Djohar Minta Klub Sadar Diri

Hanya Bisa Kecewa Nama Indonesia Tercoreng

Senin, 02 Desember 2013 – 06:26 WIB

jpnn.com - JAKARTA - Ketua Umum PSSI Djohar Arifin akhirnya angkat bicara terkait meninggalnya pemain asing asal Kamerun, Salomon Begondo. Dia ingin kondisi ini tak terulang lagi karena dinilai mencoreng persepak bolaan Indonesia.

"Saya sangat menyesalkan (kematian pemain akibat tak memiliki biaya berobat) terulang lagi," ujarnya saat dihubungi, Minggu (1/12).

BACA JUGA: Bepe Sebut Andik Bijaksana

Menurut Djohar, masalah ini bukan hanya menjadi masalah sepak bola lokal ataupun PSSI. Sebab, dunia luar juga menyorot Indonesia. Dengan kejadian yang ketiga kalinya ini, lanjut Djohar, pihaknya akan lebih serius lagi menindaklanjuti masalah ini ke klub karena membuat jelek federasi yang dipimpinnya.
 
Apakah akan tegas ke klub? Djohar tak bisa memberikan jawaban pasti. Langkah selanjutnya yang akan dilakukan diserahkan seluruhnya kepada Liga. Djohar telah meminta keapda Liga untuk mempertanyakan ke mantan klub Salomon yang belum melunasi tunggakan, Persipro Kota Probolinggo.

"Liga akan mempertanyakan dan menelusuri ke klubnya. Setelah itu baru akan diputuskan," ucapnya.

BACA JUGA: Libas Southampton, Chelsea Ancam Posisi Arsenal

Nah,menjelang penentuan dan penilaian verifikasi klub untuk unifikasi liga musim depan, Djohar menyarankan klub tak usah ngotot. Jika benar-benar tidak mampu dan kuat dalam hal finansial, lanjut dia, lebih baik klub tak mengikuti kompetisi.

Djohar menyadari, jika kompetisi professional harusnya benar-benar diikuti oleh klub yang professional. Untuk itu, mereka pun diwajibkan memenuhi standar-standar profesionalisme terutama dalam maslah finansial.

BACA JUGA: Satu Gol Juve Dongkel AS Roma dari Puncak Klasemen

Jika tidak, Lelaki bergelar professor itu menyebut efeknya bisa panjang di belakang, seperti yang dialami oleh klub-klub yang kesulitan pembiayaan di tengah jalan. Akhirnya, klub  memilih WO untuk tidak bertanding, bahkan tak bisa melunasi gaji pemain sampai akhirnya membuat pemain kesulitan keuangan. Saat sakit pun, terang dia, tak ada biaya berobat, dan ujung-ujungnya pemain meninggal.

"Yang jelek siapa, nama Indonesia. Karena ini bukan kompetisi ecek-ecek, klub harus fair mengaku tidak mampu jika memang tidak kuat finansialnya, daripada di belakang ada masalah," tutur mantan staf ahli kemenpora tersebut.

Sementara itu, CEO Asosiasi Pesepak Bola Profesional Indonesia (APPI) Valentino Simanjuntak sudah memberikan laporan kepada FIFPro. Tapi, sampai tadi malam (1/12) belum ada jawaban atau respon dari federasi pesepak bola profesional dunia itu. "Belum ada balasan dari mereka sampai sekarang (kemarin, Red)," terangnya.

Rencananya, hari ini APPI akan melanjutkan proses pemulangan jenazah pemain yang meninggal di usia 29 tahun tersebut. Mereka akan mengurus administrasi ke kedutaan besar Kamerun.

Jika surat sudah keluar, pengurusan kemudian dilanjutkan ke Polsek Serpong, Tangerang untuk kemudian diambil di kamar jenazah, RSUD Kabupaten Tangerang. (aam)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Libas Swansea, City Gusur Posisi Liverpool


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler