jpnn.com - TERNATE – Lembaga Layanan Pemasaran Koperasi dan UKM (LLP-KUKM) Kemenkop dan UKM terus membina para pelaku usaha kecil menengah. Salah satunya, melakukan temu mitra KUKM di Ternate. Acara itu bertajuk membangun produk KUKM berdaya saing dan mengembangkan KUKM yang kreatif.
Pembinaan dan bedah pelaku UKM tersebut dihadiri Dirut LLP-KUKM Ahmad Zabadi serta Kepala Dinas Koperasi dan UKM Maluku Utara (Malut) Mulyadi Wowor. Selain itu, Corporate Communication Division Head PT Modern Sevel Indonesia Neneng Sri Mulyati, desainer perhiasan Fitria Nahdi, serta para pakar dan pelaku UKM.
BACA JUGA: DPR: Anggaran Kementerian LHK Seharusnya Ditambah
Mereka berbagi pengalaman serta berdiskusi tentang cara memasarkan dan mempromosikan produk-produk kreatif.
’’Lembaga kami siap disibukkan untuk membantu mempromosikan dan memperluas jaringan pemasaran para UKM di Malut. Namun, UKM harus percaya diri dan berani memasarkan produk secara global. Termasuk produk bisa dipasarkan di ritel modern,’’ tutur Zabadi.
BACA JUGA: Perizinan di Daerah Dipangkas, Pengembang Senang
Untuk menghadapi pasar bebas atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), para pelaku UKM tidak boleh hanya menjadi penonton. ’’Mereka harus berani bersaing untuk memasarkan produk,’’ ucapnya.
Sementara itu, Mulyadi menambahkan, perkembangan UKM di Malut begitu bergairah. Buktinya, di antara sekitar 200 ribu penduduk Malut, 3 ribu warga menjadi pelaku UKM. Hal tersebut menandakan UKM di Malut juga bersemangat mempromosikan produk unggulan.
BACA JUGA: Rupiah Makin Jeblok, Ini Yang Harus Dilakukan Pemerintah
’’Bahkan, saya punya program bagi pelaku UKM untuk mempromosikan produk ke kota besar di Indonesia. Misalnya, Jakarta. Kami juga akan mempromosikan di Galeri UKM Smesco,’’ terang Mulyadi.
Dia menyebutkan, petugas dinas atau pelaku UKM yang bertugas atau berkunjung ke Jakarta selalu dititipi 20 kilogram (kg) barang-barang UKM. ’’Ya, kalau perempuan, cukup bawa 10 kg produk untuk dititipkan ke Smesco,’’ tuturnya. Mulyadi pun menyebutkan, produk khas Malut adalah batu akik hingga makanan laut. Contohnya, abon ikan dan sagu tidore.
Sementara itu, Kustalani, 36, salah seorang pelaku UKM asal Ternate, merasa senang dengan digelarnya temu mitra. Sebab, dia bisa bertukar pikiran untuk mengembangkan produknya. Lani, sapaan akrab Kustalani, merupakan perajin batik di Malut. Namun, produknya sudah menjadi ciri khas Malut.
’’Ya, batik yang saya rancang itu memiliki corak dengan ciri khas Maluku Utara,’’ ujar Lani yang menyebutkan batiknya menggunakan brand Batik Tubo. Menurut dia, nama Batik Tubo memang berasal dari desa terpencil bernama Tubo. ’’Itu desa kelahiran saya,’’ ujarnya.
Dia memulai bisnis tersebut pada 2009. Kini, bisnisnya kian berkembang dan siap dipasarkan di pasar global. ’’Saya juga ingin produk itu dipasarkan di Galeri Indonesia WOW,’’ ucapnya. (mas/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Luhut: Utang Indonesia Paling Rendah Dibanding Negara Lain
Redaktur : Tim Redaksi