar, menyebabkanku seperti kena pukau," tutur Bung Karno.

Bagi dia, wawancara dengan Cindy menyenangkan sekali. 

"Tulisannya jujur dan dapat dipercaya sepenuhnya. Bahkan dia nampaknya dapat merasakan sedikit tentang Indonesia dan persoalan-persoalannya."

Pesona Cindy

Sebelum jumpa dengan Cindy Adams, berkali-kali orang menyarankannya menulis otobiografi, dan berkali-kali pula Bung Karno bilang, tidak!

Tak sedikit juga wartawan yang menyorongkan diri menuliskan biografinya. Baik dalam pun luar negeri. Si Bung tetap bilang, T-I-D-A-K!

Setelah jumpa Cindy, semua jadi lain. 

Dalam sebuah kesempatan, Howard Jones, Duta Besar Amerika di Indonesia, Ketua dari Korps Diplomatik, yang memang sering jumpa dengan Bung Karno kembali menyarankannya membuat otobiografi.

Howard pandai pula memuji. Kata dia, Bung Karno adalah perpaduan antara Franklin Delano Roosevelt dan Clark Gable. Lakon-lakon besar Amerika.

"Dengan satu syarat," tandas Si Bung, "bahwa aku mengerjakannya dengan Cindy Adams."

Cindy, menurut Bung Karno, "adalah seorang penulis yang paling menarik yang pernah kujumpai."

Maka terbitlah buku Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia. Buku ini sekaligus melambungkan nama Cindy sebagai wartawan legendaris. (wow/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kunci Rahasia VOC di Pulau Onrust


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler