Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala

Kamis, 19 September 2024 – 17:47 WIB
Ribuan warga berdesak-desakan di pelataran Masjid Agung Solo, Senin (16/9/2024), untuk memperebutkan isi gunungan Grebeg Mulud yang menandai puncak Sekaten dalam rangka peringatan Maulid Nabi Muhammad. Foto : Romensy Augustino/JPNN.com

jpnn.com - Pada Senin lalu (16/9/2024) Keraton Kasunanan Surakarta menggelar Garebek Maulud dalam rangka menyambut perayaan Maulid Nabi Muhammad. Grebeg Mulud -begitulah masyarakat Surakarta/Solo menyebutnya- merupakan puncak Sekaten, sebuah tradisi warisan Kesultanan Demak.

= = = = = = = = = = = = = = = =
Laporan Romensy Augustino, Solo
= = = = = = = = = = = = = = = =?

BACA JUGA: Ikhtiar dari Solo agar Gamelan Menembus UNESCO

GAREBEK Maulud menandai selesainya Sekaten. Tradisi yang digelar di depan Masjid Agung Solo itu dibuka dengan tetabuhan Gamelan Kanjeng Kiai Guntur Sari dan Kanjeng Kiai Guntur Madu.  ?

Ketua Takmir Masjid Agung Solo Ahmad Muhtarom menjelaskan gamelan itu ditabuh selama tujuh hari berturut-turut. Penabuhan dua gamelang yang dikeramatkan tersebut baru berhenti sebelum Garebek Maulud dimulai.

BACA JUGA: Mempertahankan Tradisi Malam Selikuran di Tengah Pertikaian

"Gamelan itu masuk dan dibunyikan selama sepekan. Inilah hari terakhir bertepatan dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad," kata Muhtarom.

Pria paruh baya itu menjelaskan Sekaten merupakan tradisi mengenang kelahiran Nabi Muhammad. Menurut dia, acara yang selalu digelar selama tujuh hari itu sudah mentradisi sejak era Kesultanan Demak.

BACA JUGA: Konser Ngambyar, Bukti Pesona Didi Kempot Tak Memudar

??"Sudah bagian dari budaya Keraton (Kasunanan Surakarta) yang dari (Kesultanan) Demak bahwa Sekaten itu dilaksanakan sepekan," ujarnya.

?Grebeg yang digelar bertepatan dengan peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad menjadi puncak perayaan Sekaten. Saat prosesi Grebeg terdapat gunungan berisi hasil bumi yang diarak untuk dibagikan ke masyarakat. ??

Pada Sekaten tahun ini, Kanjeng Raden Arya (KRA) Baruno Aji Diningrat ditunjuk sebagai utusan Pakoe Boewono (PB) XIII untuk memimpin iring-iringan rombongan Keraton Surakarta. Menantu PB XIII itu memimpin rombongan dari Kamandungan Keraton Kasunanan menuju Masjid Agung Solo.

Rombongan tersebut membawa dua pasang gunungan Estri-Jaler yang artinya perempuan dan laki. Dengan demikian ada empat gunungan yang berisi susunan hasil bumi.

Gunungan yang dibawa rombongan Keraton Kasunanan Surakarta itu tiba di pelataran Masjid Agung sekitar pukul 11:00 WIB. Masyarakat yang sudah cukup lama menanti ketibaan gunungan itu langsung mengerumininya.

Mereka saling berdesakan untuk menempati posisi terdekat dengan gunungan sembari menunggu para abdi dalem dan kerabat keraton berdoa. Setelah didoakan, sepasang gunungan diletakkan di sisi selatan Masjid Agung Solo.

Adapun sepasang gunungan lain diangkut lagi ke Kamandungan Keraton Surakarta untuk diperebutkan masyarakat pula.?

"Alhamdulillah perhelatan berjalan dengan lancar, tidak ada kendala suatu apa pun. Masyarakat antusias, semoga ini dimaknai secara keseluruhan bahwa kami dari Keraton menyambut hari besar maulid secara sukacita. Ini adalah bentuk rasa syukur kami," ujar KRA Baruno.?

Menurut Baruno, acara tersebut juga merupakan bentuk kecintaan Sinuhun PB XIII kepada masyarakat. Dia menegaskan tradisi harus terus dilestarikan.

??"Simbol-simbol ini yang harus kita jaga, kita ugemi (pegang teguh, red), kita laksanakan secara turun-temurun," ucapnya.

Pengageng Parentah Keraton Kasunanan Surakarta KGPH Dipokusumo menambahkan Grebeg Mulud digelar atas perintah PB XIII. Pembiayaannya pun ditanggung sepenuhnya oleh pemegang takhta Kasunanan Surakarta tersebut.

“Jadi, PB XIII memberikan pasang gunungan berikut dengan isi dari kotak camtoko (gunungan)," kata dia.?

Selain itu, keluarga PB XIII juga membagikan-bagikan udhik-udhik atau sedekah kepada masyarakat. PB XIII bersama GKR Pakoe Boewono, Putra Mahkota KGPAA Hamangkunegoro Sudibya Rajaputra Narendra Mataram, GKR Timoer Rumbai, Gusti Devi, Gusti Ratih, dan Gusti Putri Purnaningrum membagikan udhik-udhik di depan pintu Kamandungan Keraton Surakarta Hadiningrat?

Masyarakat pun menyambut Sekaten dengan beragam makna. Contohnya ialah seorang kakek bernama Sumadi (60).

Warga Desa Gonilan, Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo, itu mengaku mengaku selalu mendatangi Grebeg Mulud yang diselenggarakan Keraton Solo. Sumadi memaknai Sekaten sebagai bentuk kecintaannya kepada Nabi Muhammad.

??"Saben sekatenan kula mriki terus (setiap ada sekaten saya selalu ke sini, red). Peringatan kelahiran Kanjeng Nabi Muhammad," kata dia.??

Sumadi tiba di pelataran Masjid Agung Solo sekitar pukul 10:00 WIB. Selanjutnya, dia menyimak cerita tentang Nabi Muhammad dan para sahabatnya yang juga Khulafaurasyidin, yakni Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin Afan, dan Ali bin Abi Thalib, disiarkan melalui pelantang Masjid Agung.

Menurut Sumadi, dirinya merasa terharu tatkala mendengarkan cerita itu. ??"Kula niku ngrungokne crita-critane (saya itu mendengarkan cerita-ceritanya). Saya mendengar kalau Allah itu akan memberkahi diri kami. Semoga mendapatkan syafaat dari Kanjeng Nabi," tuturnya.

Selain itu, Sumadi juga meyakini legenda tentang orang-orang terdahulu bisa memiliki umur panjang karena rutin menghadiri Grebeg Mulud.

"Omonge tiang sepuh-sepuh niku, nek Sekaten muni manjangke umur (kata orang-orang tua, kalau gamelan Sekaten ditabuh itu memanjangkan umur). Disuruh juga nginang (makan sirih)," tuturnya.?

Pengunjung lainnya, Madiman (72), meyakini benda-benda dari gunungan Sekaten merupakan sarana untuk mendapatkan berkah dan menolak bala. Warga Bulakan, Sukoharjo, itu memperoleh ketan, bambu, dan lombok dari gunungan.

Madiman akan menggunakan ketan untuk pupuk, sedangkan bambunya akan dipakai untuk alat kail ikan. Adapun lomboknya untuk menolak bala.

??"Ini cuma sarana," ucapnya.

Namun, ada pula yang mendatangi Grebeg Mulud dengan motif lain. Mahasiswi bernama Sabrina adalah salah satu contohnya.

Gadis asal Karanganyar yang kini berkuliah di Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) itu datang bersama sejumlah temannya. Sabrina menunggu kedatangan rombongan Keraton Surakarta tepat di depan Masjid Agung Solo.??

Mengenakan hijab dan jaket almamater, Sabrina ikut berdesak-desakan. "Ada tugas mata kuliah, disuruh ke sini,” ucapnya.(mcr21/jpnn.com)?????????

BACA ARTIKEL LAINNYA... Mengenang Mbah Minto, Simbok yang Memikat dengan Kejenakaan & Kesederhanaan


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler