jpnn.com, DAMASKUS - Sejak Minggu (18/2) hingga Rabu (21/2), wilayah Douma, Ghouta Timur, Syria, terus dihujani rudal. Dalam waktu 48 jam, aksi udara pasukan pemerintah dan militer Syria tersebut mengakibatkan sedikitnya 250 nyawa melayang. CNN menyebutkan, kondisi terkini Ghouta Timur setara dengan neraka di dunia.
’’Kami semua ini menunggu giliran untuk mati. Hanya itu yang bisa saya sampaikan,’’ kata Bilal Abu Salah, warga Douma, dalam wawancara dengan Reuters.
BACA JUGA: Hujan Bom di Ghouta, 98 Nyawa Melayang
Pria 22 tahun tersebut khawatir sang istri yang kini hamil lima bulan melahirkan lebih cepat. Sebab, setiap hari calon ibu itu tertekan dan ketakutan.
Jika hal tersebut terjadi, Salah tidak yakin sang istri atau bayinya bisa bertahan. Apalagi, tidak ada rumah sakit lagi di Douma.
BACA JUGA: Kemiskinan Paksa Warga Rusia Jadi Serdadu Bayaran di Syria
Union of Medical Care and Relief Organizations melaporkan bahwa serangan udara selama 48 jam terakhir itu sampai kemarin membumihanguskan sepuluh wilayah di Eastern Ghouta.
Enam rumah sakit dan klinik medis di area tersebut juga rata dengan tanah. ’’Itu kejahatan perang,’’ terang Panos Mumtzis, koordinator PBB untuk Syria, sebagaimana dilansir Al Jazeera.
BACA JUGA: Kisah Pilu Relawan Syria: Ketegaran Pupus di Depan Mayat Ibu
Aksi udara tanpa henti tersebut membuat penduduk Eastern Ghouta putus asa. Sekitar 400 ribu warga yang masih bertahan di benteng pertahanan oposisi itu hanya bisa pasrah.
Sebab, meninggalkan kota yang kini menjadi palagan pun bukan perkara mudah. Apalagi, pasukan Syria dan Rusia juga menghancurkan jalan-jalan raya utama yang menghubungkan Ghouta Timur dengan wilayah lain.
’’Kami bisa mendengar jelas suara teriakan dan tangisan perempuan serta anak-anak yang terkurung di dalam rumah karena rudal dan mortir terus menghujani wilayah ini,’’ ungkap Firas Abdullah, jurnalis Ghouta Media Center, sebagaimana dilansir BBC.
Menurut dia, Ghouta Timur tidak aman lagi. Tidak ada tempat untuk berlindung dari serangan udara bertubi-tubi tersebut. ’’Mimpi buruk ini belum berakhir,’’ kata Abdullah.
Selama 48 jam terakhir, sekitar 50 nyawa anak-anak melayang. Di area yang kini porak-poranda itu, bom dan rudal yang dilepaskan dari udara tak ubahnya malaikat pencabut nyawa bagi anak-anak. Juga kaum perempuan.
Dalam pertempuran apa pun dan di mana pun, selalu anak-anak dan perempuanlah yang paling banyak menjadi korban.
White Helmets melaporkan bahwa korban luka dalam aksi udara Syria dan Rusia sejak Minggu tersebut menembus angka 1.200 jiwa. Sebanyak 200 orang di antaranya terluka dalam serangan udara Rabu pagi.
Dalam hitungan menit, aksi dua kelompok militer pendukung Presiden Bashar Al Assad itu sukses menyerakkan ratusan manusia. Sebagian tewas, sebagian yang lain terluka.
Menurut Syrian Observatory for Human Rights (SOHR), militer Syria dan Rusia tidak hanya menggunakan mortir dan rudal biasa dalam ofensif mereka atas Eastern Ghouta.
’’Pasukan pro pemerintah juga menembakkan roket dan bom tandan dari helikopter tempur,’’ tulis SOHR.
Bom tandan yang melepaskan ratusan sampai ribuan bom kecil-kecil saat menyentuh tanah tersebut bisa menjadi ranjau aktif bertahun-tahun. (hep/c22/dos)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Israel Bombardir Syria, Netanyahu Sebut Aksi Bela Negara
Redaktur & Reporter : Adil