Gerakan Indonesia Membaca Tingkatkan Literasi Masyarakat

Selasa, 27 Agustus 2019 – 21:55 WIB
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengajak pegiat literasi bersama pemerintah daerah untuk bergandengan meningkatkan kemampuan membaca melalui Gerakan Indonesia Membaca (GIM). Foto: Kemendikbud

jpnn.com, JAKARTA - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengajak pegiat literasi bersama pemerintah daerah untuk bergandengan meningkatkan kemampuan membaca melalui Gerakan Indonesia Membaca (GIM). 

Upaya meningkatkan minat baca ini diharapkan dapat memupuk  budaya baca dan mendorong masyarakat untuk terus belajar dengan membaca.

BACA JUGA: Berkunjung ke Museum Tumbuhkan Rasa Cinta Anak pada Bangsa

Direktur Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraaan Abdul Kahar mengungkap, GIM merupakan salah satu program yang dianggap bisa meningkatkan kemampuan membaca, menulis dan berhitung bagi masyarakat pasca-pemberantada buta aksara. 

“Program GIM juga berlaku untuk masyarakat umum lainnya,” ujar Kahar.

BACA JUGA: Mendikbud: Guru PNS Jangan Menyuruh-nyuruh Honorer Semau Hatinya

Menurut Kahar,  program GIM bagi masyarakat umum yang sudah melek aksara, diharapkan dapat  mengembangkan masyarakat untuk menjadi aksarawan cerdas, kreatif dan produktif. 

“Oleh karena itu, GIM kami dorong dengan memberikan anggaran khusus setiap tahunnya,” terang Kahar.

BACA JUGA: Kemendikbud Akan Prioritaskan SDM dan Kesejahteraan Guru

Dana stimulus tersebut, lanjut Kahar, dapat dimanfaatkan daerah untuk menyusun grand desain program dalam meningkatkan literasi masyarakat di masing-masing daerah. 

Sebab, penanganan dan peningkatan budaya baca masyarakat setiap daerah akan disesuaikan dengan ragam budaya lokal masing-masing.

Kahar menyebut, hingga kini muncul banyak sekali kampung literasi yang memiliki minimal tiga taman baca masyarakat (TBM) binaan pemerintah daerah yang bekerjasama dengan pegiat literasi setempat, baik yang diinisiasi oleh perorangan maupun organisasi yang peduli literasi menjadi bagian penting dalam program ini. 

“Hingga kini, sudah banyak kampung literasi yang bisa menjadi percontohan bagi daerah lainnya,” tambah Kahar.

Melalui Direktorat Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraaan, Ditjen Paud dan Dikmas Kemendikbud dibentuklah program residensi bagi pegiat literasi. 

Di mana akan ada perwakilan diantara mereka yang dimagangkan ke kampung literasi yang sudah berhasil. 

Tujuannya untuk belajar pengelolaan TBM dan membuat program literasi bagi taman bacaan di daerah asalnya.

Beberapa TBM yang sudah mandiri dan maju sebagai pilot project diantaranya, TBM Warabal Parung Bogor, TBM Sakila Kerti Tegal, TBM Alam Riang Jombang, TBM Borneo Pontianak  dan TBM Sam Ratulangi Manado dan banyak lagi yang lainnya.

Selain program residensi, Direktorat Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraaan, Ditjen Paud dan Dikmas Kemendikbud juga menerjunkan para Pegiat Literasi yang sudah mengelola TBM dengan baik ke Satuan Pendidikan Nonformal seperti  Sanggar Kegiatan Belajar (SKB). 

Tujuannya untuk membenahi dan melakukan pendampingan pengelolaan TBM agar lebih fungsiona.

Kahar menjelaskan, banyak SKB menempatkan TBM di sisa-sisa ruangan paling belakang, pencahayaannya kurang dan sirkulasi udara tidak sehat. 

TBM seperti ini, kata Kahar,  membuat masyarakat enggan dating untuk belajar ataupun membaca. 

“Untuk itu TBM harus diletakkan di ruangan paling depan dan ditata sedemikian rupa supaya menarik dikunjungi oleh masyarakat,” paparnya.

Kahar mencontohkan,  misalnya menyiapkan sambungan listrik dan Wifi sehingga membuat anak mudah betah berlama-lama tinggal di sana. 

“TBM harus kreatif dan inovatif. Bisa berkembang dengan mengadakan lomba menulis, lomba membuat sinopsis bacaan dan banyak kreativitas lain yang bisa dilaksanakan untuk menarik masyakat datang ke TBM,” pungkas Kahar. (jos/jpnn) 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Surat Edaran Kemendikbud: Ortu Siswa Diimbau Ikut Upacara HUT ke-74 RI


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler