Ekspor Minus, Pertumbuhan Bisa Direvisi

Menkeu Akui Ekonomi Dalam Negeri Tak Mampu Tahan Tekanan Eksternal

Kamis, 19 Maret 2009 – 08:40 WIB
JAKARTA- Resesi global berpengaruh pada pertumbuhan ekspor IndonesiaKinerja ekspor tahun ini diprediksi anjlok 5-10 persen

BACA JUGA: Gali Potensi Dalam Negeri dari Pajak

Penurunan ini akan secara langsung membawa risiko pada pertumbuhan ekonomi
Sebab, tekanan dari sisi eksternal tersebut terlalu kuat untuk dikompensasi dengan aktivitas ekonomi dalam negeri

BACA JUGA: Lion Air Siap Layani Umroh


 
"Kalau growth-nya (ekspor) mengalami kontraksi sampai akhir tahun ini,  katakanlah minus 5 atau minus 10 persen, risiko revisi  terhadap pertumbuhan ekonomi pasti akan terjadi
Terutama, karena faktor eksternal ini terlalu besar untuk dikompensasi dengan faktor  dalam negeri," kata Menkeu Sri Mulyani Indrawati seusai rakor dengan Mendag Mari Elka Pangestu dan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Miranda S

BACA JUGA: Industri Semen Bantah Kartel Harga

Goeltom Selasa malam (17/3)
 
Menurut menkeu, aktivitas ekonomi dalam negeri akan dicoba dirangsang dengan stimulus  fiskalTapi, dampak stimulus fiskal baru akan terasa pada April atau Mei mendatangKemungkinan menambah besar stimulus akan disesuaikan dengan siklus pembahasan anggaran di DPR
 
"Kalau situasinya sangat penting untuk diperbaiki, sehingga DPR dan pemerintah sepakat mengubah volume stimulus, itu akan dibahas dalam APBNP setelah semester kedua," tutur Menkeu
 
Penurunan ekspor pada Januari lalu akan berlanjut pada FebruariBerdasar deteksi awal Departemen Keuangan melalui data Bea dan Cukai, ekspor  pada Februari di Pelabuhan Tanjung Priok akan menurun hingga 23-25 persenEkspor secara keseluruhan hampir dipastikan anjlok drastis karena Tanjung Priok mencakup 60 persen volume ekspor  nasionalPada Januari lalu, nilai ekspor menurun 36,08 persen
 
Mendag Mari Elka Pangestu mengatakan, nilai ekspor pasti  akan turun karena harga komoditas yang cukup tinggi pada 2008 sudah anjlok tahun ini"Dari sisi nilai, kita prediksi akan ada  kontraksi," katanyaKarena nilainya tak mungkin meningkat, saat ini  fokus pemerintah adalah mempertahankan atau meningkatkan volume ekspor
 
Menurut Mari, penurunan ekspor komoditas dasar, seperti kelapa sawit dan batu bara, tidak akan terlalu besarTekanan penurunan permintaan terjadi pada produk-produk elektronikYang paling besar adalah otomotifNamun, kondisi ini tidak akan terlalu parah karena nilai ekspor otomotif Indonesia belum terlalu besar, yakni sekitar USD 1,4 miliarKomoditas ekspor lain yang akan anjlok adalah sepatu dan tekstil
 
Sebagai antisipasi, dia menyebut pemerintah akan mencari pasar baru dan menawarkan  produk baruSelain itu, lanjut Mari, jika gambaran ekspor masih suram seperti saat ini, pemerintah akan berupaya mengamankan pasar di dalam negeri(sof/dwi)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Holcim Perkuat Pasar Modern


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler