Gunakan Motor Roda Tiga dari Kemensos untuk Berjualan, Usaha Winarshi Makin Meluas

Rabu, 11 Januari 2023 – 20:08 WIB
Winarshi (40), seorang disabilitas yang mendapatkan bantuan motor roda tiga untuk berjualan dari Kementerian Sosial (Kemensos). Foto: Kemensos

jpnn.com, SLEMAN - Winarshi (40), seorang disabilitas yang mendapatkan bantuan motor roda tiga untuk berjualan dari Kementerian Sosial (Kemensos).

Dia mengatakan sudah setahun mangkal di area Godean, Sleman, Yogyakarta.

BACA JUGA: Kemensos Respons Cepat Banjir di Jateng, Dirikan Dapur Umum dan Kirim Bantuan Logistik

Di sana, mereka kompak saling bergantian menanti dan melayani pembeli es kopyor yang mereka namai ‘Sumringah’.

“Dulu itu didata pendamping. Karena sudah punya usaha jalan, terus ditanya, pengin apa? Kepengin mangkal. Jawab saya,” kata Win, sapaan akrabnya, mengisahkan awal mula dia diberi bantuan motor roda tiga oleh Kemensos.

BACA JUGA: Polda Sulsel Dapat Penghargaan dari Kemensos, Kombes Helmi Bilang Begini

Sebelum mendapat bantuan motor roda tiga, Win dan suami melakoni usaha menjajakan berbagai jenis produk olahan sendiri.

Adapun produk olahan sendiri mulai dari es kopyor, sampai aneka makanan ringan, seperti cireng, tahu bakso, dan nugget tempe di depan rumah.

BACA JUGA: Bongkar Kasus Korupsi BPNT Covid-19, Polda Sulsel Dapat Penghargaan dari Kemensos

“Dulu jualannya di depan rumah, bukan di jalan Godean. Kalau jualan di depan (rumah) situ, esnya laku cuma 10 cup, paling banter 15,” kata ibu satu anak ini.

Selain itu, Win juga menjajakan aneka makanan ringan secara online dan melayani pengiriman ke luar kota.

“Jenis makanannya banyak, tersedia di katalog. Belum ikut marketplace, baru via WhatsApp grup, dari mulut ke mulut. Terus, nanti untuk penjualannya, kita bisa Cash on Delivery (COD), kalo di luar kota, ya, kami kirim,” kata Win.

Tidak berselang lama setelah didata, dia mengaku motor roda tiga langsung diantar ke rumahnya.

“Enggak ada sebulan. Biasanya, kalau mau ngajukan apa, kadang lama diprosesnya, yang ini cepet sekali,” kata sembari mengingat kembali.

Motor roda tiga itu dimanfaatkan untuk melanjutkan niaga yang sebelumnya telah mereka mulai.

Mereka lantas memutuskan mencari lokasi yang lebih strategis guna merambah pasar lebih luas.

Budi sesekali juga menjajakan es-nya dari atas motor roda tiga saat ada event bazaar atau acara-acara tertentu di Yogyakarta.

“Sejak jualan di Godean, seharinya bisa terjual 50-60 cup es. Nek panas niko, nggih lumayan (Kalo panas gitu, ya lumayan). Ning, ‘kan mboten mesti (Tapi, ‘kan engga mesti), soalnya sekarang lagi musim hujan,” kata dia.

Win dan Budi pun merasakan perbedaan signifikan dalam hal kemudahan aksesibilitas dan peningkatan konsumen.

Apalagi, kata dia, pascaberjualan dengan motor roda tiga daripada sebelumnya yang hanya stagnan di depan rumah.

“Tentunya, ada perbedaan. Kalau tadinya jualannya di rumah, otomatis pelanggannya tidak sebanyak kita di luar. Jadi, dengan roda tiga itu, kami mangkal di luar, ada penambahan konsumen,” ungkap Win.

Untuk saat ini, Win dan suami masih fokus pada es kopyor saja, yang mereka hargai Rp 5000/cup.

Meski memiliki keterbatasan fisik, semangat Winarsih dalam memenuhi kebutuhan keluarga tak bisa dipandang sebelah mata.

Penghasilan pasangan suami istri ini tidak bersumber dari berjualan saja. Win juga mempunyai usaha jahit yang dirintisnya sejak 2008.

Dari usaha jahitnya, Win sempat memberdayakan 9 teman-temannya sesama disabilitas saat "booming" pada 2008.

Berbagai produk yang dihasilkan berupa produk rumahan, seperti sarung bantal, sofa, dan sprei, hingga tutup kulkas dan galon.

Tidak main-main, produk jahitannya sampai dilirik pelanggan dari Negeri Sakura.

“Dari situ (pelanggan dari Jepang) banyak sekali pesanan masuk. Jadi, saya kewalahan menggarap sendiri. Akhirnya, banyak teman yang bantu, ada beberapa teman disabilitas, dulu ada 9 orang,” kata dia.

Setelah menikah dan hamil yang mengharuskannya untuk istirahat total pada 2013.

Teman-teman disabilitas yang sempat diberdayakannya, kini mengundurkan diri dan membuka jahitan mandiri.

“Setelah nikah dan hamil 2013, pesanan dari Jepang mulai menurun. Kalau orang Jepang ‘kan, engga mau tau alasannya apa, dia maunya ontime. Terus, teman-teman ngga ebisa handle, akhirnya lama-lama juga beralih," tuturnya.

Meski begitu, dia senang lantaran secara tidak langsung membantu teman-teman disabilitas membuka peluang usaha sendiri. (jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Hampir 2 Tahun Pimpin Kemensos, Risma Tekankan Respons Cepat dan Pengabdian Masyarakat


Redaktur : Dedi Sofian
Reporter : Dedi Sofian, Dedi Sofian

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler