jpnn.com, JAKARTA - Fakta mengejutkan disampai Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI). Ternyata, sikap siswa yang terbuka terhadap praktik intoleransi mulai berkembang di kelas.
Sikap itu didapat siswa dari guru yang membawa pandangan politik pribadinya ke dalam kelas.
BACA JUGA: Ini Rekomendasi FSGI untuk Membendung Radikalisme di Sekolah
“Guru mengajar, sambil menjelaskan materi kemudian menyisipkan pilihan-pilihan politik bahkan sikap politik pribadinya terkait calon presiden atau komentar terkait aksi terorisme yang terjadi bahwa ini adalah pengalihan isu atau mendukung konsep negara khilafah, bahkan bersimpati terhadap ISIS," kata Wasekjen Heru Purnomo.
Menurut Heru, fakta yang terjadi, guru membawa pandangan politik personalnya ke ruang kelas. Menyampaikan terang-terangan di depan siswa.
BACA JUGA: 4 Catatan Kritis FSGI soal Bibit Radikalisme di Sekolah
Dia melanjutkan, masuknya bibit radikalisme karena sekolah cenderung tidak memerhatikan dan mengawasi ketat kegiatan kesiswaan, apalagi terkait keagamaan.
Ditambah intervensi alumni dan pemateri yang diambl dari luar sekolah tanpa screening oleh guru atau kepala sekolah.
BACA JUGA: FSGI Temukan Guru Rajin Mengunggah Berita Hoaks di Medsos
"Masuknya pemikiran yang membahayakan kebinnekaan ini bisa dari alumni melalui organisasi sekolah atau ekstrakurikuler, pemateri kegiatan kesiswaan yang bersifat rutin (sepeti mentoring dan kajian terbatas)," pungkasnya. (esy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ramadan Momen Tepat Perangi Hoaks dan Radikalisme
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad