e-KTP di Kampung Mendagri Bermasalah

Rabu, 05 Oktober 2011 – 11:25 WIB

SOLOK--Memasuki hari ketujuh pelaksanaan kartu tanda penduduk elektronik (e-KTP) di Kabupaten Solok, kampungnya Mendagri Gamawan Fauzi mulai ada masalahHal tersebut terjadi di perangkat pengiriman data dan fungsi perangkat yang sering mandek

BACA JUGA: Excavator Barang Bukti Tambang Ilegal Dilepaskan, Polisi Diterpa Isu Suap



Di Kecamatan Lembangjaya Kabupaten Solok, kendala tersebut telah dialami sejak hari keenam
Permasalahan yang dihadapi adalah rusaknya sinyal internet dari server pengirim data ke Dirjen Kependudukan dan Catatan Sipil Kemendagri

BACA JUGA: Tenggelam Sejak 2004, 3.000 Bangkai Mobil Diangkat



Hilangnya sinyal tersebut menyebabkan aktivitas pencatatan dan perekaman data tidak bisa dilakukan
Sementara itu, di Kecamatan Kubung, satu set kamera digital tidak bisa dioperasikan

BACA JUGA: Pemda Tunggu 10 Hari Terkait Aksi Mogok Freeport

Kerusakan ini menyebabkan hanya satu perangkat saja yang bisa digunakan

Di Kecamatan Lembangjaya, dari target 20.836 penduduk yang akan mendapatkan kartu e-KTP tersebut, baru terekam 556 data pendudukCamat Lembangjaya Irwan Effendi menyatakan persoalan teknis tersebut membuat 7 operator yang mengoperasikan 2 set perangkat perekaman data tersebut tidak bisa berbuat apa-apa dan hanya menunggu sinyal timbul kembali.

Ia menyatakan hilangnya sinyal tersebut tidak hanya membuat panik operator, tapi juga masyarakat yang menunggu antreanKarena lamanya kerusakan perangkat tersebut bisa mencapai 3,5 jam dan kerusakan tersebut seringkali berulang.

"Masyarakat Lembangjaya terletak di sebelah timur Kabupaten SolokMayoritas masyarakatnya tinggal di tempat terpencil dan jauh dari kantor camatSaat perangkat tersebut rusak, mereka mengeluh dan ingin pulang saja, padahal, mereka datang dari jauh dan mengorbankan waktunya satu hari untuk aktivitas perekaman data iniTapi karena hanya memiliki satu jadwal, mereka terpaksa untuk tetap tinggal dan menunggu sinyal aktif kembali," ujarnya.

Irwan Effendi juga menyatakan kendala arus listrik yang tidak stabil juga berpengaruh pada kinerja perangkat perekaman data tersebutIa menyebutkan di samping arus yang tidak stabil, protes dari masyarakat juga menjadi salah satu tantangan bagi petugasIa menyatakan hal itu terasa lumrah karena masyarakat datang dari jauh dengan mengorbankan harinya bertani dan berladangApalagi di masing-masing jorong, waktu pencatatan sudah dijadwalkan jauh-jauh hari dan surat panggilan juga sudah dilayangkan ke seluruh masyarakat.

"Kalau kita terpaksa sabar saja, apalagi masyarakat yang telah meluangkan waktunya untuk perekaman data ini datang dari jauhSementara kalau mereka pulang, jadwal hari berikutnya tidak lagi bisa mereka gunakan karena jadwal jorong atau nagari lain juga sudah ada," lanjutnya.

Sementara itu, kendala peralatan terjadi di Kecamatan KubungSatu kamera digital untuk mengambil foto penduduk tidak bisa berfungsiTidak berfungsinya alat tersebut, membuat hanya satu set perangkat yang bisa digunakanApalagi kamera tersebut tidak bisa diganti dengan kamera yang ada di pasaranCamat Kubung Suharmen menyatakan kamera tersebut sulit dicari di pasaran dan tidak bisa diganti begitu saja dengan kamera lain, karena sudah diprogram di komputer.

"Rusaknya satu kamera tersebut membuat aktivitas perekaman data juga terhentiKita tidak bisa mengganti kamera tersebut karena tidak ada di pasaranPerekaman data tanpa kamera juga tidak bisa dilakukan karena dari petunjuk dari pusat, data yang dikirim haruslah data lengkap dan tidak boleh ada yang ketinggalanAkibatnya kita terpaksa menggunakan satu set perangkat saja," ujarnya

Di Kota Solok, aktivitas perekaman data baru berlangsung di satu kecamatanHingga kemarin, data penduduk Kota Solok yang telah terekam telah mencapai angkat 2.723 penduduk di Kecamatan LubuksikarahSatu kecamatan lainnya yaitu di Kecamatan Tanjungharapan, belum ada aktivitas karena perangkatnya hingga saat ini belum kunjung datang.

Kepala Disdukcapil Kota Solok Nova Elfino menyatakan kedatangan perangkat tersebut terus terundurSemula perangkat tersebut dijadwalkan datang pada akhir September, namun hingga kini belum juga datangPihaknya awalnya ingin membagi dua set alat tersebut untuk dua kecamatan di Kota Solok, namun dirasa kurang efektif karena aktivitas pengiriman data akan lebih lambat karena perbedaan nomor internet protocol (IP) server yang berbeda, sehingga harus diset ulang.

"Sembari menunggu alatnya datang, kita memfokuskan pada satu kecamatan saja duluSementara operator di kecamatan lain kita arahkan untuk memperhatikan aktivitas di Kecamatan LubuksikarahSehingga, setelah alatnya nanti datang, kendala yang terjadi bisa mereka tanggulangi dengan cepat," ujarnya.

Kendala yang umumnya dihadapi pada pelaksanaan e-KTP di Kota Solok terdapat pada pencatatan warga lanjut usia (lansia) dan ibu rumah tangga (IRT)Para lansia umumnya terkendala pada pencatatan iris mata, karena tidak bisa membelalakkan mata secara maksimalUntuk mengatasi hal tersebut, satu operator membantu dengan menarik kulit pelipis dan kulit pipi saat menggunakan alat perekam iris mata tersebut.

Sementara bagi IRT, kendala dialami saat pencatatan sidik jari, terutama bagi IRT yang masih mencuci pakaian dan piring secara manualKebanyakan, sidik jari mereka mengelupas dan bekas terkelupas tersebut tercatat sebagai pola sidik jariAkibatnya, mereka harus membersihkan dulu bagian yang terkelupas tersebut hingga bersih(rzy)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Gubernur Riau Terima Bendera ISG


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler