jpnn.com - ENDE – Bentrokan yang terjadi antara dua kelompok warga di Desa Nduaria Kecamatan Kelimutu menyebabkan dua rumah warga ludes dibakar, sementara tiga rumah lainnya rusak berat dan beberapa warga mengalami luka akibat kena panah dan parang. Selain itu, beberapa sepeda motor juga menjadi sasaran, sehingga mengalami kerusakan.
Wakil Bupati Ende Djafar H Achmad ketika dikonfirmasi, Kamis (28/1) membenarkan telah terjadi perang tanding antara warga di Desa Nduaria Kecamatan Kelimutu. Dia menuturkan, kejadian itu berlangsung, Rabu (27/1) ketika salah satu pihak mendirikan WC umum, namun tidak melibatkan salah satu mosalaki (penguasa/laki-laki yang menguasai tanah) di daerah itu.
BACA JUGA: Warga Kalbar Sebut Gafatar adalah Bom Waktu Pemicu Konflik
“Saya mendapat laporan seperti itu, di mana persoalan karena tidak menghadirkan salah seorang mosalaki saat neka tanah (menggali tanah pertama kali). Karena itu mendapat reaksi dari salah satu mosalaki dengan pendukungnya dengan cara segel bangunan rumah,” kata Djafar seperti dilansir Timor Express (Grup JPNN).
Aksi itu mendapat respons dan kedua pihak saling segel yang pada ujungnya terjadi perang tanding antara kedua pihak.
BACA JUGA: Polisi Amankan Puluhan Kubik Kayu Ilegal
Dia menyebutkan, kejadian ini langsung direspons pihak kepolisian. Dipimpin Kapolres Ende AKBP Johanes Bangun terjun langsung mengamankan situasi dan sekaligus mengamankan sekitar 35 warga dari kedua pihak ke Mapolres Ende.
Sementara itu informasi dari lapangan disebutkan, kondisi keamanan mulai kondusif, namun polisi tetap berjaga untuk mengantisipasi kejadian susulan. Karena itu, kepada anggota Kapolres memerintahkan untuk tembak di tempat bagi warga yang melawan petugas.
BACA JUGA: Ditemukan, Dokumen Rencana Makar dan Pendirian Negara Gafatar
“Instruksi Kapolres jelas di mana dia minta anggotanya untuk tembak ditempat jika ada warga yang melawan petugas,” kata salah seorang anggota polisi yang minta namanya tidak ditulis.
Dia mengatakan, Kamis (28/1) Kapolres masih berada di lokasi kejadian dan memimpin langsung anggotanya, sementara itu dia meminta Brimob untuk siaga jika sewaktu diminta bantuan.
Sementara itu, Ketua Komisi I DPRD Ende Yohanes Antonius Bata mengatakan persoalan utama di Nduaria adalah pengakuan mosalaki di sana. Persoalan itu, kata Yohanes, sudah puluhan tahun, Rabu (27/1) puncak dengan terjadinya perang tanding antara dua kubu.
“Kita sudah duduk bersama untuk cari solusi, baik dari pemerintah, DPRD, polisi dan dua kubu yang bertikai. Kita sudah tiga kali bertemu, namun hingga sekarang sama saja,” katanya.(kr7/ays/fri/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Dewan Adat Dayak Tolak Gafatar Kembali ke Kalbar, Atau...
Redaktur : Tim Redaksi