Menurut analis pasar ‘Reputex’, emisi gas rumah kaca di Australia terus meningkat dan tak menunjukkan tanda-tanda surut.
Hugh Grossman, direktur eksekutif dari divisi pasar energi dan karbon perusahaan tersebut, mengatakan, hanyalah trik akuntansi yang membuat tugas pengurangan emisi Australia tampaknya bisa tercapai.
BACA JUGA: Makin Banyak Siswa Gangguan Pendengaran di Canberra Belajar di Sekolah Umum
Pemerintah Australia merilis data gas rumah kaca untuk tahun keuangan yang berakhir bulan Juni 2015, tepat sebelum Natal. Data tersebut mencatat peningkatan emisi 1,3% dari tahun sebelumnya.
"Hingga tahun 2020, angka pemerintah menunjukkan peningkatan emisi 6%," utara Hugh.
BACA JUGA: Festival Al Salam di Australia Ajak Warga Lebih Mengenal Islam
Target gas rumah kaca Australia adalah untuk mengurangi emisi sebesar 5% dari level emisi di tahun 2000, pada tahun 2020.
Hanya enam minggu sebelumnya, Menteri Lingkungan Hidup Australia, Greg Hunt, mengatakan bahwa Australia akan "Melebihi target sebesar 28 juta ton."
BACA JUGA: Kaki Dua Tersangka Teroris di Sydney Akan Difoto Untuk Dibandingkan dengan Foto ISIS
Konflik yang tampak di antara dua posisi ini disebabkan oleh peraturan yang mengatur Protokol Kyoto tentang perubahan iklim.
Australia melebihi perkiraan pada periode pertama Protokol Kyoto, yang berakhir pada tahun 2012, secara efektif mendapat "kredit simpanan" untuk periode kedua, yang berakhir pada tahun 2020.
Ini berarti, Australia bisa membuang di atas target 5% menggunakan kredit tersebut untuk mengejar ketertinggalan.
Aturan Protokol Kyoto memiliki dukungan bipartisan (kedua kubu politik di Australia).
Emisi yang dicegah melalui Dana Pengurangan Emisi Pemerintah Australia juga diperhitungkan dalam kewajiban Protokol Kyoto. Dana tersebut sejauh ini telah menciptakan kontrak atas potensi 93 juta ton simpanan gas rumah kaca.
"Secara absolut kami tak akan memenuhi target 5%," sebut Hugh.
Ia menerangkan, "Pemerintah memiliki apa yang disebut sebagai akumulasi. Mereka memiliki kredit dari kinerja masa lalu di mana kami mencapai target lebih baik sehingga mereka bisa menggunakan atau menyerah untuk memenuhi komitmen internasional tahun 2020.”
"Jadi kami akan memenuhi kewajiban internasional kami di bawah Protokol Kyoto. Tapi tahukah anda, kita sedang menggunakan kredit untuk mencapainya. Dan itu berarti bahwa emisi nyata kita bisa di atas target tapi kita masih memenuhi aturan hukum," sambungnya.
Hugh mengatakan, perhitungan Reputex menunjukkan, emisi Australia akan terus tumbuh dari tahun ke tahun sampai setidaknya tahun 2030.
Meski demikian, Ian Fry, mantan negosiator untuk Tuvalu dan pakar aturan perubahan iklim PBB, mengatakan, menggunakan kredit untuk memenuhi komitmen sepenuhnya masih sesuai dengan aturan Protokol Kyoto.
Kekhawatirannya adalah bagaimana kredit itu dihitung terlebih dahulu.
"Ada Sistem Akuntansi Karbon Nasional, yang adalah semacam kotak hitam piutang Pemerintah," ujar Ian.
Ia menyebut, "Hal itu tak bisa diinterogasi karena itu adalah sebuah model dan mereka tak akan merilis semua data yang ada di dalam model itu, jadi ada sejumlah ketidakpastian atas bagaimana Australia bisa menggunakan kreditnya."
BACA ARTIKEL LAINNYA... Australia Berharap Turis Eropa di Bali Juga Mengunjungi Darwin