Gedung Itu jadi Saksi Tewasnya 500 Ribu Orang

Sabtu, 28 November 2009 – 11:45 WIB
RITUAL - Fontana di Trevi, Roma. Foto: Kurniawan Muhammad/Jawa Pos.
Di antara situs-situs bersejarah di Roma, ada yang dibangun pada abad pertamaSaking pentingnya nilai sejarah bangunan itu, pengawasannya langsung di bawah Menteri Kebudayaan Italia

BACA JUGA: Sebelum Hanyut, Wanita Itu Melambaikan Tangan

Berikut salah satu bagian dari catatan wartawan Jawa Pos (grup JPNN) yang baru pulang dari Roma.

Laporan KURNIAWAN MUHAMMAD

"BUON
giorno, come sta (Selamat pagi, apa kabar)?" sapa resepsionis Hotel Hassler dengan ramahnya kepada rombongan kami, pagi waktu setempat.

Selama berada di Roma, saya dan rombongan wartawan lain yang meliput kegiatan Wapres Boediono di acara KTT Pangan yang diadakan FAO 16-18 November lalu, menginap di hotel berbintang lima itu
Di hotel itu pula Presiden Brazil Lula da Silva menginap

BACA JUGA: Doktor Hukum Pidana yang Hobi Facebook

Menurut cerita beberapa staf hotel, Madonna setiap ke Italia juga menginap di sana.

Hotel Hassler berada di kawasan yang sempit
Diapit beberapa bangunan

BACA JUGA: Tomboi sejak Kecil, Bercita-cita jadi Petinju

Jalan menuju ke sana hanya bisa dilewati satu jalur karena harus berbagi dengan deretan parkir mobilJika ingin balik, harus lewat jalur lain.

Tapi, hotel tersebut terletak di lokasi yang bagus pemandangannyaTerutama saat matahari terbit dan ketika matahari terbenamKeindahan itu bisa disaksikan dari sebuah altar di depan agak kanan jika keluar dari hotelDi sana, bila malam, menjadi jalur lalu-lalang para pejalan kaki yang akan menuju ke sebuah kawasan rekreatif di bawah Hotel HasslerBila malam, di tempat itu banyak warga yang berkongkow riaTermasuk anak-anak muda yang berpacaran.

Jika keluar menyusuri sudut-sudut kota Roma, pemandangan kemacetan lalu lintas tampak hampir di mana-manaRasanya sulit mencari jalan-jalan yang lempangSepanjang saya menyusuri jalan di Roma, lalu lintasnya terlihat semrawut dan selalu dipadati kendaraan bermotor.

Sebenarnya beberapa aturan untuk mengurangi kepadatan lalu lintas sudah diterapkan di RomaMisalnya, ada jalan-jalan tertentu yang tak boleh dilewati sembarang kendaraanKalaupun harus lewat di jalan-jalan itu, pengendara harus punya izin khususItu pun harus membayarBesarnya bergantung pada kelas kendaraanMisalnya, kendaraan jenis bus dikenai tarif EUR 100 untuk sekali melintasSalah satu jalan khusus itu adalah Via CampaniaGedung KBRI (Kedutaan Besar Republik Indonesia) berada di jalan tersebut.

Selain itu, warga di Roma tidak akan mau mempunyai mobil yang usianya 15 tahun ke atasSebab, biaya perawatan mobil yang dikategorikan tua itu sangat mahalMisalnya, bila mobil tua itu harus turun mesin, ongkosnya bisa EUR 8.000 (sekitar Rp 120 juta)"Padahal, jika harus membeli mobil yang lebih baru, harganya jauh lebih murahEUR 5.000 (sekitar Rp 75 juta) sudah bisa dapat mobil baru,"  kata Rhisi Abdeslem, pria 38 tahun keturunan Maroko yang lahir serta besar di Italia dan sehari-hari bekerja di sebuah perusahaan travel.

Karena itu, orang di Roma akan merasa tersiksa jika punya mobil tua (usia di atas 15 tahun)"Kami di kedutaan pun lebih baik membeli mobil baru daripada merawat mobil tua," kata Musurifun Lajawa, salah seorang konselor multilateral bidang pendidikan, sosial dan budaya di KBRI Italia.

Meski sudah ada pembatasan jalan untuk tidak dilalui sembarang kendaraan dan warga tak lagi mau punya mobil tua, kepadatan lalu lintas di Roma tetap menjadi pemandangan sehari-hariItu terjadi karena beberapa ruas jalan di Roma sudah tak bisa dilebarkan lagiSebab, jalan itu berbatasan dengan bangunan-bangunan bernilai sejarah tinggiDan di Roma, bangunan bersejarah sangat dilindungiAda yang diurus pemerintah kota Roma, ada juga yang berada dalam pengawasan langsung Kementerian Kebudayaan Italia.

Salah satu bangunan bersejarah yang langsung diawasi Kementerian Kebudayaan Italia adalah Colosseo (Colosseum)Luasnya kira-kira hampir sama dengan Gelora Bung Karno, Senayan, JakartaYang membuat para pengunjung tercengang, termasuk saya, bangunan itu dibuat pada abad pertamaMenurut cerita, pembuatannya membutuhkan waktu lima tahun, mulai 75 Masehi hingga 80 Masehi.

Bayangkan, pada tahun-tahun itu bangsa Romawi sudah mampu membangun gedung yang megah, kukuh, dan konstruksinya termasuk dalam karya arsitektur bercita rasa tinggiCoba bandingkan dengan Candi Borobudur, kebanggaan kita, yang menurut sejarah dibangun pada abad ke-9 atau pada tahun 824 Masehi.

Wapres Boediono dan Ny Herawati ketika berkunjung ke sana juga menyatakan keheranannyaBahkan, ketika bersilaturahmi dengan warga Indonesia yang tinggal di Italia di KBRI Roma, Wapres kembali menyatakan kekagumannya pada bangunan Colosseum itu"Kebesaran bangsa Romawi tercermin dari bangunan Colosseum itu," kata Wapres.

Melihat bangunannya yang melingkar, Colosseum merupakan gedung teater (amphitheatre) yang dibuat pada era Kaisar VespasianKetika mendengar cerita dari pemandu wisata di Colosseum, yang terbayang adalah kengerianSebab, diceritakan, di bawah kekaisaran Nero, Colosseum digunakan untuk menghibur rakyat dengan mempertontonkan pertandingan binatang buas melawan manusiaMereka yang ditandingkan dengaan binatang buas biasanya para tawanan perang, budak-budak, atau penjahat kelas beratDari situlah lantas muncul sebutan gladiatorDiperkirakan, pertandingan-pertandingan di Colosseum telah menewaskan sedikitnya 500 ribu orang dan membunuh lebih dari 1 juta binatang buas.

Gedung Colosseum bisa menampung hingga 55 ribu penontonMereka bisa masuk dari segala arah, melalui sedikitnya 80 pintu utamaBangunan tersebut terdiri atas empat lantaiMenurut cerita, lantai atas untuk wanita dan rakyat biasaLantai dasar untuk para tokoh masyarakatDan, di bawah tanah terdapat kamar-kamar dan kandang-kandang untuk binatang buasBekas sekat-sekat kamar dan kandang itu masih bisa disaksikan hingga sekarangMenurut cerita, ketika pertunjukan gladiator dimulai, binatang-binatang buas diangkat dari kandangBegitu muncul, binatang-binatang itu sudah berada di tengah arena pertarungan.

Untuk bisa sampai ke lantai paling atas Colosseum, pengelola sudah membuat liftWisatawan yang berkunjung ke sana cukup mengeluarkan EUR 15 per orangJika datang berombongan, setiap orang dikenai EUR 10.

Jika ingin menikmati beberapa tempat bersejarah di Roma, wisatawan harus membayarPaling murah EUR 8Tapi, ada juga yang digratiskanMisalnya, Fontana di TreviItu adalah semacam tempat penampungan air yang dibangun pada tahun 19 SM (sebelum Masehi)Ada air mancur di kolam dan patung Dewa Laut mengendarai kereta kencana dalam bentuk kerang yang ditarik dua kuda lautJika patung itu diamati, lekukan tubuhnya sangat detail tergambarBayangkan, pada tahun-tahun itu bangsa Romawi sudah mampu membuat tempat penampungan air yang demikian indahnya.

Fontana di Trevi selalu dipadati wisatawan, hampir sepanjang hariAda semacam ritual yang disarankan untuk dilakukan wisatawan setiap berkunjung ke sanaYakni, melempar uang logam (uang logam apa saja dan dari mata uang negara mana saja) ke dalam kolam.

Cara melempar koin itu juga tidak sembaranganTapi, koin harus dilempar melalui atas bahu dengan membelakangi kolamSaya pun ikut-ikutan melakukan ritual itu dengan melempar koin Rp 500 yang kebetulan ada di saku celana sayaSiapa tahu, kelak bisa datang lagi ke RomaBukankah banyak jalan menuju Roma? (*)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Paling Sulit, Merakit Jerapah Butuh Tiga Tahun


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler