JAKARTA - Ricuh berbau SARA di Pandeglang, Temanggung, dan Pasuruan merupakan beban berat bagi Korps BhayangkaraApalagi, Kapolri Jenderal Timur Pradopo belum genap setengah tahun menjabat
BACA JUGA: KPK Terus Incar Harta Syamsul Arifin
Timur memberi tugas investigasi kesalahan prosedur lapangan untuk Cikeusik dan Temannggung, pada wakilnya Komjen Jusuf ManggabaraniNamun, berdasar hitungan usia, akhir bulan ini Jusuf wajib pensiun
BACA JUGA: Demokrat Belum Tawarkan Kursi Menteri ke PDIP
Lantas, jika hasil investigasi belum selesai, siapa yang meneruskan?Informasi yang dihimpun Jawa Pos di Mabes Polri menyebutkan bahwa kerusuhan ini menjadi pertaruhan reputasi para jenderal calon pemegang tongkat Wakapolri."Ada istilah siapa yang berhasil memadamkan api naik jadi TB2 (sandi untuk Wakapolri)," kata sumber Jawa Pos kemarin
BACA JUGA: Banyak Pejabat Daerah ke Luar Negeri Tanpa Permisi
"Yang pegang komando untuk urusan seperti ini Pak Jusuf paling jago," katanyaMenurut dia, sejak konflik Cikeusik pecah, Wakapolri Jusuf Manggabarani selalu memonitor kinerja aparat di bawahnya"Tiap empat jam sekali Kapolres ditelepon, di Temanggung beliau juga on the spot, turun langsung memimpin rapat koordinasi," jelas sumber yang dekat dengan TB2 ini
Lantas siapa figur yang pantas menggantikan Komjen Jusuf yang berjuluk Big Mango itu? Hingga kini masih santer beredar tiga nama yakni Komjen Nanan Soekarna, Komjen Imam Sudjarwo dan Komjen Fajar Prihantara
Menurut sumber itu, dari tiga nama itu, hanya Nanan Soekarna yang terlibat dalam penanganan konflik massa baru-baru ini"Beliau memimpin tim Irwasum yang mengevaluasi kinerja petugasUntuk Banten, sudah ketahuan kan hasilnya, Kapolda diganti," katanya.
Sedangkan Imam dan Fadjar karena posisinya (Imam sebagai Kalemdiklat dan fajar sebagai Kabaharkam) tidak begitu berperan"Ada juga yang sedang kerja keras sekarangPak Kabaintelkam (Komjen Wahyono)," katanya
Secara terpisah, anggota Komisi Kepolisian Nasional Novel Ali menilai, figur Wakapolri baru nantinya harus bisa memperbaiki fungsi intelijen Polri"Siapapun yang terpilih, itu pekerjaan rumah yang berat yakni membuat intelijen profesional," kata Novel
Dosen Undip Semarang ini mencontohkan, kasus di Temanggung sebenarnya bisa diantisipasi sejak awal"Persidangan Antonius (terdakwa kasus penistaan agama) itu kan sudah agak lama, itu sebenarnya intel harus bisa membaca," katanya
Ketua Presidium Indonesia Police Watch menilai, siapapun Wakapolri yang terpilih, konflik potensial untuk terus terjadi"Sebab, problemnya di level bawahKesejahteraan kurang, sementara perhatian juga kurang," katanya
Dana untuk operasional intelijen misalnya, tidak pernah cukup"Akibatnya, tambal sulamPengamanan demonstrasi juga ala kadarnyaIni sudah problem lama yang akut," kata penulis buku Jangan Bosan Kritik Polri itu.(rdl/iro)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Jelang Moratorium, Pengiriman TKI ke Arab Saudi Diperketat
Redaktur : Tim Redaksi