Gita Gutawa Ajak Masyarakat Tingkatkan Skill Hadapi Revolusi Industri 4.0

Jumat, 23 Agustus 2019 – 14:45 WIB
Seminar Pra-Munas KAGAMA XIII bertajuk Pendidikan Bangsa dalam Menyiapkan SDM Indonesia Menghadapi Revolusi Industri 4.0 di Museum Ranggawarsita Semarang, Kamis (22/8). Foto: Kagama

jpnn.com, SEMARANG - Aktris Gita Gutawa mengatakan, Revolusi Industri 4.0 tidak hanya sebatas mengadopsi teknologi untuk penyelenggaraan pendidikan.

Menurutnya, sistem pendidikan secara utuh harus ikut beradaptasi dengan perkembangan teknologi. Mulai kurikulum, cara mengajar, dan sistem pengajaran.

BACA JUGA: AAGN Ari Dwipayana: Bonus Demografi Bisa Jadi Keunggulan dan Bencana

“Intinya, bagaimana sekolah itu tersistem dengan baik,” ujarnya dalam Seminar Pra-Munas KAGAMA XIII bertajuk Pendidikan Bangsa dalam Menyiapkan SDM Indonesia Menghadapi Revolusi Industri 4.0 di Museum Ranggawarsita Semarang, Kamis (22/8).

BACA JUGA: AAGN Ari Dwipayana: Bonus Demografi Bisa Jadi Keunggulan dan Bencana

BACA JUGA: Cara Pemerintah Genjot Kualitas Guru

Menurut pelantun lagu Harmoni Cinta itu, pada era digital akan banyak pekerjaan yang akan tergeser diganti dengan robot.

“Mari kita belajar sebanyak-banyaknya,” ujar lulusan S2 London School of Economics and Political Science LSE itu.

BACA JUGA: Jabar Provinsi Pertama yang Menerapkan Teknologi di Bidang Perikanan

Aktris bernama lengkap Aluna Sagita Gutawa itu menambahkan, kelak pada 2020 banyak bermunculan profesi yang tak terduga.

"Misalnya, data analysts and scientist, AI and machine learning specialist, software and aplications developers and analysts, big data specialist, digital transformation specialist, dan sebagainya,” paparnya.

Oleh karena itu, dia mengajak masyarakat untuk berinvestasi pada skill demi menyongsong masa depan.

“Ada yang lebih penting dari sekadar akademik, yakni skill. Misalnya kita perlu mengasah keterampilan, kreativitas, negosiasi, multitasking, kecerdasan emosi, dan sebagainya,” ungkapnya.

Dia mencontohkan pengalaman hidupnya. Menurut dara kelahiran Jakarta 11 Agustus 1993 itu, bakat dan kemampuan bermusiknya diasah melalui kebiasaan latihan dan lingkungan yang mendukung.

Dia mengaku sejak kecil diajak ayahnya ke tempat-tempat kreatif sehingga dirinya tertarik. Menurut dia, kreativitas bisa dilatih.

"Bukan karena papaku musisi lalu aku musisi. Semua berawal dari kebiasaan dan latihan. Situasi sekitar juga sangat membantu. Sekolah-sekolah juga mengubah caraku berpikir, berdialog, dan sebagainya,” ungkapnya.

Seminar yang dihadiri 700-an peserta ini merupakan rangkaian kegiatan Pra-MUNAS KAGAMA XIII di Bali pada 15-17 November 2019.

Seminar menghadirkan Wikan Sakarinto (Dekan Sekolah Vokasi UGM), Retno Listyarti (Praktisi pendidikan, dan kini aktif sebagai Anggota Komisi Perlindungan Anak Indonesia), Gita Gutawa (aktris, entrepreneur yang menekuni bidang seni), dan Mahfud MD (Anggota Dewan Pengarah BPIP).

Rangkaian seminar diadakan di Semarang, Balikpapan, Medan, Manado, dan Bali selama Agustus-November.

Acara diakhiri dengan FGD di Yogyakarta untuk merumuskan rekomendasi hasil seminar. (jos/jpnn) 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Generasi Muda Harus Berkolaborasi untuk Menghadapi Revolusi Industri 4.0


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler