JAKARTA -- Kelompok teroris di Indonesia kini tak lagi mengincar gereja dan rumah ibadah seperti 10 tahun yang laluTarget mereka lebih spesifik, yakni pejabat negara dan kantor-kantor polisi
BACA JUGA: Penyimpangan Anggaran Pelesiran Capai Rp 73,6 miliar
Perubahan sasaran ini dipengaruhi oleh ideologi pimpinan mereka yang sekarang dalam tahap "persiapan penyerangan besar"."Perubahan pola-pola serangan itu sudah dikaji dan diantisipasi oleh petugas
Mantan Kanit Cybercrime Mabes Polri itu menyebut jejaring teroris yang masih eksis hingga tahun 2010 mempunyai mata rantai dengan kasus-kasus teror sebelumnya
BACA JUGA: 192 Napi Langsung Bebas
"Sebagian dari mereka residivis yang bermain lagi," katanyaBerdasarkan data yang dihimpun pihak kepolisian, pada tahun 2010 terdapat 118 narapidana teroris yang ditahan di dalam lembaga permasyarakat di Indonesia
BACA JUGA: 70 Persen Pasien Miskin Keluhkan RS
53 diantaranya pada tahun 2010 ini mendapatkan remisiDari angka itu, 16 residivis kembali terlibat aksi terorMisalnya Oman Abdurahman (Cimanggis 2004), Abdullah Sonata ( Marriott 2003),Ubaid, dan Abu Tholut.Petrus yang juga doktor UI itu menjelaskan dari analisa pelatihan ala militer di jalin Jantho, Aceh, kelompok baru ini tampaknya merencanakan serangan bersenjata dalam skala besar"Targetnya bukan lagi orang per orang tapi sudah dalam level yang lebih besar lagi, lingkupnya melawan negara," katanya
Sumber Jawa Pos di lingkungan anti teror menyebut, kelompok ini sudah menyusun rencana serangan dengan sistem yang rapi layaknya sistem militer"Alhamdulillah, yang Jalin Jantho itu terbongkarKalau tidak, kelompok ini bisa liar dan sangat berbahaya," katanyaMeski seakan-akan kecil, kelompok ini sebenarnya diatur secara rapi"Terkendali dan ada komando sentralnya," katanya.
Secara terpisah, pengamat Al Chaidar menyebut cara ini menggunakan metode yang digunakan Abu Musab Al Zarqawi, seorang teroris asal Yordania yang kerap melakukan penyerangan terhadap militer Amerika Serikat di IrakSerangannya tidak hanya menggunakan bom, namun juga menggunakan senjata api sporadis dengan teknik gerilya. Al Chaidar yang juga kerabat mantan tokoh GAM yang sangat disegani Teungku Fauzi Hasbi itu mengungkapkan kelompok Abu Tholut, juga menggunakan gaya Al Zarqawi.
"Sebenarnya jenis penyerangan itu tergantung pemimpinnyaAbu Tholut kan menguasai Sumatera, khsusnya Sumatera UtaraSaya lihat dia lebih banyak belajar dari Kamp Hudaibiyah Filipina yang lebih mengikuti cara Abu Musab Al Zarqawi, ketimbang Osama Bin LadenMelakukan serangan bersenjata daripada bom," ungkap Al Chaidar.
Dia melanjutkan, serangan bersenjata dianggap kelompok Abu Tholut lebih efektif karena target serangan lebih terukurSelain itu lebih efisien karena tidak mengeluarkan biaya besar dibandingkan membuat bom"Ledakan bom tidak akurat, korbannya pun tidak dapat diprediksi apakah sesuai targetJadi banyak orang-orang yang di luar sasaran mereka yang terkena," jelasnya.
Secara terpisah, ustad Abu Bakar Baasyir yang dituding polisi ikut berperan dalam pelatihan ala militer di Aceh mengaku tidak sepakat dengan aksi-aksi bersenjata yang dilakukan beberapa orang yang mengaku mengenalnya"Sejak awal, kalau mereka sudah menggunakan senjata , itu bukan lagi bagian dari kami," kata Baasyir saat dijenguk Jawa Pos (10/12)(rdl)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kudus Natal Tanpa Teror
Redaktur : Tim Redaksi