JAKARTA - Giliran memimpin doa dalam sidang paripurna di DPR ternyata bisa menjadi persoalan bernuansa politisItulah yang terjadi dalam sidang paripurna peringatan HUT Ke-65 DPR/MPR yang juga mengagendakan penyampaian laporan kinerja DPR tahun sidang 2009?2010 kemarin (30/8).
Politikus PDIP Eva Kusuma Sundari memprotes diberikannya giliran memimpin doa kepada kader PKS Iksan Qolba Lubis
BACA JUGA: Gedung Baru DPR Tetap Dibangun
Eva menganggap saat itu giliran PDIP sebagai partai nomor tiga di SenayanSaat sidang hampir berakhir, Eva sempat empat kali mengajukan interupsi
BACA JUGA: Hakim Konstitusi Salahkan KPU Bombana
Namun, interupsi itu diabaikan Marzuki Alie yang tengah memimpin sidangBACA JUGA: PPP Tolak Kenaikan Parliamentary Threshold
Padahal, saya sudah sopan menunggu sampai pembacaan doa selesai, baru menginterupsi," kritik Eva usai sidang paripurna di gedung DPR kemarin (30/8).Eva mengatakan, partainya sangat tersinggungPartainya merasa ada upaya pembunuhan karakter terhadap PDIP agar tercitra sebagai partai yang tidak religiusPadahal, sejumlah kader PDIP siap menjalankan tugas ituMisalnya, Said Abdullah dan Zainun Ahmadi yang duduk di komisi VIII.
"Jadi, seolah-olah dikonstruksi kader PDIP tidak bisa memimpin doaImage building-nya jelek sekali," kritik ibu dua anak kelahiran Nganjuk, Jawa Timur, 8 Oktober 1965, ituMenurut Eva, pengambil keputusan di DPR seharusnya konsisten terhadap sistem proporsionalitas berbasis perolehan kursiBerdasar urut kacang, tegasnya, PDIP yang seharusnya mendapatkan giliran (memimpin doa)"Nggak fair iniSaya malah kasihan PKS, seolah-olah disuruh doa thok (saja, Red)," ujarnya.
Ketua DPR Marzuki Alie mengatakan, persoalan itu hanya teknisDia menyebut, dalam sidang paripurna yang dia pimpin, kader PDIP Indah Kurnia sudah diberi kesempatan untuk memimpin menyanyikan lagu Indonesia Raya"Mungkin (giliran membaca doa, Red) diberikan pada sidang berikutnya," terang Marzuki(pri/c3/tof)
BACA ARTIKEL LAINNYA... MK Sahkan Kemenangan Incumbent di Kota Tikep
Redaktur : Tim Redaksi