Effendi Simbolon dan Nakhoda Indonesia

Oleh Dhimam Abror Djuraid

Selasa, 11 Juli 2023 – 21:12 WIB
Politikus PDIP Effendi Simbolon. Foto: Ricardo/JPNN.Com

jpnn.com - Politik penuh dengan simbolisme. Dalam politik pun ada eufemisme (penghalusan) dan disfemisme atau mengasarkan kalimat.

Politikus PDIP Effendi Simbolon menyebut istilah ’Nakhoda Indonesia’ yang diduga bermakma Presiden RI. Kaesang Pangarep menyebut ’Depok Pertama’ yang diduga bermakna Wali Kota Depok.

BACA JUGA: Presiden Gay

Kaesang adalah anak bungsu Presiden Jokowi. Baliho berwajah Kaesang dengan narasi 'Depok Pertama' terpasang di sejumlah lokasi strategis di Kota Depok.

Kaesang juga juga membuat video berisi permintaan dukungan dari publik. Dalam video itu pula Kaesang mengaku sudah mengatakan mendapat restu dari orang tuanya.

BACA JUGA: Bulan Bung Karno

Meskipun Kaesang tidak terang-terangan mengaku ingin menjadi wali kota Depok, tetapi ungkapan simbolis itu cukup mudah dipahami oleh partai-partai politik pendukung pemerintah. Mereka kemudian bersegera memberi dukungan kepada Kaesang untuk maju menjadi calon wali kota Depok.

Adapun Effendi Simbolon selain sebagai legislator PDIP juga dipercaya menjadi ketua umum Punguan Simbolon Dohot Boruna se-Indonesia (PSBI). Pekan lalu, PSBI menggelar rapat kerja nasional atau rakernas dengan mengundang Prabowo Subianto.

BACA JUGA: Selamat Ulang Tahun, Presiden Mulyono

Effendi sebagai sahibulbait acara itu menyebut Prabowo layak menjadi ’Nakhoda Indonesia’. Namun, Effendi cukup berhati-hati untuk tidak menyebut ‘Presiden Indonesia’.

Meski demikian, toh Effendi tidak sepenuhnya aman. Banyak yang sensitif oleh pernyataannya itu.

Banyak yang menganggap ungkapan itu sebagai dukungan Effendi Simbolon kepada Prabowo sebagai calon presiden.

DPP PDIP pun gerak cepat alias gercep dengan meminta klarifikasi dari Effendi. Gerak cepat itu seolah menunjukkan bahwa pernyataan Effendi tersebut berbahaya seperti virus.

Kalau dibiarkan, virus itu akan menular ke mana-mana. Oleh karena itu, virus tersebut harus cepat dipadamkan.

Effendi Simbolon adalah politikus berpengalaman. Ia punya banyak cara untuk menghindari sanksi.

Misalnya, Effendi mengaku mengundang Prabowo bukan dalam kapasitasnya sebagai capres, melainkan menteri pertahanan.  Dalam forum itu Prabowo berbicara mengenai bela negara, bukan berkampanye sebagai calon presiden.

Rupanya DPP PDIP cukup puas dengan keterangan Effendi Simbolon. Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto menyebut Effendi masih tetap setia kepada partai pimpinan Megawati Soekarnoputri itu.

Effensi masih tetap tegak lurus kepada partai. Begitulah ungkapan yang sering dipakai oleh kader-kader PDIP untuk menunjukkan loyalitasnya kepada partai.

Hasto juga menyatakan bahwa seluruh kader PDIP, termasuk Effendi, mendukung Ganjar Pranowo sebagai capres untuk Pilpres 2024.

Menurut Hasto, koleganya di PDIP itu justru mengkritik Prabowo pada acara pertemuan marga Simbolon tersebut. Hasto menyebut Effendi sempat menyampaikan pandangan objektif soal kebijakan-kebijakan Prabowo di bidang pertahanan.??

Effendi memberi penilaian yang bersifat objektif terkait dengan kebijakan Prabowo. Misalnya, Effendi menganggap pembelian pesawat bekas Mirage dari Qatar merupakan suatu kebijakan yang tidak tepat, bahkan berpotensi melanggar undang-undang.????

Memang sempat muncul isu liar bahwa Effendi Simbolon akan bergabung dengan Partai Gerindra yang dipimpin Prabowo. Namun, Hasto membantah isu tersebut.

Hasto juga menegaskan Effendi Simbolon sebagai kader akan tegak lurus dengan arahan partai. "Sekali merah tetap merah," ujar Hasto.?

Walakhir, tidak ada sanksi untuk Simbolon, setidaknya untuk saat ini. Dia hanya terkena peringatan pertama, mungkin semacam kartu kuning.

Ketua Dewan Pertimbangan Partai DPP PDIP Komarudin Watubun mengatakan bahwa Effendi sebagai kader partai tidak bisa berbicara bebas. Alasannya ialah ada aturan internal yang membatasinya.

Polemik dari pernyataan Efendi Simbolon itu menjadi indikasi bahwa di internal PDIP masih ada arus yang berbeda dalam hal dukungan terhadap Ganjar. Mungkin friksi yang keras antara pendukung Puan Maharani versus pendukung Ganjar bisa ditekan melalui aturan partai.

Namun, ternyata insiden semacam itu masih terjadi, dan tampaknya masih akan terjadi lagi.??

Persaingan Puan vs Ganjar bisa ditelusuri mulai tahun lalu. Ketika itu, Puan Maharani menyerukan kader partainya agar tidak memilih calon presiden yang bermodalkan fisik rupawan dan popularitas di media sosial.

Pernyataan itu menguatkan sinyalemen tentang adanya faksi di internal PDIP. Puan terus mendapatkan dukungan dengan beragam manuver politik, seperti terlihat dari pemasangan baliho ‘Kepak Sayap Kebinekaan’ dengan potretnya di berbagai tempat. ??

Politikus PDIP Trimedya Panjaitan juga menyemprot Ganjar secara terang-terangan. Bambang Wuryanto alias 'Komandan Pacul' yang dikenal sebagai loyalis Puan tidak mengundang Ganjar dalam acara koordinasi pemenangan kepala daerah PDIP Jawa Tengah.

Anggota Fraksi PDIP DPR Johan Budi dan kawan-kawan sesama legislator membentuk Dewan Kolonel untuk mendukung Puan.

Dari situlah muncul istilah 'banteng vs celeng' yang ramai di publik. Pendukung Puan disebut sebagai banteng, sedangkan penyokong Ganjar disebut celeng.

Di barisan celeng ada mantan wali kota Solo yang juga Ketua DPC PDIP Surakarta FX Rudyatmo.Kader senior PDIP itu dikenal sebagai pendukung fanatik Ganjar.

Rudy -panggilan akrabnya- pernah membocorkan rahasia bahwa PDIP akan mengeluarkan rekomendasi tentang Ganjar sebagai capres. Keyakinan Rudy didasarkan keyakinannya bahwa Ganjar telah lulus melewati ujian loyalitas yang dilakukan DPP PDIP.

Pernyataan Rudy pun menyulut polemik. DPP PDIP memanggilnya guna meminta klarifikasi.

DPP mengeluarkan sanksi. Rudy pun akhirnya meminta maaf.

Bisa jadi kini Rudy dalam Rudy dilematis. Dia adalah karibnya Jokowi.

Namun, Rudy berada pada posisi terjepit sejak Jokowi bermain mata dengan Prabowo. Rudy sampai menyebut kader yang tidak mendukung Ganjar adalah pengkhianat.

Anak-anak Jokowi, Gibran Rakabuming dan Kaesang Pangarep, mengundang sukarelawan Prabowo ke Solo. Kaesang juga kerap tampil di publik dengan mengenakan kaus bergambar Prabowo.

Hasto yang dikenal sebagai pendukung fanatik Ganjar pun memanggil Gibran. DPP PDIP harus mendisiplinkan putra sulung Presiden Jokowi itu.

Selama ini Hasto berperan sebagai pemadam kebakaran. Sejauh ini kelihatannya cukup berhasil, tetapi tidak ada yang tahu sampai kapan.(***)

Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?

BACA ARTIKEL LAINNYA... Puan, AHY, dan Mimpi SBY


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler