jpnn.com, KERINCI - Pendakian ke Gunung Kerinci, Desa Kersik Tuo, Kecamatan Kayu Aro, Kabupaten Kerinci, Jambi, untuk sementara ditutup karena aktivitas gunung berapi teraktif di Indonesia tersebut kembali mengeluarkan asap tebal.
Informasi yang berhasil dihimpun, Gunung Kerinci mulai mengeluarkan asap tebal bewarna kecoklatan sejak Sabtu (19/01) hingga Senin (21/01).
BACA JUGA: Dua Pendaki Terpaksa Dievakuasi dari Gunung Kerinci
Namun paling parah terjadi pada Minggu (20/02), terdapat tiga kali mengeluarkan asap tebal mulai dari pagi, sore, dan pada malam harinya. Sejumlah warga, bahkan sempat mendokumentasikan kejadian tersebut.
‘‘Itu kondisi Gunung Kerinci pagi ini, saya ambil dari rumah kawan di Kayu Aro,’‘ kata warga bernama Fitria, Senin (21/01) kemarin.
BACA JUGA: Semburan Asap Gunung Kerinci dan Gempa Bikin Warga Khawatir
Fitria menyebutkan, asap tebal ini mengarah ke jalur para pendaki menuju puncak Gunung Kerinci atau ke shelter 3. ‘‘Arah yang paling ditakutkan oleh para pendaki,’‘ sebutnya.
Menurut Fitria, saat ini beberapa orang temannya diketahui tengah melakukan pendakian ke Gunung Kerinci. Ia pun berharap tidak terjadi apa-apa pada temannya yang tengah melakukan pendakian.
BACA JUGA: Rayakan HUT RI di Puncak Gunung Kerinci, Pendaki Jatuh ke Jurang
‘‘Semoga teman-teman yang melakukan pendakian tidak kenapa-kenapa dan selamat, ado tema Saya dari Medan dan Pulau Jawa yang saat ini melakukan pendakian ke Gunung Kerinci,’‘ ungkapnya.
Sementara itu, dikutip dari magma.vsi.esdm.go.id yang merupakan laporan dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.
Dimana, pengamatan aktivitas Gunung Kerinci dilakukan dari Pos PGA Kerinci di Desa Lindung Jaya, Kecamatan Kayu Aro, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi, yaitu di selatan dari puncak Gunung Kerinci yang berjarak 9,5 Km.
Pengamatan secara visual selama Januari 2019, umumnya cuaca cerah - hujan, angin bertiup dengan kecepatan sedang, ke arah barat daya, Barat dan Timur laut. Hembusan asap dari kawah teramati berwarna putih sedang - tebal, tekanan sedang, tinggi asap antara 200 - 300 m dari puncak.
Pengamatan kegempaan selama Januari 2019, didominasi oleh gempa-gempa hembusan dengan rata-rata 82 kejadian/hari.
Pada Sabtu tanggal 19 Januari 2019 pukul 07:34 WIB, telah terjadi erupsi dengan tinggi kolom abu teramati sekitar 200 m di atas puncak (4.005 m di atas permukaan laut). Kolom abu teramati berwarna kelabu tebal condong ke arah timur dan tenggara hingga pukul 10:00 WIB, dan selanjutnya gunung tertutup kabut. Sedangkan secara kegempaan selama fase erupsi, terpantau gempa Tremor menerus dengan amplitudo 0,5 - 2 mm (Dominan 0,5mm).
Potensi bahaya letusan Gunung Kerinci berasal dari adanya sumbat kubah lava di kawah, yang dapat berakibat terjadinya akumulasi gas vulkanik di bawah sumbat lava, dan dapat mengakibatkan letusan yang disertai hujan abu (lebat), dan lontaran batu (pijar) di dalam radius 3 km dari kawah.
Berdasarkan data pengamatan visual dan instrumental serta potensi ancaman bahaya Gunung Kerinci hingga tanggal 19 Januari 2019, tingkat aktivitas Gunung Kerinci masih dalam Level II (Waspada).
Sehubungan dengan status kegiatan Gunung Kerinci Level II (Waspada), maka direkomendasikan, masyarakat di sekitar Gunung Kerinci dan pengunjung, wisatawan tidak diperbolehkan mendekati kawah yang ada di puncak Gunung Kerinci dalam radius 3 km dari kawah aktif, mengingat kawah sebagai pusat letusan dan sewaktu-waktu bisa terjadi letusan serta terdapat gas-gas vulkanik yang dapat membahayakan bagi kehidupan.
Masyarakat yang ada di sekitar Gunung Kerinci diharapkan tenang, tidak terpancing isu-isu tentang letusan Gunung Kerinci dan harap selalu mengikuti arahan dari BPBD setempat.
Pemerintah Provinsi Jambi, Pemerintah Provinsi Sumatera Barat, BPBD Pemerintah Kabupaten Kerinci, dan BPBD Kabupaten Solok Selatan untuk selalu berkoordinasi dengan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi melalui Pos Pengamatan G. Kerinci dalam memberikan-menerangkan tentang aktivitas G. Kerinci.
Sementara itu Kepala Seksi Pengawasan Balai Besar Taman Nasional Kerinci Seblat (BBTNKS) wilayah I Kerinci, Nurhamidi, dikonfirmasi membenarkan hal tersebut.
Dia mengatakan bahwa dirinya baru mendapatkan informasi dari anggota di pos pendakian Gunung Kerinci di R.10, bahwa gunung api tertinggi di Sumatra tersebut tadi pagi mengeluarkan asap tebal berwarna hitam. ‘‘Iya, anggota kita baru melaporkan kepada saya,’‘ katanya.
Nurhamidi menghimbau kepada para pendaki untuk menunda pendakian ke Gunung Kerinci untuk beberapa hari ke depan.
‘‘Hari ini kami menyarankan untuk tidak melakukan pendakian ke gunung kerinci, karena bisa membahayakan pendaki,’‘ sebutnya.
Dikatakannya lagi, dirinya telah mengkonfirmasi ke penjaga pos R10 bahwa yang aman hanya sampai shelter 1. ‘‘Pendakian hanya boleh sampai Shelter 1,’‘ cetusnya.
Sementara itu, Petugas Penjaga Pos R10 di Gunung Kerinci, Dudung, dikonfirmasi mengatakan asap tebal sudah terjadi dari Sabtu (19/1/2019) sampai dengan Senin (21/1/2019). ‘‘Paling parah Minggu pagi (20/1), siangnya hilang dan kembali lagi Minggu sore," katanya.
Dudung menyebutkan, pada saat kejadian, ada 60 pendaki yang berada diatas melakukan pendakian.
‘‘Para pendaki yang masih diatas sudah kita minta untuk turun, sebagian petugas juga sudah diatas mengecek para pendaki, karena kondisi sekarang sangat berbahaya,’‘ sebutnya.
Terkait dengan adanya asap tebal tersebut, pihaknya menutup sementara pendakian Gunung Kerinci sampai aktivitas Gunung Kerinci kembali normal.
Hal senada dikatakan Kepala Pos Pemantau Gunung Kerinci, Indra Saputra, dimana untuk tingkat aktivitas Gunung Kerinci masih waspada Level II.
Atas hal tersebut, pihaknya merekomendasikan masyarakat disekitar gunungapi Kerinci dan pengunjung/wisatawan tidak diperbolehkan mendaki di dalam radius 3 km dari kawah aktif.
‘‘Sebaiknya, jalur penerbangan disekitar gunungapi Kerinci dihindari, karena sewaktu-waktu masih memiliki potensi letusan abu dengan ketinggian yang dapat mengganggu jalur penerbangan,’‘ ungkapnya.(adi)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ingat! Gunung Kerinci Tetap Milik Jambi Bukan Sumbar
Redaktur & Reporter : Budi