Sheryl Thai memiliki pekerjaan bergengsi dan bergaji besar di sebuah perusahaan elit hingga krisis keuangan global membuatnya kehilangan itu semua dan bersusah payah mendapatkannya kembali. Lima tahun kemudian, ia berbagi cerita mengenai kesuksesan bisnis kecil yang dirintisnya.
Sheryl Thai tak pernah berpikir bahwa ia akan menjadi pembuat cupcakes sepanjang sisa hidupnya.
BACA JUGA: Sertifikat Halal Dibatalkan Setelah jadi Sasaran Kampanye Anti Produk Halal
Perempuan berusia 30 tahun ini sebenarnya sempat berada di jalur karir yang relatif jelas masa depannya. Ia kuliah dengan baik lalu mendapatkan pekerjaan yang stabil di bidang IT. Itu semua hanya bertahan hingga suatu hari ia menerima sebuah telepon yang mengubah jalan hidupnya.
“Saya ditelepon jam 8 malam, diminta datang ke sebuah pertemuan penting pagi keesokan harinya, intinya mereka memberi saya amplop kuning dan berkata bahwa saya tak dibutuhkan lagi di perusahaan,” kenangnya.
BACA JUGA: Warga Australia Jarang Bercinta
Sheryl mengungkapkan, walau ia kala itu merasa marah dan kesal karena goncangan pada karirnya, sebenarnya ia sadar pemecatan itu adalah hal baik.
“Saya merasa hidup saya kala itu tak sesuai dengan tujuan hidup saya dan merasa ada sesuatu yang hilang. Tiap hari saya kerja dan sebenarnya tak merasa bahagia,” ujarnya.
BACA JUGA: Temuan Bahan Peledak di Brisbane tidak Terkait Terorisme dan Ancaman G20
Sheryl menyadari bahwa kunjungannya ke sebuah toko roti terkenal di New York beberapa tahun sebelumnya, mungkin menjadi kunci penting bagi karir yang dijalaninya sekarang ini, dan memberinya peluang untuk mengubah obsesi menjadi karir. Tapi ia mengatakan, hal itu bukanlah sesuatu yang mudah.
“Saya sebenarnya belajar sendiri, saya ‘google’ semuanya. Saya punya banyak buku memasak. Banyak percobaan masak dilakukan dan cupcake pertama yang saya masak rasanya benar-benar kacau,” kenangnya.
Sheryl memulai bisnisnya secara kecil-kecilan, hanya dengan modal 2000 dolar dan bantuan keluarga serta teman-temannya, membuat cupcake di rumah lalu menjualnya ke berbagai festival dan pasar.
“Saya rasa itu semua dimulai pada bulan ke-6, ketika saya mulai sadar ada lebih banyak pesanan daripada biasanya...pada saat itu, saat saya terpaksa menolak pesanan, saat saya berpikir hal ini bisa menjadi mimpi saya, yakni membuka toko cupcake,” ceritanya.
Kini, mimpi Sheryl menjelma sebagai sebuah bisnis dengan 38 staf dan 3 toko di area Melbourne. Ia menuturkan, itu semua diraih dengan kerja keras, tapi setelah berbulan-bulan perjuangan, ia kini menuai berbagai pujian atas perubahan karir yang dijalaninya. (Credit: ABC)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pencipta Patung Lapangan Tiananmen Akan Terbitkan Karya Kontroversial Baru