Ditelepon, Komandan Militer Bilang Rute Sudah Aman

Minggu, 29 November 2009 – 04:41 WIB
MAYAT - Proses evakuasi korban pembantaian di Maguindanao, Filipina, yang sebagian di antaranya adalah jurnalis. Foto: Xinhua/Jes Aznar.
Pindah mobil saat mengisi bensin, menghindarkan Aquiles Zonio dari pembantaian di MaguindanaoBerikut kesaksian wartawan Philippines Daily Inquirer itu dalam gaya bertutur, seperti dikutip dari situs resmi koran tempatnya bekerja.

IAN
Subang, karib saya sejak masih sama-sama bekerja di Gensan Media Cooperative, seperti biasa tengah menjadi tukang pengocok perut

BACA JUGA: Gedung Itu jadi Saksi Tewasnya 500 Ribu Orang

Di sudut yang lain, Alejandro "Bong" Reblando tampak baru tiba
Di kalangan kami para wartawan yang bertugas di sekitar Maguindanao, Bong memang dikenal dengan julukan The Late

BACA JUGA: Sebelum Hanyut, Wanita Itu Melambaikan Tangan

Tapi, seperti biasa pula, reporter senior itu tak pernah mau mengakui kalau terlambat.

Senin pagi 23 November itu, semua memang terasa normal
Kami, 37 wartawan dari berbagai media, sarapan bersama dengan staf dan kerabat Ismael "Toto" Mangudadatu di kediaman Wakil Walikota Buluan itu di Buluan

BACA JUGA: Doktor Hukum Pidana yang Hobi Facebook

Menunya makanan rebusan khas setempat, yakni pastel.

Kami, para wartawan, berkumpul di tempat itu atas permintaan TotoDia meminta bantuan jurnalis untuk mengawal rombongan para perempuan - termasuk di dalamnya istrinya, Genalyn, dan dua saudara perempuannya, Eden serta Bai Farinna - mendaftarkan pencalonannya sebagai Gubernur Maguindanao ke ibukota provinsi Shariff Aguak.

Toto tak berangkat sendiri karena sebelumnya dia telah berkali-kali menerima ancaman yang dia klaim berasal dari pendukung incumbent Andal Ampatuan SrKalau nekat ke Shariff Aguak, dia bakal dibantaiAndal Ampatuan memang berniat mencalonkan putranya yang menjabat Gubernur Wilayah Otonomi Muslim Mindanao (ARMM) Zaldy Ampatuan sebagai pengganti dirinya pada pemilihan tahun depan.

Akhirnya Toto memutuskan mengirim rombongan perempuan"Karena, menurut tradisi kami (muslim Mindanao), wanita muslim harus dihormatiMereka tak boleh disakiti seperti halnya anak-anak dan warga sepuh," kata Toto.

Para perempuan yang diutus Toto pun sama sekali tak menunjukkan rasa takutEden Mangudadatu, kakak kandung Toto yang juga Wakil Walikota Mangudadatu, bahkan terlihat sangat antusias"Ini adalah gerakan perempuanMari membantu para pria kita membangun masa depan lebih baik bagi provinsi ini," katanya.

Toto sebenarnya sudah meminta bantuan pengawalan ke kepolisian regional ARMM, tapi ditolakBegitu juga ketika permintaan yang sama diajukan ke Angkatan Darat FilipinaKarena yakin dengan kekuatan media, Toto pun berpaling kepada kamiDiorganisasi oleh Henry Araneta, reporter Radio DZRH, terkumpullah ke-37 wartawan tadi.

"Mungkin mereka (klan Ampatuan) tidak akan menyakiti kita, jika ada wartawan yang turut mengawasi," katanya.

Klan Ampatuan memang begitu berkuasa di MaguindanaoDalam bahasa Toto, mereka kebal hukum, haus darah, dan bertindak bak "Tuhan" dalam urusan politikSejak menyatakan maju dalam pemilihan gubernur pada 2010, Toto pun masuk target operasi klan ituBeberapa hari sebelumnya, terasa sekali pergerakan oleh polisi, simpatisan, dan paramiliter yang diongkosi klan Ampatuan untuk meneror lawan politik.

Sadar akan besarnya ancaman, begitu konvoi enam mobil yang mengangkut 58 orang meninggalkan kediaman Toto pada sekitar pukul 09.30, saya langsung menelepon Komandan Divisi Infantri 6 Mayor Jenderal Alfredo CaytonKetika tersambung setelah beberapa kali mencoba, Cayton memastikan kalau rute yang akan kami lewati, yakni Isulan, Sultan Kudarat, hingga ke Shariff Aguak, telah diamankan.

Saya yang menumpang mobil L-300 milik UNTv yang berada di posisi paling depan pun merasa agak tenangBersama saya di mobil itu, reporter UNTv Victor Nunez dan kamerawan Paul Bernaldez yang juga bertindak sebagai sopirKetika kami semua mengisi bensin di sebuah pom yang masih berada di wilayah Buluan, saya pindah ke mobil Joseph JubelagSaya ingin menemani dia yang bermobil sendirianTak lama kemudian Bernaldez menyusul ikut di mobil Jubelag.

Karena masih harus mengambil beberapa barang di Hotel BF Lodge di Tacurong City tempat para wartawan menginap semalam sebelumnya, kami mempersilakan lima mobil yang lain untuk berangkat duluanNah, ketika sampai di hotel itulah kami mendapat firasat sesuatu yang buruk akan menimpa rekan-rekan kami tadi.

Gara-garanya, seorang staf hotel memberitahu kami kalau dua pria tak dikenal baru saja pergi mengendarai sepeda motor terpisahMereka pergi setelah bertanya kepada pihak hotel tentang siapa saja wartawan yang ikut rombongan ke Shariff AguakPihak hotel tak memenuhi permintaan itu, tapi kami bertiga memutuskan untuk kembali ke Buluan.

Sepanjang perjalanan kami mengontak rekan-rekan kami yang dalam perjalanan ke Buluan, tapi selalu gagalSesampainya di Buluan lagi, musibah itu pun terdengarToto memberitahu kami, rombongan diculik dan dibunuhSebagian korban perempuan bahkan diperkosa terlebih dahuluDari 34 wartawan yang berangkat, hanya 25 yang sudah bisa diidentifikasi.

Duh, saya seperti dihantam batu karangSaya merasa sangat bersalahSeharusnya saya juga disana, ikut dibunuhSatu per satu wajah rekan-rekan saya membayangSenin malam 23 November itu, untuk kali pertama sepanjang hidup saya tak bisa memejamkan mata(war/ttg)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Tomboi sejak Kecil, Bercita-cita jadi Petinju


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler