jpnn.com - JAKARTA - Kegaduhan di internal kabinet Presiden RI Joko Widodo, termasuk kritik tajam yang diarahkan kepada Wakil Presiden Jusuf Kalla, menurut mantan Wakil Ketua DPD RI, Laode Ida tidak selalu berarti buruk.
"Bisa juga saling 'tusuk' di bilik publik itu dilakukan dalam skenario yang disengaja dengan tujuan mengalihkan isu kondisi ekonomi bangsa yang kian buruk," kata Laode Ida, Kamis (10/9).
BACA JUGA: Ini Cara Menteri Marwan Percepat Penyaluran Dana Desa
Kondisi ekonomi sekarang ujarnya, sesungguhnya lebih parah dari krisis 1998 yang ditandai dengan terus melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, di samping banyaknya pemutusan hubungan kerja (PHK) yang tidak bisa dihindari perusahaan.
"Masyarakat akhirnya terbawa arus isu kegaduhan, dan tidak lagi peduli dengan krisis ekonomi yang menyengsarakan sebagian dari mereka. Ini bagian dari siasat canggih dari rezim sekarang ini," tegasnya.
BACA JUGA: Pengusaha Pelayaran Tolak Kebijakan BI soal Transaksi Pakai Rupiah
Lepas dari itu, sikap kritis dalam tim kabinet Jokowi kata Ida, harus juga dilihat positifnya, yakni sebagai situasi saling kontrol. Dengan begitu, kebijakan publik yang diambil secara tertutup untuk kepentingan bisnis keluarga atau grup bisnis sebagian oknum pejabat, dapat terbuka dan dilakukan perubahan.
Dengan sendirinya, lanjut mantan senator dari Sulawesi Tenggara ini, para pejabat yang kritis itu jadi semacam filter atau suatu rencana kebijakan bahkan sebagai evaluator dari dalam terhadap kebijakan yang sudah ada selama ini.
BACA JUGA: PAN Merapat ke Jokowi, Sutrisno Bachir Dapat Posisi
"Jika tidak ada orang kritis seperti itu, maka kebiasaan kong-kalingkong antara pejabat dan pengusaha seperti terjadi pada masa-masa lalu akan terus berlangsung," ungkapnya. (fas/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kepada DPR, Menteri Rini Buka Kronologi Pembicaraan dengan Kapolri
Redaktur : Tim Redaksi