Menurut Pram, memang sudah waktunya Indonesia memberi kesempatan pada perwira TNI AL kembali menjadi panglima, karena dulu pernah Laksamana Widodo AS jadi panglima, lalu ke perwira TNI AU dan saat ini dipegang oleh TNI AD
BACA JUGA: Kejagung Tolak Bambang atau Busyro
"Ini hal yang baik di dalam tubuh TNI, ada giliran," puji Pram, yang juga mantan Sekjen PDI-P.Ditanya soal reputasi kandidat Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono, Pram mengakui bahwa dirinya tidak tahu banyak soal kinerja dan performance Agus Suhartono
BACA JUGA: Habis Lebaran, Hartono Bawakan Jaksa Saksi Ahli
Dalam ketidakmenonjolan ini sebenarnya banyak keuntunganSementara anggota Komisi I DPR RI Fayakhun Andriadi mengatakan, pengajuan calon tunggal Panglima TNI oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dinilai memundurkan demokrasi
BACA JUGA: Tunggu Putusan MK, Yusril Masih Tak Mau Bicara
Karena itu, politisi Golkar itu menyarankan agar Presiden mengajukan dua nama calon Panglima TNI sehingga ada semangat demokrasi yang tumbuh."Justru apabila presiden mengajukan lebih dari satu calon, maka semangat demokrasi dan kesetaraan 'power balance' eksekutif-legislatif, menjadi implementasi nyata semangat reformasi yang berkembang di Indonesia," kata Fayakhun.
Kalau hanya satu nama yang diajukan oleh presiden Yudhoyono, sama artinya presiden menjadikan DPR sebagai 'tukang stempel'"Sama artinya Presiden menjadikan DPR (legislatif) sebagai 'tukang stempel' pemerintah (eksekutif)," kata Fayakhun.
Lebih lanjut dia ingatkan, masyarakat Indonesia telah makin dewasa dalam berpolitik, dan selalu mengamati perkembangan demokrasi dengan memantau pengajuan nama-nama oleh presiden untuk posisi-posisi kunci seperti Gubernur BI, Panglima TNI"Ternyata eksekutif 'mendorong mundur' legislatif kembali menjadi tukang stempel kebijakan pemerintah," kata politisi Golkar itu," ujarnya(fas/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Yusril Periksa Mulut, Hartono Mengaku Sakit
Redaktur : Tim Redaksi