jpnn.com, JAKARTA - Aparat kepolisian gencar dalam menangkal posting-an yang bermuatan SARA dan fitnah belakangan ini.
Setidaknya, ada empat kasus besar yang diproses kepolisian lantaran mengunggah pesan menyimpang tersebut.
BACA JUGA: Video Klarifikasi Imam Masjid Soal Pemukulan Oleh Oknum Polisi, Simak di Sini
Empat kasus besar ini berhasil diungkap jajaran Korps Bhayangkara selama satu pekan ini.
Direktur Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri Brigjen Fadil Imran mengatakan, pihaknya akan terus melakukan patroli siber di media sosial.
BACA JUGA: Sebar Berita Bohong, Pemilik Akun Emma Rahmah Hasjim Diburu Polisi
Dia memastikan akan menjerat pelaku penyebar fitnah dan SARA ke koridor hukum.
"Kami terus lakukan patroli siber. Diharapkan dengan begini, bisa memberikan efek jera," kata dia di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Selasa (30/5).
BACA JUGA: Pembuat Fake Chat Kapolri Rajin Update Status Provokatif
Dia menambahkan, dalam patroli siber, pihaknya aktif memonitor posting-an yang paling berisikan komentar negatif.
Itu bisa diindikasikan bahwa pengunggah membuat status yang bernuansa SARA atau hoaks.
"Nanti kami masukkan dalam daftar yang ada di database siber. Setelahnya kami akan lakukan penyelidikan," kata dia.
Berikut empat pelaku yang sudah ditetapkan sebagai tersangka di kasus-kasus besar tersebut:
1. Ustaz Alfian Tanjung yang menuding Presiden Joko Widodo dan PDIP berisikan orang PKI. Dia akhirnya ditetapkan tersangka dan dijebloskan ke sel Bareskrim Polri, pada Selasa ini.
Dosen Universitas Muhammadiyah Prof Hamka (Uhamka) itu disangka melakukan pencemaran nama baik dan fitnah karena menyebut Presiden Joko Widodo dan Kapolda Metro Jaya Irjen M Iriawan sebagai PKI.
Kabareskrim Polri Komjen Ari Dono Sukmanto mengatakan, Alfian diduga menyebarkan informasi sesat yang dikhawatirkan menimbulkan rasa kebencian terhadap individu atau kelompok masyarakat tertentu berdasar sentiman suku, agama, ras dan antargolongan (SARA).
Sebab, Alfian secara terang-terangan melontarkan tuduhan tanpa bukti.
"Di video ceramah yang kami terima, transkripnya menyebutkan bahwa Jokowi adalah PKI, Tiongkok PKI, Ahok harus dipenggal kepalanya dan Kapolda Metro Jaya diindikasikan PKI,” ujar Ari Dono di gedung sementara Bareskrim Polri, Jakarta Pusat, Selasa (30/5).
2. MS alias Bogel warga Desa Martajasah, Kabupaten Bangkalan, Madura, Jawa Timur. Gara-gara menghina Kapolri Jenderal Tito Karnavian di kolom Instagram Divisi Humas Mabes Polri, dia ditangkap dan diamankan polisi dari Polda Jatim.
Bogel diamankan di tempat kerjanya di sebuah bengkel motor di Jalan Poros Masjid Syaikhona Kholil, Martajasah, Bangkalan, Kamis (25/5) malam pukul 19.00.
Yang bersangkutan telah dengan sengaja memberikan komentar atas posting-an foto kapolri bersama seorang polwan di Kalimantan yang di-upload di akun Instagram resmi Divisi Humas Mabes Polri.
3. Ahmad Rifai Pasra (ARP) diamankan Bareskrim Polri pasa Minggu (28/5) sore. ARP diamankan karena posting-annya yang menyatakan bom bunuh diri di Kampung Melayu, Jakarta Timur, merupakan rekayasa Polri.
"Yang bersangkutan mem-posting beberapa tuduhan-tuduhan termasuk bahwa ledakan bom bunuh diri di Kampung Melayu adalah rekayasa polisi," kata Kabagpenum Divisi Humas Polri Kombes Martinus Sitompul di Mabes Polri Jakarta Selatan, Selasa (30/5).
Martinus melanjutkan, anggapanya ini sebagai tuduhan yang membuat masyarakat tercengang. Bagaimana tidak kata dia, begitu sudah ada korban yang meninggal dan puluhan yang luka-luka dianggap sebagai peristiwa rekayasa.
Peristiwa itu lanjut Martinus, bukan saja menyisakan ketakutan bagi anggota Polri yang lain untuk bertugas. Namun, juga meninggalkan memori ketakutan yang sama bagi masyarakat yang pada saat ledakan berada di sekitar lokasi.
Sehingga kata dia, upaya yang tepat bagi Polri untuk mengamankan pria asal Padang Panjang, Sumatera Barat tersebut. Tujuannya agar bisa membuat jera dan tidak lagi mem-posting hal-hal yang bisa menebar kebencian.
"Kami perlu memberikan efek jera bagi masyarakat lainnya bilamana melakukan postingan-postingan yang menebarkan kebencian permusuhan atau yang bohong. Sehingga tidak muncul yang sama yang kemudian membuat orang lain bisa mengatakan apabila kebohongan itu terus diulang bisa dikatakan menjadi kebenaran," kata Martinus.
4. Yang terakhir adalah Dr Fiera Lovita yang posting-annya membuat geger dunia maya lantaran mengaku diintimidasi FPI.
Ternyata posting-an itu adalah buatan netizen yang sengaja diekspos untuk mengadu domba dan memperkeruh keadaan.
Kadiv Humas Polri Irjen Setyo Wasisto menilai ada upaya adu domba dalam viral kronologi permasalahan FPI Solok dengan dokter Fiera Lovita. Diketahui, beredar cerita dokter Fiera Lovita diintimidasi FPI setelah mengunggah pernyataan pribadinya tentang Imam Besar FPI, Habib Rizieq.
Tetapi sudah dipastikan cerita yang viral tersebut telah didramatisasi oleh orang yang tak bertanggung jawab.
"Ada upaya-upaya untuk mengadu domba antarkelompok. Dokter Fiera Lovita tidak merasa memviralkan kronologi kejadian itu. Bahwa apa yang disampaikan di media sosial tidak betul. Artinya setelah dokter Fiera Lovita itu sudah menyatakan dengan tulus minta maaf dan selesai, tidak ada lagi intimidasi ke rumahnya," tegas Setyo Wasisto beberapa waktu lalu.
Meski Dokter Fiera tidak dijerat hukum, tapi posting-an orang tak bertanggung jawab itu sudah meresahkan masyarakat. Setyo membeberkan pengakuan dokter Fiera Lovita, bahwa ada yang menghubunginya dengan menawarkan bantuan untuk menyelesaikan masalahnya
"Ada telepon masuk ke dokter Fiera. Telepon yang menyebutkan dia akan membantu, dan sebagainya, meminta kronologi seperti apa. Ternyata yang menelpon itu diduga yang mengunggah dan menyampaikan di media sosial," jelas Setyo.
Setyo mengungkapkan setelah muncul kabar yang simpang siur, Kapolda Sumatera Barat, Brigjen Fahkrizal, melaporkan kejadian sebenarnya kepada Setyo.
Bahwa situasi di Solok tak seperti yang ramai diviralkan dan tidak benar jika dikatakan dokter Fiera Lovita mendapat ancaman dari FPI. Hal tersebut sudah dikroscek ke warga sekitar kediaman dokter Fiera Lovita.
"Situasi sudah kondusif. Tapi tidak tahu ada yang memviralkan situasi seakan-akan mencekam, seakan-akan dokter tersebut diancam dan sebagainya. Bahkan pertemuan Forkumpinda, berkumpul, bahkan mereka baru tahu masalah ini. Karena ini hanya ramai di dunia maya. Solok tidak ada masalah dan dalam keadaan kondusif," terang Setyo. (Mg4/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ustad Alfian Tersangka, Begini Pesan Teten Masduki
Redaktur & Reporter : Fathan Sinaga