Dulu Tenaga Honorer, Kini jadi Bupati

Selasa, 19 Februari 2019 – 00:45 WIB
Edi Damansyah dilantik jadi bupati Kukar. Foto: Kaltim Post

jpnn.com - Pernah menjadi tenaga honorer, Edi Damansyah kini sudah resmi menjadi menjadi bupati Kutai Kartanegara (Kukar), setelah dilantik Kamis (14/2).

MUHAMMAD RIFQI, Tenggarong

BACA JUGA: Peringatan Superpenting Bagi PNS dan Honorer

TIDAK mudah bagi Edi bisa menikmati empuknya kursi bupati Kukar. Dia harus melaluinya bahkan dari tingkatan terbawah. Memulai karier dari pegawai honorer sudah dia lewati. Bahkan di posisi tertinggi PNS untuk lingkup Pemkab Kukar juga sudah diraih. Yakni sebagai sekretaris kabupaten (sekkab).

Selain sebagai sekkab Kukar, Edi pernah menjadi kabag pemerintahan Pemkab Kukar, Pj asisten pemerintahan dan hukum, kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, asisten ekonomi dan pembangunan.

BACA JUGA: Rita Widyasari Klaim Keluarkan Uang Pribadi Rp 146 Miliar

Kini didaulat menjadi bupati Kukar definitif. Setelah dilantik oleh Gubernur Isran Noor di Lamin Etam, Kompleks Kantor Gubernur Kaltim, Samarinda, Edi menyempatkan diri memohon restu pada Saibah. Perempuan yang paling berjasa lantaran melahirkan sekaligus membesarkannya. “Saya bertemu ibu saya. Saya memohon restu supaya diberi kelancaran dalam bertugas,” kata Edi.

BACA JUGA: Rekrutmen PPPK Selesai, Honorer K2 Hilang Kesempatan

BACA JUGA: Lagi, Tenaga Honorer Kembali Diciduk karena Terlibat Narkoba

Kiprah Edi hingga menjadi orang nomor satu di Kukar melalui jalan yang panjang. Tidak secara instan. Dia memang bukan dari kalangan pengusaha maupun keluarga kaya. Namun, kegigihan dan rasa disiplin yang ia tanam sejak kecil, diyakini menjadikan dirinya mampu dipercaya rakyat Kukar menjadi orang nomor satu.

Edi merupakan warga Kutai. Lahir di Desa Ngayau, Kecamatan Muara Bengkal, Kutai Timur (Kutim) yang dulu masih menyatu menjadi Kabupaten Kutai bersama Kutai Kartanegara.

Sebelumnya, Edi Damansyah telah menjabat selama 18 bulan sebagai Plt bupati Kukar, menggantikan posisi Rita Widyasari yang diberhentikan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri). Lantaran terjerat kasus tindak pidana korupsi oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Ia maju dengan Rita Widyasari menjadi calon bupati dan wakil bupati melalui jalur independen.

Dalam beberapa kesempatan, Edi menyampaikan semula cita-citanya adalah ingin menjadi seorang tentara. Hal itulah, yang membuat dirinya bertekad membiasakan dirinya untuk disiplin.

Belakangan, jalan menjadi tentara tak juga terbuka. Ia justru didukung oleh orangtuanya menjadi PNS. Selepasnya lulus di Universitas Kartanegara (Unikarta), Edi berkesempatan menjadi tenaga honor di Pemkab Kukar. Edi tercatat selama tujuh tahun menjadi tenaga honorer.

Pada awal kepemimpinannya, dia ingin menjadikan PNS di Kukar sebagai aset. Bukan sebagai beban daerah. Apalagi dia sadar, Kukar merupakan salah satu daerah dengan jumlah PNS terbanyak di Indonesia.

Jumlahnya hampir 20-an ribu PNS. Menurutnya, dengan banyaknya jumlah PNS itu bisa meningkatkan pelayanan hingga daerah-daerah terpencil.

Terlebih, Edi juga dikenal sebagai kepala daerah yang kerap bertandang ke pelosok-pelosok desa di Kukar. Hobi bersepeda serta blusukan ke kampung-kampung dengan trail, membuat dirinya bisa menjangkau pelosok kecamatan dengan lebih mudah. Tradisi itu yang akan terus dia pertahankan.

Ditanya soal calon wakil bupati yang akan mendampinginya, Edi menyebut jika pilihannya nanti akan disesuaikan aturan penggunaan hak memiliki wakil bupati dari jalur independen.

Pihaknya juga akan menindaklanjuti imbauan Gubernur Kaltim Isran Noor untuk segera memproses penjaringan wakil bupati tersebut.

“Saya mohon dukungan semua pihak. Nanti pada saatnya akan sampai sana (menetapkan wakil bupati). Yang penting saya ingin taat aturan dulu. Karena saya melalui jalur independen, maka nanti akan saya serahkan ke rakyat,” kata pria yang menikahi Maslianawati itu.

Disinggung figur pilihannya, serta kemungkinan adanya calon dari partai politik yang masuk radarnya, Edi memilih menjawab santai. “Yah, kalau ditanya figur, teman-teman wartawan ini juga menjadi figur khusus bagi saya,” gurau Edi.

Sementara itu, Gubernur Kaltim Isran Noor beberapa kali mengeluarkan gurauan yang disambut tepuk tangan tamu undangan. Ia mengapresiasi Edi yang menurutnya sabar menunggu status definitif.

“Mungkin bupati yang sudah paling banyak dilantiknya ya Edi Damansyah ini. Karena sudah empat kali dilantik,” katanya.

BACA JUGA: Pendaftaran PPPK Ditutup, Tunggu Aturan Passing Grade

Diketahui, dari empat kali pelantikan Edi Damansyah itu antara lain, dilantik sebagai wakil bupati, dilantik gubernur Kaltim sebagai Plt bupati Kukar mengisi kekosongan kursi bupati setelah Rita berperkara di KPK.

Kemudian dilantik kembali oleh gubernur Kaltim sebagai Plt bupati Kukar setelah kasus yang menyeret Rita dinyatakan inkrah. Terakhir dilantik sebagai bupati Kukar definitif.

Isran menyebut Kukar adalah tanah harapan karena sumber daya alam (SDA) yang besar dan luas. Baik sektor hutan, migas, hasil pertambangan, perkayuan, maupun perikanan. Mantan bupati Kutim itu juga sempat mengajak peserta mendoakan Rita Widyasari yang menurutnya terkena musibah. Sebagai informasi, Rita divonis 10 tahun penjara dan denda Rp 600 juta subsider enam bulan kurungan.

Ia juga berpesan agar Edi Damansyah segera memproses calon wakil bupati. Hal ini untuk memudahkan Edi dalam bekerja sebagai kepala daerah. (rom/k15)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Mbak Rita Bakal Lebih Lama di Tahanan KPK


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler