JAKARTA — Tahun 2011 mendatang, total belanja negara direncanakan sebesar Rp1.202 triliunDengan demikian, maka RAPBN 2011 akan mengalami defisit sebesar Rp115,7 triliun atau 1,7 persen dari product domestik bruto (PDB)
BACA JUGA: Pemerintah Diminta Hindari Kenaikan TDL
Berbagai kalangan di DPR pun menolak defisit yang masih besar harus ditanggung Indonesia ini."Harusnya tidak perlu ada defisit di (APBN) 2011, karena ekonomi kita beberapa tahun terakhir terus menunjukkan perbaikan
BACA JUGA: Asumsi Dasar Makro Ditolak Mayoritas Fraksi DPR
Pemerintah harusnya lebih efesien dengan mengoptimalkan berbagai potensi yang ada," tegas Laurens Bahang Dama dari Fraksi PAN dalam rapat paripurna, Selasa (24/8) di DPR RI.Sementara juru bicara Fraksi PDIP, Utut Adianto, menilai belanja negara yang naik menjadi Rp1.202 triliun tidak menggambarkan peningkatan kesejahteraan masyarakat
"Pembiayaan defisit sebesar Rp115,7 triliun ini mengakibatkan beban pemerintah semakin bertambah
BACA JUGA: Golkar Suarakan Lagi Anggaran Berdasarkan Dapil
Karena itulah, dalam APBN 2011 nantinya, PDIP menolak defisit anggaran dan mendorong surplus anggaranKarena defisit anggaran sangat memberatkan karena sebagian besar berasal dari utang," tegasnya.Utut pun mengatakan bahwa PDIP menolak rencana pemerintah mencari utangan baru, terutama dari luar negeri guna menutupi defisit"Kita minta pemerintah untuk membuat perencanaan baru yang lebih fokus dan lebih orientasi kepentingan masyarakat secara luas bukan pada defisit," katanya.
Menanggapi hal ini, Menteri Keuangan Agus Martowardojo yang ditemui usai paripurna mengatakan, bagaimanapun pemerintah telah berupaya maksimal untuk menekan angka defisit"Dulu di APBN-P 2010, defisitnya 2,1 persen dan sekarang di 2011 kita hanya targetkan 1,7 persenItupun dibandingkan dengan prognosisi APBN-P 2010 kelihatannya hanya 1,5 persenJadi sebenarnya itu menunjukkan bahwa pemerintah terus memberikan insentif stimulus kepada perekonomian Indonesia supaya bisa membangun sendiri ekonomi dengan baik," jelas Agus.
Pada prinsipnya, kata Agus, defisit masih diperlukan karena pemerintah menginginkan agar anggaran disusun dengan sehatApalagi, pemulihan ekonomi di Eropa dan AS bisa saja berdampak pada keluarnya uang modal yang sebelumnya telah masuk ke Indonesia.
"Jadi sebenarnya kita harus tetap berusaha memberikan pesan bahwa ekonomi makro dan fiskal kita sehatDan kepada masyarakat, dengan defisit dibawah dua persen, kita ingin selalu menjaga keseimbangan primer kita positif, serta rasio utang terhadap GDP itu bisa turunItulah prinsip-prinsip yang coba kita sampaikan kepada masyarakat dan kalangan investor," jelas Agus.(afz/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pertamina Tarik 2 Juta Tabung Melon
Redaktur : Tim Redaksi