Fadel Serius Ngurusi Garam

Dirikan Yayasan Pemberdayaan Garam Rakyat

Sabtu, 29 Oktober 2011 – 16:22 WIB

JAKARTA -- Setelah tidak lagi menjadi menteri, Fadel Muhammad tetap konsen memberdayakan eko rakyatMantan Gubernur Gorontalo itu memutuskan mendirikan Yayasan Pemberdayaan Garam Rakyat

BACA JUGA: Plafon di Terminal 3 Runtuh, Diduga Mutu Bangunan Buruk

Fadel mendirikan yayasan ini lantaran melihat nasib petani garam perlu diperjuangan
Di yayasan ini, Fadel duduk sebagai Ketua Dewan Pengurus.

Ketua Dewan Pembina Yayasan Pemberdayaan Garam Rakyat, Amir Effendi Siregar, menjelaskan, yayasan ini bertujuan untuk meningkatkan produksi garam nasional, yang pada gilirannya akan mengangkat harkat hidup, dan meningkatkan kesejahteraan petani garam di seluruh Tanah Air.
 
Dijelaskan, Fadel juga akan terlibat langsung di yayasan ini

BACA JUGA: DPR akan Panggil Pengelola AP II

“Beliau akan terlibat secara langsung, baik dalam memberikan permodalan, bantuan akses pasar, hingga kontrol pasar
Beliau akan mengomandani langsung

BACA JUGA: Sistem Radar Sering Mati, Masih Dianggap Aman

Semua elemen dilibatkan, termasuk petani garam dan ilmuan,” ungkap Amir, yang juga seorang praktisi komunikasi dan informasi, kepada wartawan, Sabtu (29/10).

Dijelaskan Amir keinginan Fadel untuk meningkatkan produksi garam nasional demi kesejahteraan petani tidak pernah berhenti, meskipun kini tidak lagi menjabat menteri.
Saat masih jadi menteri, Fadel  berani melakukan intervensi untuk membantu petani garamFadel mencermati bahwa nasib petani garam semakin terpuruk, terutama sejak 1998, sejak Indonesia mengalami defisit garam.
 
Pemerintah kemudian mengambil jalan pintas mengimpor garamPetani garam akhirnya tidak mampu lagi memproduksi garam karena garam diimpor dengan harga jauh lebih murahGaram diimpor seharga Rp300 – Rp500 per kilogram, sementara harga jual di pasar mencapai Rp4.000 per kilogramNamun tingginya harga jual ini tidak menyejahterahkan petani garam, karena harga beli ke petani garam disamakan dengan harga imporAkibatnya, petani garam tak mampu lagi berproduksi, dan laju impor pun semakin tinggi.
 
Masalah ini ditengarai berkaitan dengan kepentingan besar kaum neo liberalisme (neolib) yang lebih mementingkan keuntungan pribadi ketimbang kesejahteraan petani garam“Akhirnya kan sempat ada ribut-ribut dengan Menteri Perdagangan, dan akhirnya dicapai perjanjian untuk menaikkan iuranToh, impor masih tetap berjalan lewat jalan macam macam, harga beli tetap rendahNah, Pak Fadel menyusun rencana bahwa satu-satunya cara untuk menyelamatkan negara ini dalam konteks garam adalah meningkatkan produksi garam, sekaligus membantu petani garamBeliau tetap berkomitman dan berpihak pada yang lemah, meskipun sekarang bertada di posisi civil society,” beber Amir.
 
Fadel, kata Amir, menilai membuat garam itu ternyata tidak sulit, tidak perlu teknologi tinggiLantas kenapa harus mengimpor? “Fadel menyadari bahwa masalahnya terletak pada sistem yang menghimpit petani garam dan produksi garamOleh sebab itu sistem inilah yang harus dibongkar, itu beliau sadari betul, meskipun harus berhadap-hadapan dengan kaum neolib, dengan pengusaha dan importir garam,” tandasnya.
 
Amir mengungkapkan, sejak Fadel dicopot, banyak petani garam mengirimkan pesan singkat ke ponsel Fadel, mempertanyakan bagaimana nasib mereka selanjutnyaBahkan tak sedikit yang datang langsung menemui Fadel untuk mengungkapkan kegelisahan(sam/jpnn)


 




BACA ARTIKEL LAINNYA... Honorer Diangkat Tunggu Analisis Jabatan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler