JAKARTA - Suara di internal Partai Golkar memang tak kompakSelain ada yang berharap Golkar tetap menjalin koalisi dengan Partai Demokart, ada juga yang ingin menyandingkan partai beringin dengan Partai Gerindra
BACA JUGA: Demokrat Arogan, Golkar Harus Jual Mahal
Aspirasi yang terakhir ini disuarakan faksi di internal Golkar yang pro Sri Sultan HB X"Kalau mau satu putaran mengalahkan SBY, tetapkan saja Sultan-Prabowo atau Prabowo-Sultan
BACA JUGA: JK Masih Tetap Capres Golkar
Hanya kelompok perubahan ini yang bisa mengalahkan kelompok status quoBACA JUGA: Fadel Tuding Oknum DPP Langgar Hasil Rapimnas Golkar
Sedangkan SBY mewakili kelompok status quo yang bila berkuasa lagi akan melanjutkan sistem ekonomi yang tergantung kepada kekuatan asing, pengusaha besar, dan investasi," beber salah seorang tokoh Golkar, Anton Lesiangi, pada diskusi bertema 'Quo Vadis Partai Golkar' di Jakarta, Sabtu (18/4).Lantas dimana posisi Megawati? Anton menjawab," Kita letakkan Mega sebagai Ibu bangsa." Bagaimana dengan JK? Anton hanya menjawab, bahwa berdasar sejumlah survei, tiga besar selalu ditempati SBY, Mega, dan Sultan.
Lebih lanjut Anton menilai ada ketidakkonsistenan sikap di internal GolkarKeputusan rapimnas sudah jelas bahwa penetapan capres baru diambil setelah diketahui hasil pemilu legislatifTapi faktanya, JK sendiri menyatakan sebagai capres sebelum pileg digelarSetelah hasil pileg diketahui suara Golkar jauh dari target, sikap JK mulai berubah lagi.
Salah satu fungsionaris Golkar, Zaenal Bintang, senada dengan AntonBahkan sikap Zaenal lebih lugasSikap JK yang saat kampanye menyiarkan slogan 'lebih cepat, lebih baik', lantas sekarang mengatakan cukup sebagai wapres, dikritik Zaenal.
"Dari segi integritas partai, itu sangat merugikan partaiMemang perlu sikap realistis, tapi harus tetap menjunjung harga diriSikap seperti itu melanggar standart moralApakah pemimpin seperti ini yang akan diserahi ngurus bangsa?" ujarnya(sam/JPNN)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Suara PPP Jeblok, SDA Terpojok
Redaktur : Tim Redaksi