Weda mengakui, software radar bandara Soetta yang sudah dioperasikan sejak tahun 1996 itu sudah tergolong tua
BACA JUGA: Honorer Diangkat Tunggu Analisis Jabatan
Meski begitu, ia meyakini, bahwa alat itu masih layak dipergunakan untuk mengatur penerbangan pesawat.Apalagi, kata Weda, selain mengandalkan sistem utama pihaknya juga mengerahkan sistem yang berlapis-lapis
BACA JUGA: RUU BPJS Akhirnya Beres
Mengontrol tanpa radar dan berkomunikasi dengan pilot pesawat.Dia mengatakan, dalam sehari ada sekitar 14 sektor radar di mana di dalamnya terdapat 30-an komputer yang bisa memonitor 2.000 pesawat yang melintas dalam sehari di udara
Pihaknya terus melakukan pemberitahuan jika terjadi kerusakan ganguan atau hang radar kepada petugas Office In Charge (OIC) bandara yang melakukan pemantau penerbangan dan kedatangan pesawat
BACA JUGA: Usulan Formasi CPNS Daerah Ditenggat Desember
"Tahun 2013, Dirjen Perhubungan Udara dan kami akan melakukan pengantian radar lama dengan radar baru," tegasnya.Dihubungi secara terpisah, Kementerian Perhubungan mengakui sistem radar di Bandara Soetta sudah uzur dan harus diperbaruiUntuk itu, ditargetkan pembangunan sistem radar baru akan selesai pada 2013.
"Sistemnya hang, jadi informasi dari radar ke monitor terganggu, bukan radarnya yang rusakOrang awam bilang radarnya mati, padahal itu sistem JAATCS (Jakarta Automated Air Traffic Control System) yang bermasalah," ujar Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Herry Bakti S Gumay, Jumat (28/10).
Karena sistem utama yang bermasalah, langsung di-back up oleh sistem cadanganProses pergantian back up itu yang memakan waktu sehingga pesawat yang akan mendarat dan yang akan berangkat tertunda beberapa jam"Umur barangnya sudah tua, tapi dalam proses mengganti dan membangun system baru itu tidak bisa sebentar," katanya.
Penggantian sistem pelayanan lalu lintas udara yang baru ini, dikatakan, sudah dilakukan proses tenderJika tender selesai, maka proses pembangunan sistem radar yang baru dimulai awal 2012 dan diharapkan selesai pada 2013"Sistemnya yang lama, di dalam sistem itu salah satunya ada unsur radar,” katanya.
Sementara itu, Ketua DPC Indonesia Air Traffic Controller Associatin (IATCA) Jakarta, M Imam Maski, mengaku berterimakasih kepada di harian INDOPOS (JPNN Grup) yang begitu peduli terkait pelayanan lalu lintas udara dan keselamatan penumpang di Bandara Soetta
“Hal ini tentu menjadi perhatian kita semuaKita tidak perlu mencari siapa salah, tapi mencari solusi dan mendiskusikan dalam penanganan sistem radar di Bandara Soetta ini,” kata Imam MaskiMenurutnya, judul INDOPOS (JPNN Grup), ”Bandara Soetta Rawan Tabrakan”, justru akan lebih seram jika peringatan tersebut tidak diperhatikan pengelola bandara.
Untuk diketahui, puluhan maskapai penerbangan dari dan menuju Bandara Soetta ditunda keberangkatannya akibat sistem radar mati sekitar 1 jam.
Rusaknya sistim radar di Bandara Soetta ini bukan yang pertama kali, tapi sudah sering terjadiIni karena peralatan pengatur lalu lintas di udara itu sudah berusia lebih dari 15 tahun, sedangkan idealnya 10 tahun.
Matinya sistem radar ini bukan yang pertama kali terjadi, tapi sudah berulangkali terjadiPeralatan sistem radar di Bandara Soetta sudah berusia lebih dari 15 tahun.
Sementara itu, jumlah pemandu lalu lintas udara atau Air Traffic Controller (ATC) mulai kelabakan mengatasi seringnya kerusakan sistem radar di Bandara Soekarno–Hatta (Soetta)Mereka meminta Menteri Perhubungan E.EMangindaan dan Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan, untuk melakukan inspeksiPeninjauan ini dilakukan untuk mengetahui secara langsung seperti apa kondisi dan keadaan sistem radar di Bandara Soetta itu.
”Kami berharap ada perubahan sistim radar Bandara Soetta di kedua menteri Kabinet Indonesia Bersatu II yang baru dilantik Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono ini,” kata seorang yang meminta namanya dirahasiakan.
Petugas yang kerap disebut sebagai polisi udara ini menyatakan, sejak kali pertama Bandara Soetta dibangun pada 1984 sudah menggunakan sistem radarKemudian pada 1995 ada pergantian sistem radar dengan mengunakan sistim Jakarta Automatic Air Traffic Control System (JAATS) hingga saat ini
”Pada saat pembelian pertama tidak dibarengi dengan back up atau cadangan kalau suatu saat sistem radar buatan Kanada ini gagalInilah menjadi sebab kenapa saat pengadaan alat tersebut tidak dibarengi dengan cadangan untuk membantu alat radar udara utama,” ucapnya.
Sumber tersebut menegaskan back up yang ada sekarang ini adalah hasil karya putra-putri IndonesiaSistem radar cadangan itu pun belum bisa menyamai radar utama”Kalau terjadi hang atau mati pada sistem radar utama belum bisa meng-cover secara keseluruhan seperti kami harapkan,” kata petugas tersebut
Problem yang kedua saat ini adalah masa transisi terkait adanya rencana pergantian sistem radar yang mulai sudah ditenderkan pada November 2011”Masa transisi inilah yang perlu diwaspadai dan konsen kalau terjadi kerusakan pada sistem radar seperti apa penanggulangan dan penanganannya,” tegasnya.(gin/dms)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Penggunaan Bahasa Indonesia Masih Rendah
Redaktur : Tim Redaksi