Gunakan Bahasa Daerah, Bantu Hemat Anggaran Negara

Senin, 18 Januari 2010 – 02:00 WIB
KARYA - Sanny Gaddafi, web developer dari situs pertemanan Fupei, saat menunjukkan salah satu tampilan Fupei dalam bentuk mobile. Foto: Tri Mujoko Bayuaji/Jawa Pos.
Keberadaan Fupei memang belum setenar Facebook atau TwitterNamun, mengandalkan konten yang lebih meng-Indonesia, termasuk penggunaan bahasa lokal beberapa daerah, member situs pertemanan yang dirintis Sanny Gaddafi ini terus berkembang

BACA JUGA: Digelari Bagindo Sati, Helmy Siap Disapa Uda

Seperti apa?

Laporan TRI MUJOKO BAYUAJI, Jakarta

SOSOK
Sanny Gaddafi tak ubahnya pemuda lain
Gaya busana gaul lengkap dengan sepatu sneakers di kaki

BACA JUGA: Karena Wanita, Tiga Kali Pegang Rekor di Lingkungan Lapas

Fisik Sanny juga terawat karena fitness rutin yang dijalani
Ciri lain pria kelahiran Bekasi, 25 Agustus, 29 tahun lalu ini adalah laptop 12 inci yang setia dibawanya

BACA JUGA: Ditekan Menangis, 10 Bulan Siap ke Olimpiade

Ya, untuk mengembangkan Fupei (www.fupei.com), Sanny cukup melakukannya dengan perangkat komputer yang bisa ditenteng itu.

"Fupei tidak punya kantorAsalkan ada koneksi internet, setiap hari saya bisa memantau Fupei di mana saja," ujar Sanny, pengembang situs Fupei saat ditemui Jawa Pos di sebuah pusat perbelanjaan di Bekasi, Jawa BaratBersama temannya, Fu Marlinda Yumin, Sanny mengembangkan Fupei sejak 2004Sanny yang berlatar pendidikan IT, bertugas sebagai web developer, sementara Linda yang memiliki latar dari finance, mengurus keuangannya.

Sanny pun menceritakan ikhwal ketertarikannya pada situs pertemanan, yang sama seperti halnya remaja lainItu terjadi saat Sanny masih mengenyam bangku kuliah di Kampus Universitas Bina Nusantara JakartaKetika itu, situs pertemanan Friendster (FS) begitu populer di kalangan mahasiswaJika ada mahasiswa menggunakan internet, salah satu yang dibuka pasti FS.

"Waktu itu booming bangetNggak normal, karena yang akses internet tidak sebanyak sekarang," ujarnya dengan nada penasaran.

Ketertarikan Sanny adalah pada cara FS merangkul para member (anggota)Cukup dengan saling berbalas testimoni, para anggota bisa saling berkomunikasi dengan teman baru ataupun lamaAdalah komunikasinya dengan Linda, teman FS-nya saat itu, yang akhirnya mendorong Sanny memutuskan untuk coba membuat situs pertemanan sendiri.

"Pas dibuat, ternyata cuma gitu doang," ujar Sanny mengilustrasikan betapa mudah cara pembuatan web-nyaPada Mei 2004, Sanny bersama Linda pun memperkenalkan Fupei kepada teman-teman mahasiswanyaIklan dari mulut ke mulut itu pun akhirnya menjadikan jumlah Fupeis (sebutan untuk member Fupei, Red) berkembang"Waktu itu konsepnya masih mirip sama FSTernyata responnya bagus," ujarnya.

Disebut Fupei karena situs itu untuk pertemanan khusus orang IndonesiaSimak saja kepanjangannya: Friends Uniting Program Especially IndonesianSlogan yang dimiliki Fupei pun sangat sederhana: without friends, we're nothing (tanpa teman, kita bukan siapa-siapa, Red)"Karena memang tanpa member, Fupei tidak akan menjadi apa-apa," jelasnya.

Setiap waktu, Fupei terus berkembangSeperti halnya situs pertemanan, Fupei juga memiliki fitur status, forum, album foto, musik, video, blog, ataupun gameKarena situs ini dibuat asli Indonesia, pengembangan yang dilakukan pun memasukkan konten lokal yang tidak dimiliki situs pertemanan lain"Yang paling terasa adalah bahasa daerahAda lima bahasa daerah yang sudah masuk di Fupei," ujarnya bangga.

Lima bahasa daerah yang sudah dikembangkan adalah bahasa Jawa, Betawi, Sunda, Minang dan BugisSanny bertutur, keberadaan lima bahasa itu tidak akan terjadi tanpa bantuan FupeisUntuk satu bahasa daerah yang dikembangkan, paling tidak ada 10 member yang membantu Sanny.

Misalnya, untuk mengganti satu kata bahasa Indonesia menjadi bahasa Jawa, perlu perdebatan antar-FupeisMenurut Sanny, ada ribuan kata yang dimasukkan para FupeisContohnya untuk kata "anda", ada member yang menyodorkan kata "kowe", "sampeyan" dan sebagainyaDemikian juga untuk bahasa BetawiAda yang menyodorkan "lu", atau "ente" sebagai pengantar.

"Usul itu yang dimasukkan para member, terus dicobaMana yang banyak setuju akhirnya dipakai," jelasnyaKarena menganut konsep web 2.0, setiap member dan developer bisa berkomunikasi mengembangkan Fupei dengan interaksi dua arahMenurut Sanny, pengembangan konten bahasa daerah hingga kini masih dilanjutkanBahasa daerah yang masih dikembangkan adalah bahasa Papua dan Palembang.

Interaksi antara developer dan member seperti ini jarang terjadi pada situs pertemanan lainMenurut Sanny, tanpa dibayar sepeser pun, para Fupeis terus membantu mengembangkan FupeiApalagi, pertemanan yang dilakukan para member tidak hanya dilakukan di dunia mayaPertemanan itu juga dilanjutkan dengan pertemuan antar-Fupeis"Kalau Fupeis gathering (berkumpul), kami juga ikutTidak sebagai developer, tapi sebagai member biasa," jelasnya.

Selama lebih dari lima tahun dikembangkan, banyak pula cerita mewarnai FupeiMenurut Sanny, ada sejumlah Fupeis yang akhirnya berjodoh dan menikahSalah satu yang cukup spesial adalah seorang mahasiswa Indonesia di Belanda yang akhirnya berjodoh dengan mahasiswi Indonesia di KanadaMulai perkenalan, pernyataan saling suka, semua terekam dalam Fupei.

"Jadi, mereka bisa ketemu karena Fupei," ujarnya banggaPenghargaan terhadap Fupei dari member juga munculDalam sebuah kesempatan, ada seorang member memasang foto, tengah menancapkan bendera Fupei di puncak Everest, Nepal.

Bila dibandingkan dengan situs pertemanan luar negeri, Sanny menyebut ada juga Fupeis yang kecewa dengan situs buatannyaBukan karena fitur yang dimiliki kalah dengan situs luar negeriTapi, mereka kecewa setelah tahu bahwa Fupei adalah buatan anak negeri"Pertama senang sama FupeiKomentarnya positifBegitu tahu situs lokal, ada yang kecewa dengan sejumlah alasan," tuturnya.

Padahal, jika dilihat lebih luas, situs pertemanan Fupei bisa menghemat anggaran negaraKata Sanny, boleh peduli atau tidak, negara harus membayar biaya yang tinggi, untuk setiap akses situs luar negeriSementara, server Fupei yang disewa Sanny dan Linda berlokasi di JakartaDalam hal ini, negara bisa mengeluarkan biaya lebih sedikit untuk setiap akses situs lokal yang dijelajahi.

"Kita mungkin masa bodoh, tapi ini hanya mengajak untuk peduli dengan web lokalKalau untuk Fupei, kembali pada minat dan pribadi masing-masing," ujarnya.

Jumlah member Fupei memang tidak sebanyak situs pertemanan yang populer produk luar negeriTapi, juga tidak bisa dibilang sepeleTerhitung hingga akhir Desember 2009, ada sekitar 120.000 member Fupei.

Namun, jumlah sebanyak itu tampaknya sudah cukup menarik sponsorSejak Fupei terus berkembang, Sanny dan Linda memang membutuhkan dana untuk membiayai server yang mereka sewaIklan banner yang terpampang di Fupei selama inilah yang menjadi sumber dana untuk pengembangan Fupei"Hasil banner ini profit sharing (bagi laba, Red), namun paling tidak cukup untuk bayar server," ujarnya sambil menolak menyebut berapa pendapatannya selama ini.

Sanny memendam obsesi besar untuk mengembangkan FupeiMenurut dia, sudah saatnya Fupei dikembangkan secara profesionalDalam arti, Fupei segera memiliki staf profesional yang bertugas mengembangkan fitur-fiturnya"Paling tidak, rencananya 2010 ini harus lebih profesionalPunya kantor misalnya," ujarnya sambil tersenyum.

Obsesi Sanny lainnya adalah mengembangkan Fupei ke kawasan Asia TenggaraTepatnya yakni mengembangkan Fupei dengan bekerjasama dengan konten lokal di setiap negara ASEANJalan yang diretas saat ini sudah terlihatSebuah konten provider mengajak Fupei masuk dalam paket langganan komunikasi"Paling tidak, kerjasama itu bisa menambah Fupei lebih luas dikenal," ujarnya.

Bagi Sanny, menjadi developer Fupei sudah menjadi pekerjaan utamanya saat iniSkill yang dimiliki sebagai developer Fupei ternyata tak sia-siaDalam beberapa kesempatan, ada member Fupei yang memintanya membantu desain webYang terkini, seorang WNI di Amerika menawarinyaSanny diminta mengembangkan ide web yang akan diluncurkan di negeri Paman Sam itu(nw)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Sarju Wibowo dan Rutan Wanita Pondok Bambu yang Dipimpinnya


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler