Ekonomi Membaik, Inflasi Terkendali

Sabtu, 17 Desember 2016 – 14:39 WIB
Ilustrasi. Foto: JPNN

jpnn.com - SAMARINDA – Harga batu bara yang semakin meningkat memberi angin segar bagi perekonomian Kalimantan Timur.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) merilis harga batu bara acuan (HBA) pada Agustus 2016 sebesar USD 58,37 per ton.

BACA JUGA: Angka Pengakses Internet dan Pendengar Radio Hanya Beda Tipis

Angka itu meningkat pada September dengan USD 63,93 per ton. Bulan lalu, HBA di level USD 84,89 dolar per ton.

Dalam pertemuan tahunan Bank Indonesia (BI) kemarin (15/12), dijabarkan perekonomian Benua Etam akan tumbuh perlahan.

BACA JUGA: Citilink Segera Terbangkan 500 Wisman Tiongkok Per Hari ke Kepri

Meski begitu, ada ancaman kontraksi bila ada pengaruh kebijakan negara-negara maju.

Terutama Amerika Serikat (AS) sebagai negara adidaya yang bakal dipimpin Donald Trump.

BACA JUGA: FOMC Bikin Perbankan Hati-Hati Turunkan Bunga

Adapun perekonomian di Kaltim dan Kaltara pada akhir 2016 masih terkontraksi di kisaran minus 0,8 sampai minus 0,4 persen secara year on year (yoy).

Tapi, pada 2017 diprediksi lebih baik, yakni minus 0,4 hingga 0,1 persen.

Menurut data yang dihimpun BI Kaltim, kondisi pelemahan ekonomi global saat ini masih berlangsung, yang diperkirakan sekitar 3,0 persen.

Angka tersebut lebih rendah dari capaian 2015 sebesar 3,2 persen.

Di Indonesia, perekonomian diprediksi akan tumbuh pada rentang 5,0 sampai 5,4 persen pada 2016.

Itu artinya lebih rendah dibanding perkiraan awal BI pada akhir 2015 sebelumnya 5,2 sampai 5,6 persen.

Kepala Kantor Perwakilan (KPw) BI Kaltim Muhamad Nur memaparkan, perekonomian di beberapa provinsi di Indonesia bisa tumbuh di atas enam persen. Seperti di Sulawesi, Bali, dan Nusa Tenggara.

Sedangkan provinsi lain yang bergantung hasil pertambangan, seperti Kalimantan, Sumatra hingga Papua masih tumbuh di bawah empat persen.

Kondisi di Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, kata dia, dipengaruhi dampak positif transisi perekonomian di wilayah tersebut.

Dari sebelumnya banyak bergantung pada komoditi bahan mentah menjadi komoditas yang bernilai tambah.

Yakni melalui pembangunan smelter dan industrialisasi sektor pertanian.

“Tidak bergantung dengan pertambangan,” papar dia di pertemuan tahunan BI di ballroom lantai IV Kantor BI Kaltim, Samarinda, kemarin (15/12).

Kemudian, lanjut Nur, tingkat inflasi nasional pada 2016 terjaga dalam besaran yang rendah dan stabil.

Sampai November 2016, inflasi nasional tercatat 2,59 persen secara yoy. Ini merupakan capaian terendah dalam lima tahun terakhir.

Sementara inflasi Kaltim dan Kaltara (Kaltimra) pada 2016 relatif terkendali mencapai 2,53 persen per November secara year to date (ytd).

Bila dibanding periode yang sama tahun sebelumnya inflasi Kaltimra tercatat sebesar 3,61 persen (yoy). 

Ia menerangkan, terjaganya harga utama disebabkan pengaruh kelompok volatile foods.

“Kami mengapresiasi upaya pemerintah daerah yang terus memberikan komitmennya mengendalikan inflasi di Kaltim dan Kaltara,” ungkap dia. (roe/mon/rom/k15/jos/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Medsos Keras, Media Konvensional Berpeluang Moncer Lagi


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler