Disambar Baling-Baling Heli, Dua Tewas

Jumat, 30 Januari 2009 – 04:41 WIB
Foto : Muhammad Iqbal/ Satelit News/JPNN

JAKARTA – Kecelakaan kerja terjadi di Bandara Pondok Cabe, Tangerang, kemarinSebuah helikopter Super Puma milik maskapai carter Pelita Air Service (PAS) yang sedang ”diperiksa” mendadak oleng dan berjungkir balik di tanah

BACA JUGA: Hartono Tanoe Perpanjang Izin Berobat

Akibatnya, dua mekanik tewas tersambar baling-baling heli, sementara pilot dan seorang teknisi lain yang berada di kokpit selamat


Kedua korban tewas adalah Ahmad Suparja, 54, warga Kampung Gondrong, Tangerang; dan Sri Setiabudi, 44, warga Perumahan Bumi Pelita Kencana Blok A Pondok Cabe, Tangerang, Banten

BACA JUGA: Dana Dekonsentrasi Diduga Jadi Motif Suap Pejabat Depnakertrans

Untuk keperluan otopsi, kedua jenazah dievakuasi ke RS Fatmawati
Sementara Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) masih menyelidiki penyebab kecelakaan yang terjadi pukul 10.00 WIB tersebut

BACA JUGA: Bupati Banyuasin Bantah Tahu Suap TAA

”Kami sudah mengirimkan dua investigator untuk menyelidiki kecelakaan itu, yaitu Capt Toos Sanitioso sebagai Inspector In Charge (IIC) dan Sulaeman,” ujar Ketua KNKT Tatang Kurniadi saat dikonfirmasi Kamis (29/1)

Heli nahas bernomor registrasi PK-PUH itu bukan terjatuh dari udaraKecelakaan terjadi saat heli masih menjejak tanah di depan hanggarHeli itu diperkirakan terbalik karena kehilangan keseimbangan”Helikopter tidak sedang terbang atau hendak terbang, tetapi sedang pemeriksaan rutin,” terang Tatang.

Kepala Pusat Komunikasi Publik Departemen Perhubungan Bambang SErvan menambahkan, selain KNKT, Dephub mengutus dua inspektur untuk menyelidiki peristiwa iniYakni seorang pilot yang bertindak sebagai principal operations inspector (POI) dan seorang teknisi sebagai principal maintenance inspector (PMI)”Keduanya utusan dari Direktorat Kelaikan Pesawat dan Operasi Penerbangan, Direktorat Jenderal Perhubungan Udara,” ungkapnya.

Bambang menjelaskan, informasi yang diterimanya, heli yang dipiloti CaptRahman Adi itu oleng ke kiri dan terjatuh saat melakukan ground run upItu adalah pemeriksaan rutin untuk mengecek segala fungsi peralatan tanpa harus diterbangkan”Bisa dibilang, saat mesin dihidupkan, helikopter kehilangan kendali dan langsung tergulingBanyak teori yang bisa menjadi penyebab kecelakaan ini,” jelasnya.

Beberapa pendekatan mungkin bisa memperkirakan menjadi penyebab kecelakaanDi antaranya, menurut Bambang, putaran RPM (rotation per minute) yang tidak sama antara baling-baling utama dan baling-baling belakangAtau, baling-baling belakang mati sehingga tidak ada penahan dorongan angin dari baling-baling utama”Selain itu, heli jenis Puma kan baling-baling utamanya bisa miring ke kiri atau ke kananTidak seperti Bolco yang fixed (tetap)Barangkali kemiringannya terlalu tajamBisa karena operatornya atau baling-balingnya yang nggak benar,” tambahnya.

Setelah kejadian itu, heli Super Puma berwarna dasar putih dengan strip merah bertuliskan Pelita Air itu langsung ditutupi dengan terpal biruHeli nahas itu dikabarkan rusak parahEmpat ruas baling-baling utama patah, sementara bodi penyokKaca kiri dan depan juga hancurItu bisa dimaklumi, karena heli tersebut terempas dengan keras ke tanahEvakuasi dilakukan sekitar pukul 12.30Heli ditarik ke dalam hanggar.

Sementara itu, kondisi kedua jenazah cukup mengenaskanTubuh Ahmad Suparja terpotong di beberapa bagianSedangkan tubuh Sri Setiabudi terbelah di bagian dada dan tangan kiriKeduanya tewas akibat terkena baling-baling helikopter
Corporate Secretary Pelita Air Service Guntur Winarko mengatakan, PAS siap memberikan asuransi kepada dua teknisi yang tewas tersebut”Ini termasuk kecelakaan kerja, asuransi ditanggung JamsostekHitung-hitungannya kita masih belum bisa jawab,” tuturnya.

Guntur mengungkapkan, heli Super Puma tersebut buatan Prancis 1983Heli tersebut selama ini disewakan, baik untuk jangka panjang atau pendekPenyewanya rata-rata perusahaan migasHeli yang menewaskan dua orang tersebut, menurut dia, masih layak terbangTerakhir kali digunakan pada 27 Januari lalu”Ini musibah, teknisi memang harus dekat heliProsedurnya memang seperti ituTapi, apakah ini human error atau apa, kita masih selidiki,” jelasnya.

Super Puma yang dipakai Pelita Air sebenarnya rakitan IPTN (Industri Pesawat Terbang Nusantara) –yang berganti nama menjadi PT DI (Dirgantara Indonesia)– atas lisensi Aerospatiale, PrancisSuper Puma dibuat sebagai versi yang lebih besar dari model sebelumnya, PumaHelikopter jenis ini sangat laku di seluruh duniaLebih dari 1.000 perusahaan memiliki helikopter itu, dan lebih 37 negara memiliki versi militernyaSejak 1990, versi militer Super Puma mendapat nama baru: Cougar(wir/nw)



Spesifikasi Helikopter Super Puma Pelita Air Service (PAS)

Pabrikasi : Aerospatiale-IPTN 1983
Mesin : 2 Turbomeca / Makila (@ 1756 HP)
Kapasitas penumpang : 3 kokpit + 17-18 kursi
Daya angkut : 8.600 kilogram
Kecepatan Maksimal : 150 knots (berat > 8.350 kg) /167 knots (berat < 8.350 kg)
Konsumsi bahan bakar : 600 liter per jam
Jangkauan maksimal : 904 kilometer
Diameter baling utama : 15,6 meter
Diameter baling belakang : 1,90 meter
Ukuran helipad : 20 x 20 meter
 
Prediksi Penyebab Terbalik

1.    Putaran RPM baling-baling tidak sama.
2.    Baling-baling belakang rusak atau mati
3.    Baling-baling utama dalam posisi miring
 (Bisa karena pilot atau baling-baling rusak).

BACA ARTIKEL LAINNYA... PN Jaksel Ngotot Adili Teroris Singapura


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler