jpnn.com - JAKARTA – Danjen Kopassus Mayjen TNI Doni Monardo rupanya punya model diplomasi yang amat khas. Sebut saja, “diplomasi pohon”. Bukan lantaran korp Baret Merah itu spesialis anti gerilya dan perang hutan, sehingga mendalami pohon-pohon. Tetapi, karena pasukan tempur yang punya motto: Berani, Benar, Berhasil ini semakin akrab dengan pohon langka dan menjadi penyelamat vegetasi yang nyaris punah di negeri ini.
Dari Ekspedisi Bukit Barisan di daratan Andalas, Ekspedisi Khatulistiwa di pulau terbesar Borneo, Ekspedisi Sulawesi menyusuri Celebes, sampai ke Ekspedisi Maluku, Kopassus menemukan banyak kekayaan alam, pohon, temuan species baru, budaya, sosial yang sangat membanggakan.
BACA JUGA: Berakit-Rakit ke Hulu, Berenang Renang ke Tepian
“Negeri ini kaya akan flora dan fauna. Sepanjang tahun mendapat cahaya matahari dan air bersih berlimpah ruah. Itu harus disyukuri,” ucap Mayjen TNI Doni Monardo, di Makopassus, kemarin.
Memang ada hobi unik Doni Monardo. Yakni menyemai bibit, menanam pohon, dan membagi-bagi kepada mereka yang membutuhkan pohon. Dari trembesi, yang menyerap CO2 paling banyak dan pada saat yang bersamaan melepas O2 paling banyak, sampai kayu-kayu yang mulai punah, seperti gaharu, cendana, ulin, eboni, atau kayu hitam, dan lainnya.
BACA JUGA: Revitalisasi Konsep Berdikari dengan Spirit Entrepreneur
“Di kebun Sentul, saya membibit semua tanaman langka itu,” kata mantan Danpaspampres itu.
Terakhir, Doni yang mengaku berdarah Sumatera Barat, dan lahir 10 Mei 1963 itu memberi sumbangan 50 ribu pohon kepada negara tetangga, Timor Leste.
BACA JUGA: Dari 12 M Pertahun Bakal Dinaikkan 100 Persen
“Kalau dulu kapal kami mengangkut tentara ke Timor Timur, kini kami mengirim berbagai pohon ke Dili. Melalui pohon, menanam, akan membawa kesejukan dalam berhubungan antarnegara,” kata lulusan Akmil tahun 1985 itu.
Kopassus di bawah kepemimpinannya, tetap akan mempertahankan karakternya sebagai pasukan elite Angkatan Darat yang disegani. Tetapi tidak perlu menakutkan public, apalagi menakut-nakuti rakyat. Kemampuan bergerilya, perang hutan, counter terror, bergerak cepat, menembak tepat, ahli pengintaian terus akan diasah dan dipertajam. Tetapi, kini ditambah 3-S.
“Senyum, sapa, salaman,” ucap Doni sembari bahwa mengawali dengan senyuman, sapaan dan salaman itu sebagai prinsip bersilaturahmi.
Ruang pertemuan di Makopassus pun isi kalimat-kalimat posternya juga sama. “Kopassus: Senyum, Sapa, Salaman.” Lalu adala kata-kata heroik: “Tulus mengabdi untuk bangsa dan negara.” Juga satu lagi, ” Jadilah prajurit yang ahli dalam melakukan hal yang penting!” Semua penuh makna, semua kata itu memercikkan api semangat, menjadi penjaga negeri yang membanggakan.
Doni juga memperkenalkan, perwira-perwira menengahnya, yang tergolong manusia-manusia langka. Tak ada duanya, karena historisnya selalu sukses menjaga misi, mirip cerita dalam film-film “mission impossible” yang selalu berakhir dengan “possible”.
Dia juga memperkenalkan Wadanjen Kopassus, Brigjen TNI Muhammad Herindra yang kecil-kecil tapi “pukulannya” jangan ditanya. “Tim kami ini orang-orang langka yang punya segudang cerita heroik. Dulu, era 80-90-an, kami nyari musuh. Kini di era sekarang, kami nyari kawan,” papar Doni.
Bagaimana dengan sistem teknologi komunikasi Kopassus ke depan? Karena kemampuan iptek tidak bisa diabaikan untuk menganalisa lawan, intelijen, mengukur kekuatan lawan, dan menemukan cara terbaik untuk memukul lawan.
“Teknologi tetap penting, tetapi kita tidak boleh diperbudak oleh teknologi. Individual skill pasukan kami tetap menjadi nomor satu,” tegasnya. (dk)
Don Kardono
Pemimpin Redaksi Indopos
BACA ARTIKEL LAINNYA... Komitmen Itu Energi Inti yang Kekuatannya Melebihi Kasih
Redaktur : Tim Redaksi