Ekspor ke Tiongkok Turun 6,6 Persen

Senin, 21 November 2016 – 12:29 WIB
Ilustrasi. Foto: Jawa Pos/JPNN

jpnn.com - SURABAYA – Pasar ekspor Jawa Timur masih dikuasai tiga negara tujuan tradisional.

Yakni Jepang, Amerika Serikat dan Tiongkok. Jumlahnya mencapai 32,67 persen.

BACA JUGA: Impor Ban Ilegal Marak, Produsen Minta Perlindungan

Meski demikian, pada Januari–Oktober, pertumbuhan nilai ekspor ketiga negara hanya tumbuh tipis.

Produk yang diekspor tiga negara maju itu bervariasi. Jepang berkontribusi besar dalam kinerja ekspor dari perhiasan-permata, ikan, dan udang.

BACA JUGA: Adhi Karya Kantongi Kontrak Kerja Rp 11,4 Triliun

Nilainya mencapai USD 2,09 miliar. Sementara itu, ekspor ke AS dalam bentuk perabot penerangan rumah juga ikan dan udang.

Nilainya mencapai USD 1,61 miliar.

BACA JUGA: Semen Indonesia Bisa Ajukan Peninjauan Kembali

”Ekspor ke Tiongkok umumnya berupa produk lemak dan minyak hewan/nabati. Nilainya sebesar USD 1,17 miliar,” kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim Teguh Pramono kemarin (20/11).

Jepang dan AS pada periode Januari–Oktober tercatat tumbuh 2,1 persen dan 1,06 persen.

Sementara itu, ekspor ke Tiongkok justru menurun 6,6 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama 2015.

Ke depan, ekspor ke negara tujuan tradisional masih bertahan karena mereka sebagai negara maju dengan kebutuhan di dalam negeri yang besar.

”Termasuk ke ASEAN, potensi ekspor ke negara-negara di ASEAN juga besar,” lanjut Teguh.

Ekspor ke negara ASEAN tercatat sebesar USD 2,35 miliar dengan porsi 19,17 persen terhadap total ekspor.

Pertumbuhannya terbilang tinggi, mencapai 21,37 persen.

Pertumbuhan tiga negara tujuan ekspor tradisional, yakni Jepang, AS dan Tiongkok, berada di bawah rata-rata ekspor.

Di sisi lain, total ekspor nonmigas pada tahun ini sebesar USD 14,90 miliar dengan pertumbuhan sebesar 5,68 persen jika dibandingkan dengan Januari–Oktober 2015 yang sebesar USD 14,09 miliar.

Ekspor produk manufaktur ke AS tetap menjanjikan bagi produsen dalam negeri.

Dirut Trias Sentosa Sugeng Kurniawan menyatakan, permintaan untuk produk kemasan fleksibel masih tinggi.

Karena itu, untuk produk tertentu, hampir 95 persen masih ditujukan untuk memenuhi permintaan ekspor.

”Sejauh ini tidak banyak berubah. Memang terjadi gejolak mata uang, tapi sekarang kurs rupiah terhadap dolar sudah sekitar Rp 13.300,” ujar Sugeng

Salah satu pasar ekspor yang menjanjikan adalah ke AS dengan persentase 14–15 persen dari total ekspor.

Ekspor ke AS masih berada di atas Jepang yang hanya 12–13 persen. Hingga kini, ekspor ke sana tetap berjalan seperti biasa.

”Kami tidak melihat restrictive. Asal ada peluang bisnis, kami akan mencoba terus masuk,” terangnya. (res/c5/noe/jos/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Indonesia Ajak Vietnam Setarakan Upah Buruh


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler