Gereja Koptik Ajak Umat Tenang

Meski Anggap Pemerintah Belum Bisa Melindungi

Rabu, 05 Januari 2011 – 15:12 WIB
KAIRO - Konflik sektarian mulai membayangi MesirEmpat hari setelah bom bunuh diri tahun baru merenggut 21 nyawa di kompleks Gereja Kristen Koptik Al-Qiddissin (Orang-Orang Kudus) di kota Alexandria, pemerintahan Presiden Hosni Mubarak masih belum berhasil mengungkap motif serangan

BACA JUGA: Iran Undang Wisata Fasilitas Nuklir

Kecemasan pun bertakhta di hati umat kristiani Mesir.

Senin malam waktu setempat (3/1), Paus Shenouda III, pemimpin tertinggi Kristen Koptik, memprotes pemerintah
Mewakili umatnya, dia menyatakan bahwa pemerintah tidak mampu menerjemahkan ketakutan warga kristiani dengan baik

BACA JUGA: Evo Morales Batalkan Kenaikan BBM

"Sudah menjadi tugas pemerintah untuk mendengarkan keluhan kami, berempati kepada kecemasan kami, dan berupaya menyelesaikan masalah yang ada," paparnya.

Menurut rohaniwan 87 tahun tersebut, bentrok aparat dan demonstran merupakan buntut ketidakmampuan pemerintah mengendalikan keamanan
Ledakan bom bunuh diri yang menyebabkan sekitar 79 orang terluka Sabtu lalu (1/1) membuat komunitas kristiani dan muslim Mesir ketakutan

BACA JUGA: Afrika Bujuk Pantai Gading

Untung, kepanikan itu tidak lantas membuat masyarakat kalap dan terjebak dalam konflik sektarian.

"Masalah hanya bisa diselesaikan lewat komunikasi dan cara damaiBukan lewat amarah dan aksi emosional," lanjut Shenouda dalam wawancara dengan Associated PressDalam kesempatan itu, dia mengimbau para demonstran yang sebagian besar kaum nasrani Mesir untuk bisa menahan diriTapi, dia juga mendesak pemerintah lebih serius melindungi kaumnya.

Shenouda mengatakan, inti seluruh masalah berbau agama di Negeri Piramida itu adalah regulasi pemerintah yang berat sebelahMenurut dia, perundang-undangan Mesir tentang kebebasan beragama dan beribadah tidak adil"Jika ada peraturan yang merugikan komunitas tertentu, pemerintah harus melakukan revisiBukan hanya merevisi satu perundangan, tapi seluruh aturan yang berkaitan," ungkapnya.

Selama ini, sepuluh persen warga Mesir yang beragama Kristen merasa menjadi korban diskriminasiSelain tidak bisa beribadah dengan leluasa, masyarakat Kristen  cenderung diabaikan dalam bursa kerjaAkibat diskriminasi tersebut, sebagian umat menjadi radikalKonflik kecil pun bisa mudah menyulut amarah merekaApalagi ledakan bom maut seperti yang terjadi pada 1 Januari lalu.

Dari Dubai, Uni Emirat Arab (UEA), sejumlah pakar terorisme membenarkan keluhan Shenouda dan kaum nasrani Mesir"Di Timur Tengah, komunitas kristiani adalah sasaran empukMereka lebih mudah dibidik dibanding komunitas agama lain," papar Emile Hokayem, pakar dari International Institute for Strategic Studies, kepada Agence France-Presse.

Belakangan, lanjut dia, Al Qaidah Iraq (AQI) mengubah target serangan mereka di Timur TengahJika sebelumnya selalu menyasar komunitas Syiah, kini organisasi teror tersebut ganti menarget umat Kristen"Serangan terhadap kaum Syiah atau pasukan asing selalu dibalas dengan aksi yang tak kalah mematikanKarena itu, mereka ganti sasaran," lanjutnya.

Di mata AQI, komunitas Kristen di Timur Tengah merupakan elemen masyarakat yang paling lemahSebab, selain minoritas, komunitas berbasis agama itu jelas enggan melancarkan serangan balasanDengan demikian, AQI maupun kelompok Negara Islam Iraq (ISI) yang berafiliasi dengannya bisa melancarkan serangan dengan bebasMereka tidak perlu khawatir aksinya dibalas dengan serangan.

Sementara itu, komunitas Kristen Koptik di Eropa juga mulai mencemaskan dampak bom tahun baru di AlexandriaApalagi, belakangan, beberapa gembala Kristen Koptik menerima ancaman lewat internetDi antaranya, pastor Koptik di Paris, Prancis, dan London, InggrisLaporan itu membuat aparat keamanan Eropa melipatgandakan penjagaanTerutama menjelang peringatan Natal Koptik yang jatuh tiap 7 Januari(hep/c3/dos)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Militer Kerahkan Bantuan ke Kawasan Banjir


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler